Janji Tuhan Kepada Kaum Yehuda

MASA KEGIRANGAN, SUKACITA DAN PERAYAAN YANG MENGGEMBIRAKAN (1)

( Warta Sepekan GBI Bethany, 15 Agustus 1999 )

 

 

Beginilah firman Tuhan semesta alam:

Waktu puasa dalam bulan yang keempat, dalam bulan yang kelima, dalam bulan yang ketujuh dan dalam bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan sukacita dan menjadi waktu-waktu perayaan yang menggembirakan bagi kaum Yehuda. Maka cintailah kebenaran dan damai! - Zakharia 8:19

Bulan keempat, kelima, ketujuh dan kesepuluh bisa juga diartikan sebagai bulan-bulan Masehi yang sekarang ini kita pakai.

Pertanyaannya sekarang, apakah kita pada bulan-bulan ke-4, ke-5 dan ke-7 tersebut sudah mengalami janji Tuhan ini atau belum? Kalau belum berarti kalau bukan Tuhan yang ingkar janji ya tentunya ada yang tidak beres dari pihak kita. Karena Tuhan itu bukan manusia sehingga Dia berbohong tentunya kesalahan ada di pihak kita, sesuai dengan firman Tuhan, 'Kesalahamu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu' - Yeremia 5:25.

Kesalahan atau dosa apa gerangan yang menghambat sementara kita untuk tidak mengalami sukacita dan kegirangan itu?

Firman Tuhan di Zakharia di atas akan lebih jelas kalau dikatakan sebagai berikut: Bagi kaum Yehuda yang telah berpuasa dan mencintai kebenaran dan damai maka pada bulan yang keempat, dalam bulan yang kelima, dalam bulan yang ketujuh dan dalam bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan sukacita dan menjadi waktu-waktu perayaan yang menggembirakan.

Kita bisa melihat ada empat hal yang terkandung dalam janji Tuhan itu: kaum Yehuda, telah berpuasa, mencintai kebenaran dan mencintai damai. Ada suatu persyaratan, atau suatu harga, yang harus dibayar untuk bisa memperoleh janji-janji Tuhan tersebut.

Memang setiap janji Tuhan itu bersyarat! Semuanya menuntut adanya harga yang harus dibayar oleh mereka yang ingin memperoleh pemenuhan janji itu dalam kehidupannya. Termasuk janji keselamatan yang luar biasa itu, yang melalui Tuhan Yesus Kristus, yang merupakan pintu masuk utama untuk memperoleh seluruh janji Bapa, baik selama di dunia maupun setelah itu.

Jangan disalah artikan bayar harga dengan perbuatan kita. Manusia diselamatkan bukan karena perbuatan baiknya, atau karena ibadahnya. Manusia diselamatkan karena iman kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.

Bayar harga adalah hal-hal yang harus kita lakukan, setelah kita diselamatkan dalam Yesus Kristus, untuk memperoleh janji-janji yang Tuhan telah sediakan.

Mengapa dikatakan setelah kita diselamatkan dalam Yesus Kristus?

Karena hanya setelah kita mengakui dan menerima Yesus sebagai Tuhan saja kita akan memperoleh kasih karunia, atau kemampuan Allah, untuk bisa melakukan sesuatu yang Dia tuntut. Orang yang belum menerima Tuhan Yesus tidak diberi kemampuan untuk ini.

Masa kegirangan dan sukacita dan perayaan yang menggembirakan itu Tuhan janjikan kepada kaum Yehuda.

Siapa kaum Yehuda itu?

Kata Yehuda mempunyai arti 'bersyukur kepada dan memuji'. Kaum Yehuda adalah umat percaya kepada Yesus Kristus yang memiliki ciri suka bersyukur kepada Allah dan memujiNya. Bersyukur dalam segala perkara yang dia sudah, sedang maupun akan hadapi. Apapun jenis perkaranya, baik atau buruk.

Sikap ini tidak muncul dengan sendirinya. Ini akibat pergaulan mereka yang intim dengan Roh Kudus, yaitu Roh Kristus yang ada dalam hatinya. Ini akibat karena mereka suka menyembah Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus dalam kehidupannya. Ini semua mereka peroleh karena mereka sudah mau bayar harga untuk itu.

Yehuda itu nama yang diberikan kepada anak Yakub yang ke-4. Dalam kehidupan Yehuda ini, sejak kecil dia mempunyai sikap sebagai seorang pemimpin. Dia memimpin kakak-kakak dan adik-adiknya (Kejadian 37:26). Dia berjiwa pemimpin dan tidak takut untuk mengambil inisiatif. Keturunan Yehuda menjadi suku Yehuda, yang pada jaman Musa di padang gurun, suku ini yang ada di barisan paling depan (Bilangan 2:9). Itu semua ciri-ciri kaum Yehuda.

Untuk bisa mengalami masa-masa sukacita dan kegirangan itu maka kita harus sudah termasuk di kaum Yehuda. Arti yang lebih luas lagi ialah mereka yang suka memuji dan menyembah.

Untuk bisa mengalami masa kegirangan dan sukacita, kaum Yehuda harus sudah berpuasa.

Apa yang dimaksud dengan berpuasa?

Berpuasa itu bukan berarti tidak makan dan minum untuk waktu tertentu. Berpuasa itu mempunyai arti menahan diri untuk tidak melakukan, atau, memaksa diri untuk melakukan.

Yang dimaksudkan dengan 'diri' ialah jiwa dan daging kita. Jadi berpuasa ialah waktu atau keadaan atau kesempatan yang kita pergunakan agar manusia rohani kita mau melatih, atau memakai otoritasnya untuk menahan manusia jasmani (jiwa dan daging) agar tidak melakukan keinginannya. Atau, kesempatan yang kita berikan kepada manusia rohani kita untuk melatih , atau memakai otoritasnya untuk memaksa manusia jasmani (jiwa dan daging) agar melakukan keinginan manusia rohani.

Dengan puasa ini manusia rohani akan memaksa manusia jasmani untuk keluar dari ke-nyaman-an atau ke-mapan-an hidupnya, dan terus berjalan mencapai tujuan atau sasaran yang telah Tuhan Yesus tetapkan.

Itulah sebabnya mengapa Paulus di 1 Korintus 9:27 mengatakan, 'Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.'

Juga apa yang Tuhan nyatakan di Zakharia 7:5-6, 'Ketika kamu berpuasa dan meratap ... adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku? Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?'

Juga apa yang Tuhan nyatakan di Yesaya 58:6-7, 'Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!' (Jemaat diminta untuk membaca seluruh pasal 58 ini)

Kiranya pengetahuan / pengertian kita akan puasa yang benar seperti yang dikehendaki Allah benar-benar kita miliki.

Tuhan mengingatkan di Hosea 4:6, 'UmatKu binasa karena tidak mengenal Allah'. Terjemahan dalam bahasa Inggrisnya menyebutkan, 'UmatKu binasa karena kurang pengetahuan (lack of knowledge)'!

Itulah perlunya pelayanan lengkap kelima jawatan (rasul, nabi, gembala, guru dan penginjil) dalam setiap Tubuh Kristus. Hamba-hamba Tuhan yang memang diperlengkapi dengan kasih karunia untuk itu. Karena hanya melalui pelayanan kelima jawatan itu saja Tubuh Kristus akan dibawa ke pengetahuan yang benar akan Kristus, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:11-13).

Untuk ini gembalalah yang akan mempertanggungjawabkan kedewasaan jemaatnya langsung kepada Kepala Gereja, Tuhan Yesus sendiri.

Masa sukacita dan kegirangan akan digenapi bagi kaum Yehuda yang telah berpuasa sesuai dengan kehendak Bapa dan yang menyintai kebenaran.

Apa kebenaran itu?

Kebenaran adalah firman Tuhan dan firman Tuhan itu ialah Kristus sendiri. Dan Kristus itu adalah Allah. Tuhan Yesus mengajarkan tentang hukum yang terutama, 'Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.' (Markus12:30-31)

Perintah yang diucapkan dan tertulis ini sudah cukup jelas. Perintah ini yang harus kita lakukan. Pilihan ada pada kita, mau taat atau memberontak. Mencintai kebenaran berarti mengasihi kebenaran. Mengasihi kebenaran berarti mengasihi Tuhan Yesus sendiri.

Kita akan bisa mencintai atau mengasihi seseorang atau sesuatu kalau memang kita sudah memilikinya. Kalau tidak?! Kita tidak mungkin mengasihi sesuatu yang tidak ada.

Sebagai ilustrasi, kalau seseorang mencintai orang lain, calon isteri atau suami misalnya, maka orang yang dia cintai itu senantiasa akan ada dalam pikirannya. Kondisi ini bisa diungkapkan dengan, 'Siang menjadi kenangan, malam menjadi impian.' Dan setiap suami-isteri pasti sudah mengalami hal ini.

Mencintai kebenaran, menyintai Kristus, seharusnya juga sama dengan itu. Tuhan dengan jelas memerintahkan umatNya untuk senantiasa merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Dan untuk melakukan hal ini pasti bukan lagi merupakan beban, tetapi kesukaan, seperti kalau seseorang sedang merenungkan calon suami atau isterinya.

Kalau kita memang sudah mengasihi Tuhan dan merenungkanNya siang malam, pasti kita akan mencintai kebenaran, dan kebenaran itu akan melekat dalam kehidupan kita. Dan kalau kita sudah melakukan hal ini, dan juga sudah bayar harga untuk yang diminta, kita siap untuk memperoleh janji Tuhan.

(bersambung)

 

 

 

ke renungan yang lain