Pertanyaan hakiki yang dunia tidak akan pernah mampu menjawab

SIAPA MANUSIA ITU DAN UNTUK APA DIA ADA DI DUNIA SERTA KE MANA SETELAH MENINGGAL ?

( Warta Sepekan GBI Bethany, 30 Mei 1999 )

 

Ini suatu pertanyaan yang sangat mendasar sekali. Sejak jaman purba sampai dengan hari ini banyak orang sudah mencoba mencari jawabnya. Segala disiplin ilmu yang ada di dunia, termasuk ilmu agama, sudah dipakai untuk mencari jawab. Tetapi tidak ada satu jawab pun yang diperoleh, jawaban yang benar-benar memuaskan jiwa seseorang. Tidak ada ! Sampai sekarang pun, usaha manusia yang sia-sia ini (?), terus dilakukan. Tetapi pasti tidak akan pernah menemukan jawabnya, selama mereka mencari dengan cara pendekatan atau penerapan ilmu-ilmu dunia. Disiplin ilmu apapun yang dipakai!

Mengapa ?

Karena mereka melakukan pendekatan secara kejiwaan dan mencoba untuk membuktikannya. Ini tidak akan pernah berhasil, karena dari mulanya, obyeknya sudah salah. Seandainya mereka menemukan jawaban sekalipun, jawab itu pasti tidak benar.

Manusia itu sesungguhnya roh yang menempati tubuh dan memiliki jiwa. Roh manusia akan berinteraksi dengan roh-roh yang ada di alam semesta ini. Hanya roh yang sudah dipulihkan saja (baca pengertian ini di bawah) yang akan mampu untuk berinteraksi dengan Roh Allah. Tubuh, dengan panca inderanya mampu berinteraksi dengan alam sekitarnya, sedangkan jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak) memampukan manusia untuk berinteraksi dengan sesama. Inilah yang dimaksud dengan manusia itu. Inilah seharusnya obyek yang harus 'diteliti' untuk bisa menjawab ketiga pertanyaan di atas.

Tetapi, walaupun obyeknya sudah benar, kalau pendekatan atau penelitiannya dilakukan dari luar, tetap saja tidak akan pernah ketemu jawabnya. Penyelidikan atau penelitian itu harus dilakukan bukan berdasarkan informasi tentang manusia, tetapi harus ditunjang oleh pengalaman pribadi sebagai manusia, manusia yang hubungannya sudah dipulihkan.

Bagi manusia yang dipulihkan itu, jawab tentang ketiga pertanyaan itu sebenarnya bukan hasil dari usahanya tetapi merupakan jawab yang diberikan oleh 'seseorang'. Dan orang itu adalah Tuhan sendiri, karena hanya Dialah yang benar. Jawaban itu akan benar kalau dari pengalaman kita ketemu secara pribadi dengan Tuhan, dengan Allah. Allah yang benar dan yang hidup. Dialah yang Benar, dan jawab yang diberikan oleh yang Benar itu pasti benar dan sempurna dan mutlak benar. Dia yang Benar itu ialah Yesus Kristus Tuhan!

Untuk menjawab ketiga pertanyaan di atas, mau tidak mau kita harus menunjuk ke Alkitab, karena buku ini sudah disepakati dan dipercayai sebagai kumpulan kitab-kitab di mana Allah yang benar itu menyingkapkan, menunjukkan, memperkenalkan diri-Nya dan hal-hal yang perlu diketahui oleh manusia. Alkitab ini adalah kumpulan kitab yang ditulis dalam kurun waktu sekitar dua ribu tahun, oleh mereka yang mendapat ilham dari Roh Kudus, Roh Allah sendiri. Para penulis ini berasal dari berbagai kalangan dan jabatan, dan menuliskannya dengan kehendak bebasnya.

Apa kata alkitab dalam menjawab pertanyaan di atas ?

Kitab Kejadian merupakan kitab petama Alkitab yang menuliskan tentang kejadian alam semesta dan manusia.

Pasal 1 ayat-ayat, 3,6,9,11,14,20,24 dan 29 diawali dengan kata-kata 'Berfirmanlah Allah'. Masing-masing ayat itu menuliskan tentang bagaimana Allah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini. Termasuk pada saat Allah menciptakan sorga dan para malaikat-Nya !, walaupun tidak tertuliskan, karena memang tidak berkaitan dengan manusia secara langsung.

Kata Allah yang dipakai dalam ayat-ayat tersebut terjemahan dari kata Ibrani 'Elohim'. Untuk mudahnya, kata Elohim bisa diartikan sebagai Sang Penguasa alam semesta. Dari pengertian ini kita kenal sebutan Allah sebagai Mahakuasa, Mahabenar, Mahakasih, Mahahadir dan lain-lain.

Jabatan atau sebutan atas status ini bisa digambarkan sebagai apa yang melekat pada kepala pemerintahan (raja atau presiden) suatu negara. Karena statusnya ini, maka kepala negara itu memiliki otoritas dan kuasa terhadap segala sesuatu yang ada di negaranya.

Pada saat Allah membentuk manusia (Kejadian 2:7) tertuliskan, 'ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia'. Allah dengan mendadak telah merubah sebutan diri-Nya dari Allah (Elohim) menjadi TUHAN Allah atau, dalam bahasa Ibraninya, Yahwe atau Yehova.

Apa artinya ?

Kepala negara dalam gambaran di atas, saat pulang ke kediaman pribadinya untuk bertemu dengan isteri dan anak-anaknya, dia tidak lagi sebagai penguasa (elohim) tetapi sebagai pribadi (yehova), sebagai seorang suami dan bapa di keluarganya. Dia tidak lagi bisa memerintah seperti seorang raja atau presiden. Bahkan dia bisa jadi akan 'diperintah' untuk dijadikan kuda-kudaan dan dinaiki oleh anaknya !

Pada saat Allah membentuk manusia, membentuk gambar diri-Nya, Dia tidak berfirman, tetapi rela tangan-Nya berlepotan dengan lumpur yang basah untuk membentuk manusia.. Dengan teliti dan sangat hati-hati, Tuhan Allah, Yehova ini, membentuk manusia dan kemudian menghembuskan nafas-Nya, memberikan Roh-Nya sendiri, dan jadilah manusia itu hidup ! Jadilah manusia yang 'sejenis' dengan Allah karena memiliki roh yang sama. Allah membentuk manusia sebagai Seorang Pribadi.

Ini beda antara manusia dan malaikat. Allah tidak akan pernah menjadikan malaikat menjadi anak-Nya, Tetapi Dia menjadikan manusia-manusia yang sudah dipulihkan menjadi anak-anak-Nya, yang mana kelak juga akan menghakimi para malaikat ! Bahkan manusia dijadikan hampir sama dengan Allah dan memahkotainya dengan kehormatan dan kemuliaan (Mazmur 8:6).

Tetapi apa maksud Allah membentuk manusia itu ?

Allah itu adalah Pribadi (yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak). Allah itu adalah kasih. Allah merindukan suatu subyek lain, pribadi lain, makhluk lain yang sejenis dengan Dia, untuk bisa dikasihi dan mengasihi Dia.

Allah tidak memperoleh kasih ini dari ciptaan-Nya. Dia tidak memperoleh ini dari para malaikat-Nya, walaupun mereka siang malam memberikan penyembahannya.

Malaikat tidak bisa dan tidak mampu mengasihi Allah seperti manusia, karena mereka itu diciptakan tanpa hembusan roh Allah. Malaikat itu memang roh, sama seperti Allah. Tetapi mereka tidak sejenis dengan Allah. Dan Allah tidak bisa berhubungan intim dengan malaikat seperti Dia berhubungan intim dengan manusia.

Hubungan Allah dengan malaikat bisa digambarkan sebagai hubungan manusia dengan anjing, di mana walaupun anjing yang pintar dan mahal, manusia tidak bisa mengasihi anjing seperti manusia mengasihi anak dan isterinya. Dan tidak akan pernah terjadi manusia menjadikan anjing menjadi isteri atau anaknya.

Sesungguhnya, Allah sebelum membentuk manusia adalah Allah yang 'kesepian'. Sangat kesepian dan mendambakan kasih dari seorang pribadi. Dan Allah membentuk manusia untuk memenuhi kebutuhan-Nya ini. Kasih yang Dia peroleh dari pribadi lain ini, dari manusia, tidak bisa diperoleh dari makhluk ciptaan-Nya. Juga tidak dari para malaikat. Hanya kasih dari manusia yang telah memiliki Roh-Nya, artinya yang sudah dipulihkan saja, yang bisa memuaskan kehausan Allah akan kasih.

Ini tujuan Allah yang sebenarnya mengapa Dia membentuk manusia. Manusia baru bisa melihat siapa dirinya dan siapa Allah itu kalau dia menyadari dan mengerti dan mempunyai pengalaman pribadi bersama Allah sebagai Tuhan Allah. Allah sebagai Yehova.

Kalau manusia gagal untuk mengenal Allah sebagai Yehova, maka akan gagal pula untuk mengenal Allah dan dirinya. Kegagalan ini akan membawa bencana dalam kehidupannya seperti apa yang telah dialami oleh wanita pertama (Hawa).

Pada waktu itu ular, gambaran Setan, yaitu penghulu malaikat (Lucifer) yang memberontak kepada Allah, bertanya kepada Hawa, apakah Allah (Elohim) berfirman begini-begitu (baca di Kejadian 3). Setan memang mengenal Allah sebagai Elohim. Apa jawab Hawa ? Dia menanggapi dan mengakui bahwa Allah (Elohim) berkata begini-begitu. Saat Hawa mengakui di hatinya dan diucapkan melalui mulutnya bahwa Allah itu Elohim, dan bukan Yehova, di saat itulah dia sudah gagal dalam mengenal Allahnya, dan untuk seterusnya putuslah hubungannya dengan Allah Yehova. Ini memberikan bencana yang mengerikan kepada dia dan suaminya, dan keturunannya sampai hari ini. Mereka diusir keluar dari taman Eden !

Puji Tuhan, penebusan Kristus memulihkan hubungan Allah dengan setiap manusia yang mau menerima dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Roh Allah kembali ada dalam kehidupan orang itu dan dia mulai bisa mengasihi Allah dan memuaskan Allah dengan kasih yang Dia dambakan itu.

Walaupun Allah mengasihi seluruh orang di dunia, baik yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhannya maupun yang belum, tetapi hanya orang-orang tertentu saja yang mampu memuaskan kasih Allah, yaitu mereka yang hubungan pribadinya dengan Tuhan sebagai Yehova sudah dipulihkan. Mereka inilah yang namanya tercatat di kitab kehidupan dan yang akan menjaminnya untuk hidup selama-lamanya  di sorga bersama Dia. Ini tertuliskan di kitab Wahyu pasal 20 tentang hukuman yang terakhir, 'Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia (yang dimaksudkan Tuhan Yesus), yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya (artinya sudah kiamat). Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab (artinya kitab-kitab agama yang ada, termasuk Alkitabnya orang Kristen). Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api (yang dimaksudkan neraka). Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.'

Kalau judul renungan ditujukan kepada kita, apa jawabnya ?!

 

 

ke renungan yang lain