AKIBAT MENCELA KEMAKSIATAN ORANG LAIN
(Disalin dari terjemahan buku "Madarijus-Salikin" karya Imam Ibnul-Qoyyim Al Jauziyah, Penerbit Robbani Press, 1998)
Perkataan beliau (Syekh Abu Ismail al-Harawi): "Dan setiap kemaksiatan yang engkau cela saudaramu karena melakukannya, maka ia akan datang kepadamu," mungkin yang beliau maksudkan adalah bahwa kemaksiatan itu akan datang kepada Anda dan Anda pasti akan melakukannya. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzy di dalam Jami’-nya dari Nabi saw :
"Barangsiapa mencela saudaranya dengan suatu dosa, maka ia tidak akan meninggal dunia sebelum melakukannya."
(Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani hadits ini palsu (maudhu’), karena di samping munqathi’ (periwayatannya terputus), di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin al-Hasan Abu Yazid al-Hamdani yang pendusta (al-Kadzab). Ini tercantum dalam Silsilatul Ahadits Da’ifah, jilid I, Halaman 213-214, momor 179).
Imam Ahmad berkata di dalam menafsirkan hadits ini, "Yaitu dosa yang telah ditobati (ditinggalkan) oleh yang bersangkutan".
Dan lagi di dalam pencelaan terdapat semacam rasa gembira terhadap orang yang dicelanya. Di dalam Jami’ Tirmidzi juga terdapat riwayat marfu’ :
"Janganlah kamu menampakkan kegembiraan terhadap kejelekan (kesusahan) orang lain, karena boleh jadi Allah akan menyayangi dia dan mengujimu."
Boleh jadi yang beliau maksudkan adalah bahwa celaanmu terhadap saudaramu itu lebih besar dosanya daripada dosa yang dilakukannya, dan lebih berat kemaksiatannya daripada kemaksiatan yang dilakukannya. Karena dengan mencela orang lain kamu menganggap dirimu suci, pandai bersyukur, dan terbebas dari dosa, sedang saudaramu membawa dosa. Tetapi boleh jadi resah gelisahnya terhadap dosa-dosanya, kehinaan dan kerendahan dirinya, kebersihannya dari penyakit mendakwakan diri yang bermacam-macam, seperti sombong dan ujub, sikapnya di hadapan Allah dengan kepala di bawah, dengan mata tertunduk dan hati remuk redam itu lebih bermanfaat baginya dan lebih baik daripada besarnya ketaatanmu, yang engkau rasa banyak dan selalu engkau hitung-hitung, dan engkau merasa telah berjasa kepada Allah dan makhluk-Nya dengan ketaatanmu itu. Alangkah dekatnya orang-orang yang penah berbuat maksiat ini kepada nikmat Allah, dan alangkah dekatnya orang yang "pemberani" ini kepada kemurkaan Allah. Dosa yang membuatmu merendahkan diri di sisi Allah itu lebih dicintai-Nya daripada ketaatan yang membuatmu bersifat sombong (mentang-mentang).
Sesungguhnya jika engkau tidur malam dan paginya merasa menyesal terhadap kejelekan-kejelekanmu, itu lebih baik daripada kalau engkau menunaikan shalat malam tetapi pagi harinya merasa ujub, karena amal orang yang ujub tidak akan naik kepada Allah. Engkau tertawa sambil mengakui dosamu lebih baik daripada engkau menangis tetapi bersikap mentang-mentang, bermegah diri dengan amalan. Ratap tangis orang-orang yang berdosa lebih dicintai Allah daripada riuh rendahnya suara orang-orang yang bertasbih tetapi membanggakan diri / kelompok. Barangkali dengan dosanya (yang disesalinya) ini Allah meminumkan obat kepadanya untuk mengeluarkan penyakit yang mematikan yang kini ada pada dirimu tetapi engkau tidak merasa.
Karena itu, pada diri ahli taat dan ahli maksiat Allah mempunyai rahasia-rahasia yang tidak ada yang mengetahuinya selain Dia, dan tidak ada yang dapat melihatnya kecuali orang-orang yang memiliki bashirah, yang dengannya mereka mengetahuinya sesuai dengan kadar pengetahuannya. Di balik itu ada sesuatu yang tidak ada seorang pun makhluk yang mengetahuinya., hingga para Malaikat yang mulia yang bertugas menulis sekalipun. Nabi saw. pernah bersabda :
"Apabila budak perempuan salah seorang dari kamu berbuat zina, maka tegakkanlah hukuman atasnya, tetapi jangan kamu caci maki."
Sebagaimana kata Yusuf a.s. kepada saudara-saudaranya: "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu." (Yusuf: 92), karena "timbangan" ada di tangan Allah, dan hukum adalah kepunyaan Allah. Cemeti yang digunakan untuk memukul orang yang berbuat maksiat ada di tangan Tuhan yang membolak-balik hati. Sedang tujuannya adalah melaksanakan hukuman, bukan mencaci dan mencerca. Dan tidaklah merasa aman terhadap perputaran qadar dan kekuasaan-Nya kecuali orang yang jahil terhadap Allah. Allah berfirman kepada makhluk-Nya yang paling kenal kepada-Nya dan paling dekat dengan-Nya :
"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka." (al-Isra: 74)
Yusuf ash-Shiddiq berkata,
"Dan jika tidak engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang-orang yang bodoh." (Yusuf: 33)
Kebanyakan sumpah Rasulullah saw adalah: "Tidak, dengan Dzat yang membolak-balikkan hati" (Laa, wa muqallibal-quluub)
Beliau bersabda lagi:
"Tidak ada satupun hati kecuali ia berada di antara dua juari dari jari-jemari Allah Azza wa Jalla; jika Ia hendak meluruskannya maka diluruskan-Nya, dan jika Ia hendak membelokkannya maka dibengkokkan-Nya."
Kemudian beliau berdo’a:
"Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, mantapkanlah hati kami pada agama-Mu. Ya Allah, yang memalingkan hati, palingkanlah kami untuk mentaati-Mu".
=============================================
Back to List of Articles" Page