Bagaimana
mengetahui kehendak Allah
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Bagaimana mengetahui kehendak Allah
I) Kehendak Tuhan:
1) Yang dimaksud dengan kehendak Tuhan
di sini bukanlah Rencana Allah yang sudah Ia tetapkan sejak semula, tetapi apa
yang Ia kehendaki untuk kita lakukan dalam sikon tertentu.
2) Kalau saudara betul-betul menerima
Yesus bukan hanya sebagai Juruselamat tetapi juga sebagai Tuhan dalam hidup
saudara, maka penting bagi saudara untuk mengetahui kehendak Tuhan dalam arti
ini.
II) Syarat untuk mengetahui kehendak Allah:
1) Saudara
adalah orang kristen / anak Allah.
Sebagai gembala, Yesus hanya memimpin
kita yang adalah domba, bukan orang kafir / kristen KTP yang adalah kambing.
2) Saudara
hidup dalam ketaatan (Maz 25:9,12
Amsal 3:5-6 Ro 12:1-2).
Adanya dosa sering menyebabkan Tuhan
tidak mau menyatakan kehendakNya (1Sam 14:37 1Sam 28:6).
3) Saudara
ingin tahu kehendak Allah itu dan mau melakukannya.
a) Kebanyakan orang kristen tidak
menginginkan kehendak Tuhan. Biasanya mereka memutuskan untuk diri mereka
sendiri apa yang mereka akan lakukan dan mereka lalu minta Tuhan menyertai dan
memberkati apa yang mereka lakukan itu. Dengan kata lain, mereka minta supaya
Allah merestui kehendak mereka. Ini salah! Tetapi coba renungkan: apakah bukan
ini yang biasanya saudara lakukan? Misalnya dalam mencari pacar, menentukan sekolah
/ study / pekerjaan, membeli rumah, memilih pelayanan, dsb?
b) Ada juga orang yang menanyakan
kehendak Allah tetapi dalam hati ia sudah memutuskan apa yang akan ia lakukan.
Jadi, ia cuma ingin mengecheck apakah Allah setuju dengan dia atau tidak. Kalau
Allah setuju ia menuruti Allah, tetapi kalau tidak ia akan mengabaikan kehendak
Allah itu. Atau ia menanyakan kehendak Allah untuk melihat apakah Allah punya
kehendak yang lebih baik dari keputusannya itu. Ini jelas juga salah!
c) Ada juga orang yang ingin tahu
kehendak Tuhan hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya, tetapi ia tidak punya
tekad untuk menyesuaikan hidupnya dengan kehendak Tuhan. Ini jelas juga salah.
d) Yang benar adalah: saudara harus
menanyakan kehendak Allah dengan suatu tekad bahwa apapun yang Tuhan
perintahkan saudara mau menurutinya! Kalau ini ada pada saudara maka Allah mau
menunjukkan kehendakNya kepada saudara!
4) Saudara
menggunakan cara yang benar untuk mencari kehendak Allah.
Hanya berbekal ‘hati yang tulus dalam
mencari kehendak Allah’ bukanlah jaminan bahwa saudara akan mendapatkan
kehendak Allah itu. Caranya harus benar!
Orang yang mencari Allah, kalau caranya
salah (tidak melalui Yesus sebagai satu-satunya jalan), tidak akan mendapatkan
Allah. Demikian juga orang yang mencari kehendak Allah, kalau caranya salah
tidak akan mendapatkan kehendak Allah itu.
5) Banyak
berdoa supaya Allah menunjukkan kehendakNya.
III) Cara-cara
mengetahui kehendak Allah:
1) Penggunaan
tiang awan dan tiang api (Kel 13:21-22).
Tuhan hanya memakai cara ini pada waktu
memimpin bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan. Setelah itu Tuhan tidak pernah
memakai cara ini lagi. Ini menunjukkan bahwa cara yang dipakai oleh Tuhan dalam
Kitab Suci belum tentu bisa dipakai pada jaman ini! Bdk. Ibr 1:1.
2) Penggunaan Urim dan Tumim / undian
(Kel 28:30 Bil 17:21 Yos 7:16-18 1Sam 14:41-42
Amsal 16:33 Kis 1:26).
3) Mujijat, seperti:
·
Theophany.
·
Malaikat.
·
Pengelihatan
/ pendengaran.
·
Tuhan /
Roh Kudus berbicara langsung.
·
dll
4) Mimpi
(Yusuf, Firaun, dsb).
5) Meminta
tanda.
Contoh:
·
Gideon
dalam Hakim-hakim 6:36-40.
·
Hamba
Abraham waktu mencarikan istri untuk Ishak (Kej 24:12-dst).
·
Yonatan
dalam 1Sam 14:6-15.
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
a) Dalam ketiga contoh di atas
permintaan tanda selalu bersifat specific / tertentu. Jangan meminta pimpinan
Tuhan dengan berdoa seperti ini: Tuhan kalau memang Engkau menghendaki saya
melakukan hal ini berilah saya tanda (tanpa spesifikasi tanda apa yang ia inginkan).
Mengapa? Karena kalaupun saudara menerima tanda, saudara tidak bisa yakin itu
dari Tuhan atau bukan. Bisa juga terjadi sesuatu yang saudara kira sebagai
tanda dari Tuhan padahal bukan.
b) Kita tidak boleh meminta tanda
dengan cara memojokkan / membatasi Tuhan (baik itu kita sadari atau tidak).
Yang saya maksudkan dengan ‘tanda yang memojokkan / membatasi Allah’ itu
bukanlah tanda yang sukar / tak masuk akal, tetapi kalau kita baik secara
langsung / sadar maupun secara tak langsung / tak sadar, meminta: Tuhan, kalau
Engkau menghendaki jalan yang ini, muluskan jalannya.
Contoh: satu saudara berdoa: Tuhan kalau
Engkau menghendaki gedung gereja, berikan 50 % uangnya dalam 1 minggu. Ini
memojokkan / membatasi Tuhan! Bagaimana kalau Tuhan menghendaki gedung gereja
tetapi Ia hanya mau menyediakan 10 % atau 20 % uangnya dalam waktu
satu minggu?
c) Perlu diingat bahwa dalam jaman
Kitab Sucipun Tuhan tidak selalu mau memberi tanda! Bdk. Mat 12:38-39
Mat 16:1-4 1Kor 1:22-23.
Apalagi pada jaman sekarang!
Richard L. Strauss dalam bukunya yang
berjudul ‘How to really know the will of
God’, p 132 berkata sebagai berikut:
“Scripture relates no instance of a believer seeking the
will of God through signs after the day of Pentecost. Today we have the
permanent indwelling of the Holy Spirit and the completed revelation of
Scripture. We have no need for signs. To devise specific stipulations and to
demand them of God is to reduce God to our mold, to make him after our own
image, to create our own God. Let God be God! He must be free to deal with us
as he pleases” (= Kitab Suci tidak menceritakan satu kejadianpun
tentang seorang percaya yang mencari kehendak Allah melalui tanda-tanda setelah
hari Pentakosta. Pada jaman ini kita dihuni secara tetap oleh Roh Kudus dan
kita mempunyai wahyu Kitab Suci yang lengkap. Kita tidak membutuhkan
tanda-tanda. Memikirkan syarat / ketentuan tertentu dan menuntutnya dari Allah
sama dengan merendahkan Allah pada pembentukan kita, membuat Ia sesuai gambar
kita, menciptakan Allah kita sendiri. Biarlah Allah menjadi Allah. Ia harus
bebas memperlakukan kita sesuai kehendakNya).
d) Kalau kita toh mau minta tanda,
sebaiknya kita minta tanda yang berpadanan dengan kehendak Tuhan yang sedang
digumulkan itu.
Contoh:
·
ada
saudara yang merasa Tuhan memanggil dia menjadi hamba Tuhan, tetapi ia punya
hutang, dan istrinya masih kristen KTP. Maka saya menasehatkan untuk minta
tanda berupa pelunasan hutang dan pertobatan istri. Mengapa? Karena hal-hal ini
berpadanan dengan panggilan jadi hamba Tuhan itu. Ia tidak mungkin pergi ke
sekolah Theologia dan menjadi hamba Tuhan dalam keadaan punya hutang yang tak
terbayar dan punya istri yang kristen KTP!
·
saudara
minta tanda: kalau Tuhan menghendaki kita membeli ruko / rukan, ubahkanlah
pandangan dari saudara-saudara yang pro pembelian gedung sekolah. Sebaliknya:
kalau Tuhan menghendaki sekolah, ubahkanlah pandangan saudara-saudara yang pro
pembelian ruko / rukan.
6) Nabi
/ pelihat (1Sam 9:6).
7) Adanya
damai atau tidak adanya damai.
Ini didasarkan atas ajaran Kitab Suci
yang menunjukkan bahwa kalau kita berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka
kita akan memiliki damai, dan sebaliknya kalau kita berjalan di luar kehendak
Tuhan kita tidak akan memiliki damai (Yes 48:18,22 2Sam 24:10).
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a) Seringkali kita sukar membedakan
damai / sukacita dari Tuhan dengan kesenangan duniawi. Lebih-lebih dalam
persoalan jatuh cinta, sukacita karena cinta sukar dibedakan dengan sukacita /
damai dari Tuhan!
b) Damai / tidak damai tidak hanya
ditentukan oleh keputusan yang sedang kita gumulkan, tetapi oleh seluruh hidup
kita. Kalaupun dalam hal yang sedang kita gumulkan kita memilih jalan yang
sesuai kehendak Tuhan, tetapi dalam hal-hal yang lain kita menyimpan dosa, maka
kita tetap tidak akan damai.
c) Orang yang berjalan di luar
kehendak Tuhan bisa mempunyai damai yang palsu.
Contoh dalam Kitab Suci: Yunus bisa
tidur pada waktu lari dari kehendak Tuhan.
Contoh dalam hidup sehari-hari: kalau
saudara punya pelayanan / pekerjaan yang menjengkelkan dan memberikan banyak
stress pada saudara, maka pada waktu saudara meninggalkan pelayanan / pekerjaan
itu, bisa saja saudara lalu merasa lega (yang lalu saudara salah-tafsirkan
sebagai damai / sukacita), sekalipun itu bukan kehendak Tuhan!
d) Kalau pada suatu pergumulan kita
lalu mengambil keputusan memilih satu hal tertentu, dan dengan mendadak
ada damai yang memenuhi diri kita, maka mungkin itu bisa diartikan bahwa
damai itu menunjukkan bahwa kita telah memilih hal yang sesuai dengan kehendak
Tuhan (Catatan: saya katakan ‘mungkin’ karena bisa saja terjadi seperti contoh
ke 2 dalam point c) di atas.
Contoh: Waktu saya dipanggil Tuhan, dan
mengambil keputusan untuk menjadi hamba Tuhan, mendadak ada damai yang luar
biasa.
e) Juga perlu diingat bahwa orang yang
berjalan sesuai kehendak Tuhan bisa mengalami begitu banyak kesukaran /
serangan setan / hal-hal yang menakutkan, yang justru lalu menyebabkan ia
gelisah / tidak damai (karena kita kurang beriman, dsb).
Contoh dalam Kitab Suci: Mat
8:23-25 Mat 14:22-26 Mat 14:29-30 Kel 14:1-12.
Contoh dalam hidup
sehari-hari:
·
mentaati
Tuhan untuk menjadi guru sekolah minggu, tetapi lalu merasa sumpek karena
nakalnya anak-anak sekolah minggu atau karena pelayanan yang kelihatannya tidak
ada gunanya.
·
mentaati
Tuhan sehingga melarat, lalu menjadi takut / kuatir.
·
memutuskan
membeli gedung sekolah untuk gedung gereja, lalu menjadi gelisah memikirkan
bagaimana mendapatkan Rp 750 juta.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa yang
salah bukanlah jalan yang dipilih itu, tetapi sikap hati kita pada waktu
memilih jalan yang benar itu.
8) ‘Pintu
yang tertutup’ atau ‘pintu yang terbuka’.
Ini didasarkan atas pandangan bahwa
kalau sesuatu memang adalah kehendak Tuhan, maka tidak mungkin tahu-tahu lalu
tidak bisa dilaksanakan / pintu tertutup.
Kalau menggunakan cara ini perlu
diingat bahwa:
a) Pintu terbuka bisa datang dari
setan.
Contoh: Yunus mendapat tempat di kapal.
Penerapan:
·
Karena
itu kalau misalnya saudara berdoa minta pekerjaan, lalu ada tawaran pekerjaan,
jangan terlalu cepat menganggap ‘pintu terbuka’ itu sebagai datang dari Tuhan.
·
Saudara
berdoa minta pacar, lalu ada lawan jenis yang mendekati saudara. Itu belum
tentu datang dari Tuhan!
·
Mau beli gedung
sekolah seharga Rp 750 juta, tahu-tahu ada orang yang mau meminjami Rp 500 juta
dengan bunga 1%. Ini belum tentu datang dari Tuhan!
b) Kita harus bisa membedakan antara
pintu yang betul-betul ditutup oleh Tuhan dan pintu yang cuma seolah-olah
tertutup / ditutup oleh setan. Kalau pintu memang ditutup oleh Tuhan, maka itu
tidak akan bisa dibuka oleh siapapun (Wah 3:7b), dan itu menunjukkan bahwa
memang bukan kehendak Tuhan kita melewati pintu itu. Tetapi kalau pintu
seolah-olah tertutup / ditutup oleh setan, maka perlu diingat bahwa:
·
Tuhan
lebih berkuasa dari setan, dan karenanya Tuhan bisa membuka pintu manapun
termasuk pintu yang ditutup oleh setan (Wah 3:7b Kel 14:15-31 - Laut Teberau dibelah!).
·
iman dan
doa bisa memindahkan gunung (Mark 11:22-24)!
Catatan: seringkali pintu yang betul-betul
tertutup sukar / tidak bisa dibedakan dari pintu yang seolah-olah tertutup.
Tetapi kadang-kadang hal itu bisa dibedakan. Misalnya saudara jatuh cinta pada
seorang gadis, dan tahu-tahu gadis itu menikah dengan orang lain. Maka ini
tentu harus dianggap sebagai pintu yang betul-betul tertutup!
Penerapan:
¨
Harga gedung
sekolah yang Rp 750 juta tidak menunjukkan bahwa itu betul-betul merupakan
pintu yang tertutup!
¨
Pada
waktu kita mau membeli gedung sekolah, tahu-tahu ada ruko / rukan yang
ditawarkan dan itu ada dalam jangkauan kita. Ini belum tentu merupakan pintu
terbuka yang datang dari Tuhan! Bisa saja ini datang dari setan, yang tidak
menghendaki kita membeli gedung sekolah!
9) Penggunaan
Kitab Suci.
Setelah
Pentakosta dan setelah Kitab Suci lengkap, maka secara umum Tuhan menunjukkan
kehendaknya melalui Kitab Suci!
a) Dalam mencari kehendak Tuhan yang
bersifat umum:
Kehendak Tuhan yang bersifat umum ini
berlaku untuk setiap orang, ada dalam Kitab Suci dan bisa didapatkan dari
belajar Kitab Suci dengan menggunakan pikiran yang diterangi Roh Kudus sehingga
mengerti Kitab Suci.
·
Ada yang
terdapat secara explicit / jelas
dalam Kitab Suci.
Misalnya:
*
Orang
kristen tidak boleh menikah dengan non kristen (2Kor 6:14).
*
Orang
kristen tidak boleh bercerai kecuali kalau pasangannya berzinah (Mat 5:32 Mat 19:9).
*
Orang
kristen harus tunduk pada pemerintah (Ro 13:1-2), kecuali dalam hal-hal
dimana pemerintah bertentangan dengan Kitab Suci (Kis 5:29).
Contoh: pada waktu saya tahu bahwa orang yang
mau meminjamkan Rp 500 juta itu menghendaki status tanah diubah dari fasilitas
umum menjadi fasilitas rumah, saya yakin itu bukan kehendak Tuhan, karena ini
melawan peraturan pemerintah!
·
Ada yang
terdapat secara implicit dalam Kitab
Suci.
Contoh:
*
larangan
merokok.
*
kita
mendapat kesempatan khotbah kepada sekelompok orang yang tak beriman (kafir
atau kristen KTP). Apa yang harus kita beritakan? Tentang Allah Tritunggal?
Tentang Predestinasi / Providence of God? Tentu tidak! Ini tak sesuai dengan
hikmat maupun Kitab Suci! Dalam hal ini, pikiran / hikmat + Kitab Suci jelas
mengharuskan kita memilih untuk memberitakan Injil kepada mereka!
Karena ada dalam Kitab Suci, maka yang
ini sudah tidak perlu / tidak boleh ditanyakan kepada Tuhan!
b) Kehendak Tuhan yang bersifat khusus:
Ada hal-hal yang tidak mungkin bisa
didapatkan dari sekedar belajar / merenungkan Kitab Suci, seperti:
·
siapa
jodoh saya? Kalau saya laki-laki maka jodoh saya tentu harus perempuan dan
karena saya kristen maka ia harus orang kristen, tetapi perempuan kristen yang
mana? Tentu harus yang cocok dengan saya dan yang saya cintai, tetapi bagaimana
kalau ada lebih dari satu orang seperti itu? Yang mana yang harus saya pilih?
·
saya
mendapat 2 tawaran pekerjaan yang sama-sama tidak menabrak acara gereja. Yang mana
yang harus saya pilih?
·
saya
diterima di 2 sekolah. Yang mana yang harus saya pilih?
·
beli Ruko
/ rukan atau gedung sekolah?
Perlu saudara ingat bahwa:
1. Pikiran kita terbatas, dan Kitab
Suci tidak memberi petunjuk dalam segala hal.
2. Tuhan sering menyuruh / bekerja
dengan cara yang bertentangan dengan logika / pikiran kita (bdk. Mat 14:29 Yoh 11:3-dst 1Raja-raja 17:9-16 2Raja-raja 5:10).
Kalau kita melihat situasi dalam Yoh
11, maka kalau kita hanya menggunakan pikiran + terang Roh Kudus + Kitab Suci
saya yakin kita tidak akan menunda 2 hari, seperti yang Yesus lakukan (Yoh
11:6).
3. Kadang-kadang ada hal yang menurut
pikiran kita maupun Kitab Suci merupakan sesuatu yang baik, tetapi toh Tuhan
tidak menghendaki kita melakukannya.
Contoh:
¨
Daud mau
membangun Bait Allah (2Sam 7:1-17).
¨
Paulus
mau memberitakan Injil di Asia / Bitinia (Kis 16:6-7).
Untuk memecahkan persoalan ini, maka
ada orang yang menemukan cara-cara / metode-metode sebagai berikut:
a. Penggunaan
Kitab Suci dengan cara ‘at random’.
Caranya adalah dengan berdoa minta
pimpinan Tuhan, lalu membuka Kitab Suci secara sembarangan dan menunjuk ayat
secara sembarangan. Ayat ini dianggap sebagai petunjuk / jawaban Tuhan.
Saya berpendapat bahwa Tuhan tidak
pernah mengajar kita menggunakan Kitab Suci dengan cara ini.
Richard L. Strauss dalam bukunya yang
berjudul ‘How to really know the will of
God’, p 82-83 berkata sebagai berikut:
“Some Christians
seem to think the Bible is some sort of sanctified soothsayer, a hallowed
horoscope, or a holy Ouija board. When they have a question or a decision to
which they have not been able to find an answer, in sheer desperation they
close their eyes, empty their minds of any past knowledge of the Word, open the
Bible at random, point to a text, and accept that fragment as divine guidance.
Or maybe they use a casual dive into a Bible promise box to get an answer to
their dilemma. ... Although God did lead men by casting lots on some occasions
before his Word was completed, there is no indication that we should resort to
such methods of chance today” (=
Beberapa orang kristen kelihatannya mengira / menganggap Alkitab sebagai
sejenis peramal yang dikuduskan, horoscope yang disucikan, atau suatu Ouija board
yang suci. Ketika mereka mempunyai pertanyaan atau suatu keputusan terhadap
mana mereka tidak bisa mendapatkan jawab, dalam keputus-asaan mereka menutup
mata mereka, mengosongkan pikiran mereka dari semua pengetahuan yang lalu
tentang Firman Tuhan, membuka Alkitab secara sembarangan, menunjuk pada satu
text, dan menerima bagian / potongan itu sebagai petunjuk ilahi. Atau mungkin
mereka terjun begitu saja ke dalam suatu kotak janji Alkitab untuk mendapatkan jawaban
bagi persoalan mereka. ... Sekalipun Allah memang memimpin manusia dengan
pembuangan undi dalam beberapa peristiwa sebelum FirmanNya dilengkapkan, tidak
ada petunjuk bahwa kita harus mengambil jalan metode kebetulan seperti itu pada
jaman ini).
b. Penggunaan
buku saat teduh.
Caranya adalah dengan berdoa menanyakan
sesuatu kepada Tuhan, lalu membaca buku saat teduh untuk hari itu, dan
menganggapnya sebagai petunjuk Tuhan.
Ada yang tak setuju dengan cara ini dan
menganggap sama seperti ‘jiam sie’.
Jawaban saya:
¨
saya
tidak bisa melihat persamaan antara Firman Tuhan dengan ‘jiam sie’!
¨
juga saya
percaya bahwa penulis buku saat teduh itu dipimpin oleh Tuhan pada saat ia
menulis (tentu saja kita perlu memilih buku saat teduh yang ditulis oleh orang
yang nggenah!). Tuhan tahu kapan saya akan menggunakan buku saat teduh itu
untuk menanyakan kehendak Tuhan dan Tuhan bisa memimpin penulis buku saat teduh
itu untuk menjawab pertanyaan saya.
Hal-hal lain yang perlu diingat adalah:
·
Harus
diperhatikan untuk tidak mengambil jawabannya dengan cara sembarangan. Jangan
melihat kata tertentu, lalu dilepaskan dari kontexnya dan dianggap sebagai
jawaban.
Contoh: seorang saudara menanyakan apakah
Tuhan menghendaki kita membeli ruko / rukan atau gedung sekolah, dan
mendapatkan jawaban dari Maz 127. Ia lalu melihat adanya kata ‘rumah’ dalam Maz
127:1 itu yang lalu ia tafsirkan sebagai ‘ruko / rukan’.
Illustrasi:
waktu saya jadi guru agama, murid saya bertanya: Pak kapan ulangan? Saya
jawab: hari Rabu saya beri tahu. Tetapi ia cuma ambil ‘hari Rabu’ dan anggap
itu sebagai jawaban. Memotong kalimat dengan cara seperti itu tentu
menyesatkan!
·
Jawaban
harus disesuaikan dengan pertanyaannya. Karena itu ingat baik-baik pertanyaannya, lalu lihat apakah jawaban Tuhan itu
menjawab pertanyaan itu atau tidak.
·
Dalam
mendapatkan jawaban Tuhan melalui saat teduh ini, kita tak boleh bergantung
pada perasaan. Misalnya jawabannya jelas ya, tetapi kita menolak, karena hati
kita tidak merasakan hal itu! Sikap seperti ini punya kecondongan seperti orang
Neo Orthodox yang hanya menganggap Kitab Suci sebagai firman Tuhan kalau
‘berbicara’ kepadanya.
Jadi,
jawaban firman Tuhan ini bersifat obyektif, bukan subyektif!
·
Tuhan
tidak selalu langsung menjawab pertanyaan saudara. Kalau Ia tidak menjawab
saudara harus tekun bertanya. Kalau Ia terus tidak menjawab, mungkin karena ada
dosa dalam diri saudara (1Sam 14:37
1Sam 28:6). Saudara harus bertobat dahulu, baru bertanya lagi.
·
Tuhan
tidak selalu menjawab dengan jelas / meyakinkan. Kalau saudara tidak yakin /
masih ragu-ragu maka saudara bisa bertanya lagi.
Contoh:
¨
pergumulan
saya menjadi hamba Tuhan.
Saya mendapatkan jawabannya dari buku
saat teduh Streams in the desert, vol 2, tgl 22 Maret. Dalam renungan itu
diceritakan tentang seekor anjing gembala yang rela meninggalkan anaknya dan
bahkan mengorbankan nyawanya demi mencari 3 domba yang sesat / hilang. Lalu
pada bagian akhir saat teduh itu ada tantangan: kalau anjing itu yang hanya
mengharapkan senyum tuannya rela melakukan itu untuk mencari domba yang hilang,
bagaimana dengan engkau? Ada 1000 juta orang terhilang, maukah engkau pergi?
¨
saya mau
beli lemari aluminium, dan mendapatkan jawabannya dari Mat 20:20-28.
c. Meminta
jawaban Tuhan melalui khotbah.
Hampir sama seperti no b. di atas,
tetapi di sini kita meminta jawaban Tuhan melalui khotbah. Tentu saja kita
harus memilih pengkhotbah yang benar-benar Alkitabiah dan Injili, bukan seadanya
pengkhotbah!
IV) Mentaati kehendak Allah:
1) Kalau saudara sudah yakin akan
kehendak Tuhan maka percayalah bahwa itu
adalah yang terbaik bagi saudara. Karena itu konsekwensinya adalah:
a) Jangan ‘menawar’!
Perlu diketahui bahwa tetap meminta
ijin Tuhan untuk melakukan keinginan kita yang jelas bertentangan dengan
kehendak Tuhan, menimbulkan kemarahan Tuhan dan bisa sangat berbahaya bagi
kita.
Contoh:
·
Musa
dalam Kel 4:10-17
·
Bileam
dalam Bil 22:2-20.
b) Jangan tidak mau taat.
Adalah sia-sia, bahkan kurang ajar,
kalau kita mencari kehendak Allah tetapi setelah mendapatkannya kita tidak mau
melakukannya.
Disamping itu, kalau ‘menawar’ kehendak
Tuhan saja sudah bisa membahayakan, maka menolak kehendak Tuhan lebih-lebih
bisa membahayakan / merugikan diri kita. Ini akan menyebabkan:
·
Datangnya
hukuman / hajaran Tuhan.
Contoh: Yunus.
·
Tuhan
tidak mau menunjukkan langkah selanjutnya.
Perlu saudara ketahui bahwa Allah tidak akan menunjukkan seluruh
kehendakNya sekaligus. Ia menunjukkan langkah demi langkah (bdk.
Kej 12:1-3). Kalau Ia menunjukkan satu langkah dan kita mentaatinya, maka
Ia akan menunjukkan langkah berikutnya. Tetapi kalau kita tidak melakukan
langkah pertama yang ditunjukkanNya, Ia tidak akan menunjukkan langkah
selanjutnya, dan ini akan menyebabkan hidup kita makin lama makin jauh dari
Tuhan.
2) Mentaati kehendak Tuhan sering
menimbulkan kesukaran / penderitaan.
Kalau kita menuruti kehendak Allah,
Allah pasti akan beserta kita. Tetapi jangan harapkan bahwa jalannya pasti
mulus! Jangan lupa bahwa semakin kita mentaati Tuhan, semakin setan itu
menyerang kita. Disamping itu bisa saja Tuhan memberi kesukaran / kekalahan /
bencana untuk menguji kita. Karena itu, bisa saja pada waktu kita menuruti
kehendak Tuhan, justru mula-mula terjadi bencana / kekalahan (bdk. Hakim-hakim
20:18-35).
Kalau saudara mengalami hal seperti
itu, janganlah berhenti mengikuti kehendak Tuhan (bdk. 1Pet 3:17 1Pet 4:19), dan janganlah takut karena
Tuhan beserta saudara (bdk. Maz 23:4). Pada akhirnya saudara pasti menang
Penerapan:
·
saudara
memberi persembahan iman, lalu justru datang musibah yang membutuhkan uang
besar.
·
kita
memutuskan beli gedung sekolah, tetapi mendapat uangnya sukar / seret.
·
Richard
L. Strauss dalam bukunya yang berjudul ‘How
to really know the will of God’, p 129 berkata sebagai berikut:
“... the lack of apparent blessing or the unpleasantness
of a task does not necessarily mean that God wants us to move on. Pastors often
feel that God is leading them elsewhere when a few people begin to disagree
with them. But even persecution did not move the apostles in the early years of
the church. While others fled from Jerusalem, the apostles stayed” (= tidak adanya berkat yang nyata atau ketidaknyamanan
suatu tugas tidak harus berarti bahwa Allah menghendaki kita pindah.
Pendeta-pendeta sering merasa bahwa Allah sedang memimpin mereka ke tempat lain
ketika beberapa orang mulai tidak setuju / menentang mereka . Tetapi bahkan
penganiayaan tidak memindahkan para rasul pada tahun-tahun awal dari gereja.
Pada waktu orang-orang lain lari dari Yerusalem, para rasul tetap tinggal).
Dan ia menambahkan Gal 6:9 untuk mendukung pandangannya ini.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com