vHari ini Tanggal
 
HUMOR
 
      f
Mutiara Hadits
Mengucapkan Salam
Durhaka kepada ayah bunda
Ziarah Kubur
Takut kepada Allah
Satu dalam damai
   
Sirah
Sirah Zakariyah
Kisah keislaman Al-Harits bin Hisyam dan Bani Tsaqif
   
Tanya Jawab Islam
Amin dan bacaan Al Fatihah makmun
Hubungan Islam dan kristen
   
Penyakit Hati
Percaya Takhayul
Mengikuti Hawa Nafsu
Taklid dalam Ibadah
   
Mutiara Qalbu
Penyakit Hati
   
Opini
Malu dan memalukan
Tampil cantik dengan busana islami
   
Humor
Kastubi memburu nabi
   
   
Heboh Search
Heboh
   
Jajak Pendapat
Apa yang menarik dari Web ini ?
Informasi MUA
Buletin Al Fath
Mutiara Hadits
Opini
Mutiara Kalbu
Sirah

Current results
Free Web Polls
   
 

Bagaimana Engkau Mengetahui ?

KONON, ungkap Kastubi kepada para peronda, dalam suatu persiapan pertempuran, Sayyidina Ali didatangi orang tua. "Ali, saya harap kamu jangan berangkat perang hari ini, hari ini hari naas buat kamu. Nanti kamu akan mati, dan pasukanmu bisa kocar-kacir," kata Si orang tua. "Bagaimana engakau mengetahui perkara gaib?" tanya Ali. "Dari ilmu perbintangan warisan leluhur." Sayyidina Ali kemudian berjalan menuju seekor onta yang sedang hamil. "Coba Bapak tebak, janin dalam perut ini jantan ataukah betina?" tanya Ali. "Kalau itu saya tidak mengetahuinya". "Bagaimana engkau mengetahui perkara yang akan datang sedangkan sesuatu yang ada di depanmu, yang hanya tertutup kulit yang tipis, engkau tak mengetahuinya," jawab Ali. Mendengan Kastubi bercerita tentang Ali, para peronda kemudian menyadari bahwa sejak pukul 24.00 tadi mereka hanya ngobrol tentang sesuatu yang jauh di depan mereka. Mereka tak tahu rumah salah seorang tetangganya telah kemasukan maling.

Keyakinan Adalah Kekuatan

Dua petani, karena rebutan air irigasi akhirnya sepakat untuk berperang tanding. Air memang adem, tapi rebutan air bikin panas. Untunglah waktu itu banyak yang melerainya, sehingga perang tanding pun berhasil digagalkan. Di luar dugaan, keduanya berjanji untuk bertemu pada keesokan harinya untuk melanjutkan perkelahian yang tertunda itu. Ketika hari H perang tanding telah tiba dan keduanya sudah saling menyisingkan baju, terjadilah keanehan. Keduanya, menurut Kastubi yang mengintip pertandingan itu, sama-sama ngotot memilih menghadap arah yang sama. Arah selatan ! Karena sama-sama ngotot untuk mempertahankan arah tersebut, perang tanding disepakati untuk digagalkan lagi. Tidak mungkin terjadi perang tandingsementara pelakunya menghadap arah yang sama. Gagal menyaksikan pertandingan itu, akhirnya Kastubi mengunjungi kedua petani itu. Tentu saja dalam waktu yang tidak sama. Menurut keterangan mereka adalah peyakin berat Ilmu Ramalan (Astrologi Tradisional), hari H perang tanding itu konon menunjukkan bahwa kejayaan berada di arah Selatan. Andaikata semua bangsa yakin dengan ramalan tradisional tentu tak akan terjadi perang," ujar Kastubi dalam hati.

Getar Sukma

Marbangun, teman Kastubi yang masih muda pernah suatu kali berguru ke Banten. Waktu itu ia melakukannya akibat berdendam kepada beberapa calon kekasihnya. Melalui pencarian yang melelahkan ia berhasil berguru dengan seorang ahli Ilmu Pelet. "Silahkan Nak, rumah ini terbuka untuk siapa saja dan untuk keperluan apa saja," kata Si Guru Pelet. Akhirnya Marbangun pun tinggal di rumah gurunya itu. Tiap hari menjalani tirakat untuk menyempurnakan ilmu-ilmu pelet yang diturunkan gurunya.Setelah dirasa cukup, Marbangun pun kembali. Tentu saja Sang Guru melepaskan dengan berbagai wasiat yang khas. "Kelak jika Engkau berhasil memanfaatkan ilmu yang saya ajarkan, kabarilah saya. Saya akan bangga ketika mendengar murid saya berhasil". Belum genap sebulan Sang Guru di Banten bingung setengah mati. Anak perempuan satu-satunya hilang entah ke mana. Sudah dicari ke sana ke mari tak juga ketemu. Bahkan sampai diumumkan di radio pun tak pulang. Permasalahan menjadi jelas ketika suatu hari Sang Guru menerima surat dari Marbangun. "Guru, ilmu pelet dari Anda memang manjur. Saya harap Anda ikut berbangga dengan keberhasilan ini. Putri guru adalah buktinya. Ia sedang kasmaran dan sekarang ada di rumah saya." Usai dibaca, surat itupun diremas-remas. Ingat apa yang diwasiatkan pada Marbangun, Guru Pe;et itupun tersenyum bangga mendengar murudnya berhasil. Meski begitu, air matanya lalu menetes. Sebagai seorang ayah ia tak kuasa menahan aib. Ia tak menyangka anak gadisnya lari ke pangkuan orang yang diajarinya Ilmu Pelet.

Sihir

Badarudin dari Pati sedang menjalani kontrak kerja di negeri onta Saudi Arabia sebagai sopir. Suatu hari ia berurusan dengan para Asykar (polisi). Kisahnya berawal dari niat baiknya hendak berbagi suka dengan anak-anak majikan tapi niat baiknya itu, yakni bermain sulap, malah berbuntut sial. Sang majikan mengangkat telephon memanggil polisi dan mengatakan bahwa ada warga Indonesia memanfaatkan sihir di Tanah Suci. Badarudin lalu digiring ke kantor polisi. Ia bahkan harus menginap semalam di ruang tahanan/sel. Syukurlah pagi harinya ia langsung diinterogasi. Dengan tenangnya Badarudin menjelaskan bahwa sulap yang diperagakan di hadapan anak-anak majikannya adalah teknik tipuan belaka. Polisi tentu saja tak gampang percaya dengan omongan mangsanya. Mereka masih bersikukuh dengan pendiriannya dan menganggap Badarudin memainkan sihir. Upaya terakhir untuk membela diri pun akhirnya muncul. Badarudin lalu memperagakan sulap dengan gerak lambat. "Coba tuan perhatikan, uang ini saya lipat kecil lalu saya tutup dengan ibu jari, lalu saya ambil daun dan saya gosk-gosok,"katanya menyakinkan. Ketika masalahnya menjadi jelas, polisi Arab lalu tertawa ngakak. "Indonesian good, good," katanya sambil mengangkat 2 jempolnya. Badarudin lalu dilepaskan lagi. "Jangan-jangan engkau dikeluarkan karena berhasil menyulap polisi-polisi itu," ujar Kastubi menjelaskan.

Hadza Sihir

Kisah hampir serupa juga dialami Marni, tetangga dekat Badarudin. Marni mengisahkan kepada Kastubi bahwa ia pernah hampir dipulangkan ke Indonesia oleh majikannya di Arab Saudi hanya gara-gara terjadi kesalahpahaman saat menggoreng kerupuk. Suatu hari, Marni menerima kiriman kerupuk yang masih mentah dari keluarganya di Sidoarjo-Jawa Timur. Dengan maksud ingin memperkenalkan makanan khas Indonesia, Marni lalu mendemonstrasikan bagaimana menggoreng kerupuk. Minyak kelapa telah dituangkan ke dalam wajan, dan ketika telah mendidih Marni memasukkan beberapa kerupuk mentah. Melihat ada benda kecil menjadi besar, majikan yang seumur-umur tak mau menonton Televisi menjadi marah besar,"Hadza Sihr, Hadza Sihr, Ini Sihir, Ini Sihir!" teriaknya. Ah, ada-ada saja si Arab ini.

 

 

Dikutip dari buku : Kastubi Meburu Nabi  
       
 
 
© Musholla Ulul Al Baab Politeknik Negeri Malang
Jl. Veteran PO.BOX 04 Malang 65145 Telp. ( 0341 ) 551341 Pes. 307
Kritik,Pesan, dan Saran kirim ke : Ulul_albaab@bolehmail.com