Eksposisi Surat Petrus yang Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
I PETRUS 3:18-20
1Pet
3:18-20 - “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk
segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia
membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai
manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di
dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di
dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh
tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh
sedang mempersiapkan bahteranya, dimana hanya sedikit, yaitu delapan orang,
yang diselamatkan oleh air bah itu”.
Tidak usah diragukan lagi, ini merupakan suatu bagian
Kitab Suci yang sangat sukar, dan bahkan salah satu dari yang paling sukar
dalam Kitab Suci. Sukarnya text ini terlihat dari beberapa komentar di bawah
ini.
William Barclay: “this passage is one of the most difficult
in the New Testament, ... we are here face to face with one of the most
difficult passages, not only in Peter’s letter, but in the whole New Testament” (=
text ini adalah salah satu text yang paling sukar dalam Perjanjian Baru, ... di
sini kita berhadapan dengan salah satu text yang paling sukar, bukan hanya
dalam surat Petrus, tetapi dalam seluruh Perjanjian Baru) - hal 233,236.
Pulpit Commentary: “The literature of ver. 19 is a library” (=
Literatur tentang ay 19 merupakan suatu perpustakaan) - hal 161.
A. T. Robertson: “Luther admits that he does not know what
Peter means” (= Luther mengakui bahwa ia tidak
mengerti apa yang dimaksudkan oleh Petrus) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 6,
hal 117.
Yang menjadi problem dalam penafsiran text ini adalah:
1. Terjemahannya.
3:18 - “Sebab juga Kristus telah
mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak
benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam
keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,”.
KJV: ‘For Christ also hath once
suffered for sins, the just for the unjust, that he might bring us to God,
being put to death in the flesh, but quickened by the Spirit’
(= Karena Kristus juga telah menderita sekali untuk dosa-dosa, orang yang benar
untuk orang yang tidak benar, supaya Ia bisa membawa kita kepada Allah, dibunuh
dalam daging, tetapi dihidupkan oleh Roh).
RSV: ‘For Christ also died for
sins once for all, the righteous for the unrighteous, that he might bring us to
God, being put to death in the flesh but made alive in the
spirit’ (= Karena Kristus juga mati untuk dosa-dosa sekali untuk
selamanya, orang benar untuk orang yang tidak benar, supaya Ia bisa membawa
kita kepada Allah, dibunuh dalam daging tetapi dihidupkan dalam
roh).
NIV: ‘For Christ died for sins
once for all, the righteous for the unrighteous, to bring you to God. He was
put to death in the body but made alive by the Spirit’
(= Karena Kristus mati untuk dosa-dosa sekali untuk selamanya, orang benar
untuk orang yang tidak benar, untuk membawa kamu kepada Allah. Ia dibunuh dalam
tubuh tetapi dihidupkan oleh Roh).
NASB: ‘For Christ also died for
sins once for all, the just for the unjust, in order that He might bring us to
God, having been put to death in the flesh, but made alive in
the spirit’ (= Karena Kristus mati untuk dosa-dosa sekali untuk
selamanya, orang benar untuk orang yang tidak benar, supaya Ia bisa membawa
kita kepada Allah, setelah dibunuh dalam daging, tetapi dihidupkan dalam
roh).
3:19-20 - “(19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil
kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang
dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti
dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, dimana hanya sedikit,
yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.
KJV: ‘By which also he went and preached
unto the spirits in prison; Which sometime were disobedient, when once the
longsuffering of God waited in the days of Noah, while the ark was a preparing,
wherein few, that is, eight souls were saved by water’ (= Oleh siapa Ia
juga pergi dan berkhotbah / memberitakan kepada roh-roh dalam penjara;
Yang dahulu tidak taat, pada waktu kesabaran Allah menunggu pada jaman Nuh,
pada saat bahtera sedang disiapkan, dimana sedikit, yaitu delapan jiwa
diselamatkan oleh air).
RSV: ‘in which he went and preached
to the spirits in prison, who formerly did not obey, when God's patience waited
in the days of Noah, during the building of the ark, in which a few, that is,
eight persons, were saved through water’ (= dalam siapa Ia pergi dan berkhotbah
/ memberitakan kepada roh-roh dalam penjara, yang dahulu tidak taat, pada
waktu kesabaran Allah menunggu pada jaman Nuh, selama pembangunan bahtera,
dalam mana sedikit, yaitu delapan orang, diselamatkan melalui air).
Catatan: kata ‘Injil’ sebetulnya memang tidak ada. Ini
berbeda dengan 1Pet 4:6 yang memang menggunakan kata ‘memberitakan
Injil’, tetapi
dalam bentuk pasif.
2. Siapa ‘roh’ pada akhir ay 18 itu? Ia
pasti sama dengan ‘Roh’ yang memberitakan Injil pada ay 19a! Ada yang
menganggap bahwa ini adalah ‘roh manusia Yesus’; ada pula yang menganggap ini
adalah ‘Roh ilahi Yesus / Logos’; dan ada anggapan lain lagi yang
mengatakan bahwa ini adalah ‘Roh Kudus’. Dan apakah Pemberitaan Injil itu
dilakukan melalui Nuh atau tidak?
3. Siapa ‘roh-roh
yang di dalam penjara’ yang menerima pemberitaan Injil itu? Setan, atau manusia? Kalau manusia,
manusia yang mana? Semua orang yang tidak percaya? Semua orang yang belum
pernah mendengar Injil? Semua orang yang tidak percaya pada jaman Perjanjian
Lama? Semua orang kudus / beriman jaman Perjanjian Lama? Orang-orang yang mati
karena banjir pada jaman Nuh?
4. Dimana dan kapan terjadinya
pemberitaan (Injil) kepada roh-roh dalam penjara itu? Di dunia pada jaman Nuh,
atau di Hades / dunia orang mati pada masa antara kematian dan kebangkitan
Tuhan Yesus? Atau di Hades pada saat Yesus bangkit atau naik ke surga, atau di
Hades sampai pada saat ini? Dan apakah pemberitaan (Injil) itu terjadi pada
saat orang-orang itu sudah mati atau masih hidup?
5. Apakah pemberitaan (Injil) itu bisa
mempertobatkan dan menyelamatkan atau hanya sekedar merupakan suatu proklamasi
kemenangan saja yang sama sekali tidak bisa mempertobatkan?
Karena kesukaran-kesukaran ini maka muncul
bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:
1) Yang memberitakan kepada roh-roh
dalam penjara adalah Enoch (= Henokh). Pemberitaan itu ditujukan kepada
malaikat-malaikat yang jatuh, dan dilakukan di Hades. Disamping itu pemberitaan
itu tidak bisa mempertobatkan, tetapi hanya merupakan pengumuman tentang
hukuman mereka.
William Barclay: “If
we look at Moffatt’s translation, we find something quite different. He
translates: ‘In the flesh he (Christ) was put to death, but he came to life in
the Spirit. It was in the Spirit that Enoch also went and preached to the
imprisoned spirits who had disobeyed at the time when God’s patience held out
during the construction of the ark in the days of Noah.’ How does Moffatt
arrive at this translation? The name of Enoch does not appear in any Greek
manuscript. But in the consideration of the text of any Greek author, scholars
sometimes use a process called ‘emendation’. They think that there is something
wrong with the text as it stands, that some scribe has perhaps copied it
wrongly; and they, therefore, suggest that some word should be changed or
added. In this passage Rendel Harris suggested that the word ‘Enoch’ was missed
out in the copying of Peter’s writing and should be put back in” [=
Jika kita melihat pada terjemahan Moffatt, kita mendapatkan sesuatu yang sangat
berbeda. Ia menterjemahkan: ‘Dalam daging Ia (Kristus) dibunuh, tetapi Ia hidup
dalam Roh. Dalam Roh itu juga Enoch / Henokh pergi dan berkhotbah /
memberitakan kepada roh-roh yang dipenjara yang telah tidak taat pada waktu
kesabaran Allah bertahan selama pembentukan bahtera pada jaman Nuh’. Bagaimana
Moffatt bisa menterjemahkan seperti ini? Nama Enoch / Henokh tidak ada
dalam manuscript Yunani manapun. Tetapi dalam mempertimbangkan text dari
seadanya pengarang Yunani, para ahli kadang-kadang menggunakan suatu proses
yang disebut ‘emendation / koreksi / perubahan / perbaikan’. Mereka
beranggapan bahwa ada sesuatu yang salah dengan text yang ada, bahwa penyalin
mungkin telah menyalin secara salah; dan karena itu mereka mengusulkan supaya
beberapa kata diubah atau ditambahkan. Dalam text ini Rendel Harris mengusulkan
bahwa kata ‘Enoch / Henokh’ luput / hilang dalam penyalinan dari tulisan
Petrus dan harus dikembalikan] - hal 238.
Barclay lalu mengatakan bahwa
bagian yang dipersoalkan itu dalam bahasa Yunani adalah sebagai berikut:
¯
EN HO KAI TOIS EN PHULAKE PNEUMASI(N) POREUTHEIS
EKERUXEN
in which also
to the in prison
spirits
having gone he preached
William Barclay: “It
was Rendel Harris’s suggestion that between KAI and TOIS the word ENOCH had
dropped out. His explanation was that, since most manuscript copying was done
to dictation, scribes were very liable to miss out words which followed each
other, if they sounded very similar. In this passage EN HO KAI and ENOCH sound
very much alike, and Rendel Harris thought it very likely that ENOCH had for that
reason been mistakenly omitted” [= Usul dari Rendel Harris adalah bahwa
di antara KAI dan TOIS (lihat anak panah) kata ‘Enoch /
Henokh’ telah hilang. Penjelasannya adalah bahwa, karena kebanyakan penyalinan
manuscripts dilakukan dengan pendiktean, para penyalin sangat mudah keluputan
kata-kata yang berurutan, jika kata-kata itu bunyinya sangat mirip. Dalam text
ini EN HO KAI dan ENOCH bunyinya sangat mirip, dan Rendel Harris menganggapnya
sangat mungkin bahwa karena alasan itu maka kata Enoch / Henokh telah terhapus secara salah] - hal 239.
William Barclay: “What
reason is there for bringing ENOCH into this passage at all? He has always been
a fascinating and mysterious person. ‘And Enoch walked with God; and he was
not; for God took him’ (Genesis 5:24). In between the Old and New Testaments
many legends sprang up about Enoch and famous and important books were written
under his name. One of the legends was that Enoch, though a man, acted as
‘God’s envoy’ to the angels who sinned by coming to earth and lustfully
seducing mortal women (Genesis 6:2). In the Book of Enoch it is said that he
was sent down from heaven to announce to these angels their final doom (Enoch
12:1) and that he proclaimed that for them, because of their sin, there was
neither peace nor forgiveness ever (Enoch 12 and 13). So then, according to
Jewish legend, Enoch did go to Hades and preach doom to the fallen angles. And
Rendel Harris thought that this passage referred, not to Jesus, but to Enoch,
and Moffatt so far agreed with him as to put Enoch into his translation” [=
Apa gerangan alasannya untuk membawa Enoch / Henokh ke dalam text ini?
Ia selalu merupakan pribadi yang mempesonakan dan misterius. ‘Dan Henokh hidup
bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh
Allah’ (Kej 5:24). Di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru banyak dongeng
muncul tentang Enoch / Henokh dan banyak kitab-kitab yang terkenal dan
penting ditulis atas namanya. Salah satu dongeng adalah bahwa Enoch /
Henokh, sekalipun adalah seorang manusia, bertindak sebagai ‘duta / utusan
Allah’ kepada para malaikat yang berdosa dengan datang ke bumi dan dengan penuh
nafsu membujuk para perempuan (Kej 6:2). Dalam Kitab Enoch / Henokh
dikatakan bahwa ia diutus untuk turun dari surga untuk mengumumkan kepada para
malaikat ini nasib akhir mereka (Enoch / Henokh 12:1) dan bahwa ia
memberitakan untuk mereka bahwa karena dosa mereka tidak ada damai ataupun
pengampunan selama-lamanya (Enoch / Henokh 12 dan 13). Kemudian menurut dongeng
Yahudi, Enoch / Henokh pergi ke Hades and memberitakan malapetaka kepada
malaikat-malaikat yang jatuh. Dan Rendel Harris beranggapan bahwa text ini
menunjuk, bukan kepada Yesus, tetapi kepada Enoch / Henokh, dan Moffatt
begitu menyetujuinya sehingga memasukkan Enoch / Henokh ke dalam
terjemahannya] -
hal 239.
Alasan penolakan terhadap
penafsiran ini:
a) Tidak
didukung oleh manuscripts manapun.
A. T. Robertson: “There
is no manuscript for the conjecture, though it would relieve the difficulty
greatly” [= Tidak ada manuscript untuk dugaan ini,
sekalipun ini akan sangat mengurangi kesukaran / problem (tentang
text ini)] - ‘Word
Pictures in the New Testament’, vol 6, hal 117.
b) Sama sekali tidak cocok dengan
kontexnya yang membicarakan pekerjaan / penderitaan Kristus.
William Barclay: “That
is an extremely interesting and ingenious suggestion but without doubt it must
be rejected. There is no evidence for it at all; and it is not natural to bring
in Enoch, for the whole picture is of the work of Christ” (=
Itu merupakan usul yang sangat menarik dan pintar / penuh akal, tetapi tanpa
keraguan itu harus ditolak. Tidak ada bukti sama sekali untuk hal itu; dan
tidak wajar untuk memasukkan Enoch / Henokh, karena seluruh gambaran
adalah tentang pekerjaan Kristus) - hal 239-240.
c) Nama itu sebetulnya bukannya dibaca
Enoch, tetapi dalam bahasa Yunani adalah Henokh,
dan dalam bahasa Ibrani adalah KHANOK, sehingga sebetulnya bunyinya berbeda
dengan kata Yunani EN HO.
Catatan:
Untuk bahasa
Ibraninya lihat Kej 5:18-24.
Untuk bahasa
Yunaninya lihat Yudas 14.
2) Roma Katolik menganggap
1Pet 3:18-20 ini sebagai dasar doktrin mereka tentang:
a) Api
pencucian.
Barnes’ Notes: “this
is the only passage in the New Testament on which the Romish doctrine of
purgatory is supposed to rest” [= dianggap / diduga bahwa ini merupakan
satu-satunya text dalam Perjanjian Baru di atas mana doktrin Roma (Katolik)
tentang api pencucian bersandar] - hal 1423.
Saya tidak tahu apakah ini hanya
merupakan dugaan dari Albert Barnes saja, ataukah ia memang tahu bahwa Roma
Katolik memang menggunakan text ini sebagai dasar dari doktrin tentang api
pencucian. Tetapi dalam ‘Catechism of the Catholic Church’ yang
dikeluarkan tahun 1992, hal ini tidak ada.
Kalau memang text ini dipakai
sebagai dasar dari api pencucian, maka ini jelas merupakan dasar yang sangat
tidak kuat, karena tidak ada dasar untuk mengatakan bahwa kata ‘penjara’ menunjuk pada ‘api
pencucian’. Juga
dalam doktrin Roma Katolik sendiri tidak pernah diajarkan adanya pemberitaan
(Injil) dalam api pencucian, baik itu dilakukan oleh Yesus atau oleh siapapun
juga.
Disamping itu seluruh doktrin
tentang api pencucian jelas harus ditolak karena bertentangan dengan penebusan
yang sempurna yang dilakukan oleh Kristus, yang dibuktikan dengan:
·
kata-kata
‘sudah selesai’ (Yoh 19:30).
·
kebangkitan
Kristus dari antara orang mati. Seandainya ada satu dosa saja yang belum beres,
maka Ia tidak akan bisa bangkit, karena upah dosa adalah maut (Ro 6:23).
·
kenaikan
Kristus ke surga dan duduknya Ia di sebelah kanan Allah. Kalau misiNya untuk
menebus dosa manusia belum beres, maka Ia pasti disuruh kembali untuk
menyelesaikannya.
Penebusan sempurna ini menyebabkan
orang yang percaya kepada Kristus diampuni semua dosa-dosanya, dan tidak
mungkin dihukum, baik dalam hidup yang sekarang ini maupun dalam hidup yang
akan datang.
Ro 8:1 - “Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”.
b) Limbus Patrum, atau tempat
penantian bagi orang-orang suci / percaya jaman Perjanjian Lama, yang
dibebaskan oleh Kristus setelah kematianNya menebus dosa manusia.
Matthew Poole (hal 911) mengatakan
bahwa text ini tidak mungkin dipakai sebagai dasar dari ajaran Roma Katolik
tentang Limbus Patrum ini karena:
·
Roh-roh
dalam penjara ini dikatakan ‘tidak taat’, dan karena itu tidak mungkin
menunjuk kepada orang-orang suci / percaya pada jaman Perjanjian Lama.
Matthew Poole: “The
spirits here mentioned were disobedient, which cannot be said of the fathers of
the Old Testament, who were true believers” (=
Roh-roh yang disebutkan di sini tidak taat, dan hal ini tidak bisa dikatakan
tentang bapa-bapa dari Perjanjian Lama, yang adalah orang-orang percaya yang
sejati) - hal 911.
·
Text
ini tidak mengatakan bahwa roh-roh yang di dalam penjara itu dibebaskan oleh
Kristus.
·
Menurut
ajaran Roma Katolik, Nuh dan keluarganya pasti juga ada di Limbus Patrum itu.
Tetapi text ini mempertentangkan / mengkontraskan Nuh dan keluarganya
(1Pet 3:20 - 8 orang) dengan roh-roh yang ada di dalam penjara itu.
3) Ini menunjuk pada pemberitaan yang
dilakukan oleh Yesus / roh dari manusia Yesus kepada roh-roh jahat di Hades
(ini bukan roh manusia tetapi setan). Pemberitaan ini bukanlah suatu
penginjilan yang memungkinkan mereka bertobat, tetapi hanya merupakan suatu
proklamasi kemenangan atau pernyataan hukuman.
Allan M. Stibbs (Tyndale): “Though
He suffered the extreme penalty of sin for the unrighteous, and was personally
put to death in the flesh, He was nevertheless quickened in the spirit. So He
was at once able Himself to go and proclaim His triumph to the rebellious and
imprisoned evil spirits, who had involved men in sin and judgment” (=
Sekalipun Ia menderita hukuman yang sangat hebat dari dosa untuk orang yang
tidak benar, dan Ia sendiri dibunuh dalam daging, tetapi Ia dihidupkan dalam
roh. Jadi Ia segera bisa pergi sendiri dan memberitakan / memproklamirkan
kemenanganNya kepada roh-roh jahat yang memberontak dan dipenjara, yang telah
melibatkan manusia dalam dosa dan penghakiman) - hal 139.
Allan M. Stibbs (Tyndale): “In
the phrase ‘quickened by the Spirit’ there is probably no reference to the Holy
Spirit. ‘Flesh’ and ‘spirit’ are each without an article in the Greek and are
best understood as references, in strong contrast, to two constituent parts or
successive conditions of our Lord’s human nature ... we are told, not the His
human spirit went to Hades, there to await final judgment and the second death,
but that His human spirit enjoyed the benefit of being quickened, i.e. it
entered into fuller life ... In His quickened human spirit, before His body was
raised from the tomb, He was able to go where evil spirits are in prison,
awaiting the judgment of the great day (2Pet. 2:4,5; Jude 6), and to announce
to them His victory over death, and over the consequences to men of their
evil-doing. He thus made them aware that their own judgment was finally sealed
(cf. Col. 2:14,15).” [= Ungkapan ‘dihidupkan oleh Roh’ mungkin
tidak menunjuk kepada Roh Kudus. Baik ‘daging’ maupun ‘roh’ tidak mempunyai
kata sandang dalam bahasa Yunani dan paling baik dimengerti sebagai petunjuk,
dalam kontras yang menyolok, kepada 2 bagian pokok atau kondisi yang berurutan
dari hakekat manusia Tuhan kita (maksudnya menunjuk pada ‘tubuh’ dan ‘jiwa
/ roh’ dari manusia Yesus) ... kita diberitahu, bukan bahwa roh manusiaNya
pergi ke Hades, dan lalu menunggu penghakiman terakhir dan kematian kedua di sana,
tetapi bahwa roh manusiaNya menikmati manfaat dari dihidupkannya roh itu, yaitu
masuk ke dalam kehidupan yang lebih penuh ... Dalam roh manusiaNya yang
dihidupkan, sebelum tubuhNya dibangkitkan dari kubur, Ia bisa pergi ke tempat
dimana roh-roh jahat ada di penjara, menunggu penghakiman pada hari yang besar
(2Pet 2:4-5; Yudas 6), dan mengumumkan kepada mereka kemenanganNya
atas kematian, dan tentang konsekwensi dari tindakan jahat mereka terhadap
manusia. Dengan demikian ia membuat mereka sadar bahwa penghakiman mereka
sendiri akhirnya dipastikan (bdk. Kol 2:14-15)] - hal 141-142.
2Pet 2:4-5 - “Sebab jikalau Allah tidak
menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke
dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap
untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; dan jikalau Allah tidak
menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran
itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia
orang-orang yang fasik”.
Yudas 6 - “Dan
bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan
mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi
di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar”.
Kol 2:14-15 - “dengan
menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan
mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia
telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan
mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka”.
Allan M. Stibbs (Tyndale): “The
verb KERUSSEIN, ‘to herald’ or ‘proclaim’ (see Rev. 5:2), here translated
‘preached’ is to be distinguished from EUANGELIZEIN, to proclaim good tidings
(see especially 4:6). Peter is not saying that Christ preached the gospel.
Rather He announced His triumph over evil, which was for the evil spirits bad
news” [= Kata kerja KERUSSEIN, ‘mengumumkan’ atau
‘memproklamirkan’ (lihat Wah 5:2), di sini diterjemahkan ‘berkhotbah /
memberitakan’, harus dibedakan dari EUANGELIZEIN, ‘memberitakan kabar baik’
(lihat khususnya 4:6). Petrus tidak berkata bahwa Kristus memberitakan injil.
Tetapi Ia mengumumkan kemenanganNya atas kejahatan, yang bagi roh-roh jahat itu
merupakan kabar buruk] - hal 142.
Allan M. Stibbs (Tyndale): “Many
have wished to interpret the phrase ‘the spirits in prison’ as a reference to
departed human spirits; but it fits in with the linguistic usage of Scripture,
and with the reference to the days of Noah, to understand it as a reference to
fallen angels. The word PNEUMATA, ‘spirits’, alone and without
qualification, is not thus used anywhere else in the Bible to describe departed
human spirits. Note, for example, ‘the spirits of just men’ (Heb. 12:23).
But the word is thus used of supernatural beings, both good and bad (see Heb.
1:14; Lk. 10:20)” (= Banyak yang ingin menafsirkan ungkapan
‘roh-roh dalam penjara’ sebagai menunjuk pada roh-roh manusia yang telah mati;
tetapi adalah cocok dengan penggunaan bahasa dari Kitab Suci, dan dengan
petunjuk pada jaman Nuh, untuk mengerti ini sebagai petunjuk kepada
malaikat-malaikat yang jatuh. Kata PNEUMATA, ‘roh-roh’, sendirian dan tanpa
pembatasan (maksudnya tak dikatakan roh siapa),
tidak digunakan seperti itu dimanapun dalam Alkitab untuk menggambarkan roh-roh
manusia yang sudah mati. Perhatikan, sebagai contoh, ‘roh-roh
orang-orang benar’ (Ibr 12:23). Tetapi kata itu digunakan seperti itu tentang
makhluk-makhluk supranatural, yang baik maupun yang jahat (lihat Ibr 1:14; Luk
10:20)] - hal
142-143.
Ada juga yang beranggapan (Dr. Knox
Chamblin) bahwa roh-roh jahat yang dimaksud adalah para malaikat yang jatuh
dalam perzinahan dengan manusia dalam Kej 6:2,4 dimana istilah ‘anak-anak
Allah’ ditafsirkan
sebagai ‘malaikat-malaikat’.
Alasan pandangan ini:
¨
malaikat sering disebut ‘anak Allah’ (Ayub 1:6
2:1 38:7 Daniel 3:25,28).
¨
2Pet 2:4 dan Yudas 4
dianggap menunjuk pada saat ini. Tetapi saya menganggap bahwa ayat-ayat ini
menunjuk pada kejatuhan pertama dari malaikat.
¨
dari perkawinan ini lahir ‘raksasa’ (Kej 6:4a).
Keberatan terhadap penafsiran golongan ke 3 ini:
a) Apakah
benar yang pergi ke ‘penjara’ itu adalah roh
dari manusia Yesus? Ini sangat meragukan, tetapi ini tidak akan saya bahas di
sini. Nanti kita akan melihat lebih banyak tentang perdebatan dalam hal ini.
b) Ia
berpendapat bahwa roh-roh jahat itu betul-betul dipenjara, dalam arti dikurung
dan tidak bisa pergi ke mana-mana. Apakah itu memang merupakan arti dari Yudas 6 2Pet 2:4-5 dan Kol 2:14-15? Mari kita
pelajari ketiga text ini:
Text pertama: Yudas 6 - “Dan
bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan
mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi
di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar”.
1. Kata-kata
‘Ia menahan
malaikat-malaikat yang tidak taat ... dengan belenggu abadi di dalam dunia
kekelaman’ tidak berarti bahwa setan
betul-betul dikurung / dipenjara di suatu tempat. Mengapa? Karena Kitab Suci
secara jelas menunjukkan bahwa setan masih bebas berkeliaran menggoda manusia
(bdk. 1Pet 5:8 Yak 4:7).
·
Calvin: “We are not to imagine a certain place in which the devils are
shut up, for the Apostle simply intended to teach us how miserable their
condition is, since the time they apostized and lost their dignity” (= Kita tidak boleh
membayangkan suatu tempat tertentu didalam mana setan-setan itu dikurung,
karena sang rasul hanya bermaksud untuk mengajar kita betapa buruknya kondisi
mereka sejak saat mereka memberontak / murtad dan kehilangan martabat mereka).
Saya setuju dengan kata-kata Calvin pada bagian awal
kutipan di atas (yang saya garis bawahi), tetapi tidak dengan bagian akhir
kutipan itu. Saya lebih setuju dengan pandangan Hoekema di bawah ini.
·
Anthony Hoekema
menghubungkan hal ini dengan Wah 20:1-3 - “Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci
jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap naga, si ular tua
itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,
lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu
dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan
bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu
ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya”.
Dan ia lalu mengatakan bahwa:
¨ Sejak kedatangan Yesus yang pertama setan dibelenggu /
diikat. Dasarnya:
*
Mat 12:28-29 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya
Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Atau bagaimanakah orang dapat memasuki
rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya
dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah
itu”.
Kata ‘diikat’ di sini dalam
bahasa Yunaninya menggunakan kata yang sama seperti yang digunakan dalam Wah
20:2.
*
Luk 10:17-18 - “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata:
‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’ Lalu kata Yesus
kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit’.”.
*
Yoh 12:31 - “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa
dunia ini akan dilemparkan ke luar”.
Kata ‘dilemparkan’ di sini
menggunakan kata dasar Yunani yang sama dengan kata ‘melemparkan’ dalam Wah 20:3.
¨ ‘Diikat / dibelenggu’ tidak berarti bahwa ia dikurung dalam suatu tempat,
tetapi hanya dibatasi kekuasaan / aktivitasnya. Jadi ia tidak lagi
sebebas dulu, tetapi ia masih mempunyai kebebasan tertentu untuk menggoda dan
menyerang manusia. Dan nanti menjelang kedatangan Yesus yang kedua kalinya ia
bahkan akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya (Wah 20:3b).
2. ‘Sampai penghakiman pada
hari besar’.
Ini menunjuk pada penghakiman akhir jaman, dimana setan
akan dilemparkan ke neraka (Wah 20:10) sehingga tidak lagi bisa menggoda /
menyerang manusia.
Text kedua:
2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak
menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke
dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap
untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman”.
Ayat ini seolah-olah menunjukkan bahwa Allah sudah
memasukkan setan ke dalam neraka. Untuk ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
·
Kata ‘neraka’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani TARTARUS
yang hanya dipergunakan satu kali ini saja dalam Kitab Suci. Karena itu sukar
diketahui artinya secara pasti.
·
Bagian ini tidak boleh
ditafsirkan seakan-akan setan sudah masuk neraka, karena penafsiran ini akan
bertentangan dengan Mat 8:29
Mat 25:41
Wah 20:10 yang menunjukkan secara jelas bahwa saat ini setan belum
waktunya masuk neraka. Itu baru akan terjadi pada kedatangan Yesus yang
keduakalinya. Disamping itu, penafsiran bahwa setan sudah masuk ke neraka,
bertentangan dengan 2Pet 2:4 itu sendiri, yang pada bagian akhirnya
berbunyi: ‘dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang
gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman’.
Jadi, mungkin bagian ini hanya menunjukkan suatu kepastian
bahwa setan akan masuk neraka.
Text ketiga: Kol 2:14-15 - “dengan
menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa
dan mengancam kita. Dan itu ditiadakanNya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia
telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan
mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka”.
Saya berpendapat bahwa text ini sama sekali
tidak ada hubungannya dengan roh jahat di dalam penjara, karena text ini hanya
menunjukkan bahwa penghapusan surat hutang melalui kematian Kristus,
menyebabkan setan menjadi seperti orang yang telah dilucuti senjatanya.
c) Tidak benar bahwa kata ‘roh’ tanpa penjelasan apapun tidak pernah digunakan dalam
Alkitab untuk menunjuk kepada roh orang mati. Bandingkan dengan:
·
Pengkhotbah 12:7 - “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali
kepada Allah yang mengaruniakannya”.
·
Kis 7:59
- “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya:
‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’”.
·
Yak 2:26
- “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati,
demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”.
d) Kalau ‘roh-roh yang di dalam
penjara’ menunjuk kepada setan-setan,
lalu mengapa dalam 1Pet 3:20a dibicarakan tentang mereka yang tidak taat pada
jaman Nuh? Dan mengapa sebagai kontras dari orang-orang itu, disebutkan 8 orang
yang selamat (1Pet 3:20b)?
e) Tentang penafsiran yang mengatakan
bahwa roh-roh jahat itu adalah malaikat-malaikat yang jatuh dalam perzinahan
dalam Kej 6:2, saya beranggapan sangat tidak masuk akal.
Hal-hal
yang tidak memungkinkan pandangan ini:
1. Malaikat tidak kawin (Mat 22:30).
2. Kej 6:2
itu mengatakan ‘mengambil
istri’, bukan sekedar melakukan hubungan
sex. Ini lebih-lebih tidak mungkin dilakukan oleh malaikat.
Jadi saya menganggap bahwa istilah ‘anak Allah’ menunjuk kepada ‘orang yang percaya’,
sedangkan ‘anak
manusia’ menunjuk kepada ‘orang yang tidak percaya’.
Sedangkan penafsiran Kej 6:4 adalah sebagai berikut:
kalau saudara membaca dengan teliti maka saudara akan melihat bahwa tidak
dikatakan bahwa ‘raksasa’ itu lahir
karena perkawinan tersebut. Yang dilahirkan bagi mereka adalah ‘orang-orang gagah perkasa’ dan ‘orang-orang kenamaan’
(Kej 6:4b). Lalu apa sebetulnya arti dari kata ‘raksasa’ dalam Kej 6:4a?
KJV: ‘giants’ (= raksasa).
RSV/NIV/NASB: ‘the Nephilim’ [ini bukan terjemahan
tetapi transliteration (menuliskan kata Ibraninya dengan huruf Latin)].
Terjemahan ‘giants / raksasa’ ini timbul karena:
·
diambil dari Septuaginta /
LXX (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani) yang
menterjemahkan GIGANTES.
·
dihubungkan dengan
Bil 13:33 yang dalam versi NIV menterjemahkan sebagai berikut: “We saw
the Nephilim there (the descendants of Anak come from the Nephilim). We seemed
like grasshoppers in our own eyes, and we looked the same to them” [= Kami
melihat orang-orang Nephilim di sana (keturunan Anak datang / muncul dari orang
Nephilim). Kami kelihatan seperti belalang dalam mata kami sendiri, dan kami
kelihatan sama bagi mereka].
Terjemahan ini memang menunjukkan bahwa orang Nephilim
itu pasti sangat besar / raksasa.
Tetapi ada kemungkinan penafsiran yang lain: Kata bahasa
Ibrani NEPHILIM berasal dari akar kata NAPHAL yang bisa berarti:
¨ ‘to fall’ (=
jatuh).
Mungkin semua orang yang bertemu mereka jatuh tersungkur
karena takut kepada mereka.
¨ ‘to fall upon / to attack’ (= menyerang).
Jadi, NEPHILIM berarti penyerang, bandit, perampok.
Kedua arti ini bisa digabungkan. Jadi, kata NEPHILIM
menunjuk kepada perampok-perampok yang ditakuti orang. Penafsiran ini lebih
cocok dengan kontext dibandingkan dengan penafsiran di atas yang mengatakan
bahwa NEPHILIM adalah raksasa. Kontext Kej 6 ini berbicara soal dosa
manusia secara moral. Kalau tahu-tahu Kej 6:4a ini berbicara
tentang ukuran tubuh, itu tidak sesuai dengan kontext atau tidak
berhubungan dengan kontext. Tetapi kalau NEPHILIM diartikan perampok,
itu sesuai dengan kontext.
Selanjutnya Kej 6:4b menyebutkan tentang ‘orang-orang gagah perkasa’ dan ‘orang-orang kenamaan’.
Istilah pertama menunjukkan orang-orang yang mempunyai kekuatan fisik atau kepandaian
berkelahi yang hebat, sedangkan istilah kedua menunjukkan bahwa mereka terkenal
karena jahatnya.
Jadi, arti Kej 6:4 seluruhnya ialah: pada waktu itu
sudah ada perampok-perampok (‘raksasa’), tetapi lalu dengan adanya perkawinan
campuran antara orang percaya dan orang tidak percaya, lalu lahir orang-orang
yang sejenis dengan perampok-perampok itu. Jadi, perkawinan campuran itu
menyebabkan orang berdosa makin banyak!
Jadi dari exposisi Kej 6:2,4 ini
terlihat bahwa Kej 6:2,4 ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan
1Pet 3:19. Dan satu hal lain lagi yang harus diperhatikan adalah bahwa
dalam 1Pet 3:19 dikatakan bahwa ketidaktaatan itu terjadi pada saat Nuh
mempersiapkan bahteranya; sedangkan Kej 6:2,4 terjadi sebelum Tuhan
memberitahu Nuh akan terjadinya air bah.
4) Yesus berkhotbah melalui
rasul-rasul kepada orang-orang yang ada dalam penjara tubuh atau penjara dosa.
Pulpit Commentary: “Some
commentators, as Socinus and Grotius, refer St. Peter’s words to the preaching
of Christ through the apostles. These writers understand julakh of
the prison of the body, or the prison of sin; and explain St. Peter as meaning
that Christ preached through the apostles to the Jews who were under the yoke
of the Law, and to the Gentiles who lay under the power of the devil; and they
regard the disobedient in the time of Noah as a sample of sinners in any age” (=
Beberapa penafsir, seperti Socinus dan Grotius menghubungkan kata-kata Petrus
dengan pemberitaan Yesus melalui rasul-rasul. Penulis-penulis ini menganggap
bahwa julakh adalah penjara tubuh, atau penjara dosa,
dan bahwa Petrus memaksudkan bahwa Kristus berkhotbah melalui rasul-rasul
kepada orang-orang Yahudi yang ada di bawah kuk hukum Taurat, dan kepada
orang-orang non Yahudi yang ada di bawah kuasa setan; dan mereka menganggap
ketidak-taatan pada jaman Nuh sebagai contoh dari orang-orang berdosa dalam
seadanya jaman) -
hal 136.
Pulpit Commentary: “There
is no necessity to refer the words, ‘spirits in prison,’ to those who have
passed into the unseen world; for in Scripture the ungodly are constantly
spoken of as in a state of imprisonment, bondage, captivity. ‘Spirits in
prison’ may then be said to be a frequent designation of the unredeemed on
earth; indeed, the very word ‘redemption’ carries this idea. Some may object
that the context seems to imply that the spirits refer to are the spirits of
the dead. Not necessarily so. If we refer the expression not to certain individuals,
but to the whole lost race, the difficulty vanishes. Christ did not preach to
the same persons that were disobedient before the Flood, but to the same race,
the same spiritual condition. But did Christ thus preach? Certainly, through
his servants. It has been said that the more correct title of the Acts of the
Apostles would be the Acts of the Risen Lord” (=
Tidak ada keharusan untuk menghubungkan kata-kata ‘roh-roh yang di dalam
penjara’ kepada mereka yang telah mati; karena dalam Kitab Suci orang yang
jahat / tidak percaya selalu digambarkan dalam keadaan terpenjara, terbelenggu,
dan ada dalam pembuangan. Maka, ‘roh-roh yang di dalam penjara’ bisa dikatakan
menunjuk kepada orang-orang yang tidak ditebus di bumi; dan memang kata
‘penebusan’ membawa gagasan ini. Beberapa orang mengajukan keberatan karena
kontexnya kelihatannya menunjukkan bahwa roh-roh yang dimaksudkan adalah
roh-roh orang mati. Tidak harus demikian. Jika kita mengarahkan ungkapan itu
bukan kepada individu-individu tertentu tetapi kepada seluruh umat manusia yang
terhilang, maka kesukarannya hilang. Kristus tidak memberitakan / berkhotbah
kepada orang yang sama yang tidak taat sebelum Air Bah, tetapi kepada ras yang
sama, kondisi rohani yang sama. Tetapi apakah Kristus berkhotbah / memberitakan
seperti itu? Tentu, melalui pelayan-pelayanNya. Ada yang mengatakan bahwa judul
yang lebih benar dari Kisah Para Rasul adalah Kisah Tuhan yang Bangkit) - hal 158-159.
Pulpit Commentary: “But
why this reference to the days of Noah? If you look through Peter’s Epistles,
you will see that he seems to have regarded the Flood as a dividing line
between two worlds, which afford points of contrast. We have this contrast
here. The power of God over ‘spirits in prison’ was straitened formerly, - after
all the years through which his long-suffering waited, only ‘few, that is eight
souls, were saved;’ but since Christ suffered for sins, this is the record,
‘The same day there were added to the Church about three thousand souls;’ and
the record ends with the great multitude which no man can number, standing
before the throne, and before the Lamb” [=
Tetapi mengapa ini dihubungkan dengan jaman Nuh? Jika engkau melihat sepanjang
surat-surat Petrus, engkau akan melihat bahwa ia kelihatannya menganggap Air Bah
itu sebagai garis pemisah antara dua dunia, yang menghasilkan suatu kontras.
Kita mempunyai kontras itu di sini. Kuasa Allah atas ‘roh-roh dalam penjara’
dahulu sangat kurang / sedikit, - setelah kepanjang-sabaranNya menunggu selama
waktu yang begitu lama, hanya ‘sedikit, yaitu 8 jiwa / orang yang
diselamatkan’; tetapi sejak Kristus menderita untuk dosa-dosa, inilah
catatannya: ‘pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa’ (Kis 2:31);
dan catatan itu berakhir dengan suatu kumpulan besar yang tidak dapat dihitung
banyaknya, berdiri di hadapan takhta, dan di hadapan Anak Domba (Wah 7:9)] - hal 159.
Catatan: Dalam kedua suratnya, Petrus
membicarakan tentang Nuh atau Air Bah jaman Nuh pada ayat-ayat di bawah ini:
·
1Pet
3:20 yang sedang kita bahas ini
·
2Pet 2:5
- “dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba,
tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang
lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik”.
·
2Pet 3:6
- “dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa,
dimusnahkan oleh air bah”.
Keberatan terhadap pandangan ke 4
ini:
a) Kalau Yesus memang melakukan
pemberitaan Injil itu melalui rasul-rasul, mengapa kata ‘rasul-rasul’ sama sekali tidak muncul dalam
text tersebut?
b) Mengapa sebagai contoh harus
dipakai orang-orang jaman Nuh itu?
5) Yesus, melalui Roh Kudus, melakukan
pemberitaan kepada roh-roh yang dalam penjara setelah kebangkitanNya, atau pada
waktu kenaikanNya ke surga.
Louis Berkhof: “Bavinck
considers this untenable and interprets the passage as referring to the
ascension, which he regards as a rich, triumphant, and powerful preaching to
the spirits in prison” (= Bavinck menganggap ini tidak bisa
dipertahankan dan menafsirkan bahwa text ini menunjuk pada kenaikan, yang ia
anggap sebagai suatu pemberitaan / khotbah yang kaya, menang dan berkuasa
kepada roh-roh dalam penjara) - ‘Systematic Theology’, hal 341.
Catatan:
·
Yang
dimaksud dengan ‘this’ dalam kutipan di atas adalah penafsiran Berkhof
tentang 1Pet 3:18-20. Tetapi dari buku Bavinck yang lain, yang saya
kutipan di bawah ini, kelihatannya Bavinck mempunyai 2 kemungkinan pandangan,
dan ia tidak menganggap pandangan Berkhof sebagai tidak dapat dipertahankan.
Sebaliknya ia tetap menganggapnya sebagai suatu kemungkinan.
Herman Bavinck: “in
1Peter 3:19-21 Peter in any event is not speaking of what Christ did between
His death and resurrection; he is speaking, rather, of what Christ did through
His Spirit before the incarnation in the days of Noah, or of what He did
after His resurrection when He was already made alive in the Spirit. There
is in Scripture not the slightest ground for teaching a spatial descent into
hell” (= dalam 1Pet 3:19-21 Petrus sama sekali tidak
berbicara tentang apa yang Kristus lakukan antara kematian dan kebangkitanNya;
tetapi ia berbicara tentang apa yang Kristus lakukan melalui RohNya sebelum
inkarnasi pada jaman Nuh, atau tentang apa yang Ia lakukan setelah kebangkitanNya
pada waktu Ia sudah dihidupkan dalam Roh) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 365.
·
Dari
kata-kata Berkhof di atas kelihatannya peristiwa kenaikan ke surga itu sendiri
yang dianggap sebagai suatu pemberitaan kepada roh-roh yang dalam penjara.
Kalau benar demikian, saya berpendapat bahwa penafsiran Bavinck yang
diceritakan oleh Berkhof ini sebagai suatu penafsiran yang menarik. Tetapi dari
buku Bavinck yang lain dikatakan sebagai berikut:
“He (Peter)
says that Christ after having been quickened by the spirit went up into heaven
(for the words ‘went’ and ‘is gone’ of 1Peter 3:19 and 22 the Greek has the
same word, so that the addition in verse 22 of ‘into heaven’ simply designates
where He went), and that at His ascension He preached to the spirits in prison
His victory, and took His place at the right hand of God, angels and
authorities and powers being made subject to Him” [=
Ia (Petrus) berkata bahwa Kristus setelah dihidupkan
oleh roh naik ke surga (untuk kata-kata ‘pergi’ dan ‘naik’ dari 1Pet 3:19 dan
22 bahasa Yunani mempunyai kata yang sama, sehingga penambahan kata-kata ‘ke
sorga’ dalam ay 22 hanya menunjukkan kemana Ia pergi), dan bahwa pada
kenaikanNya Ia memberitakan kemenanganNya kepada roh-roh dalam penjara, dan
mengambil tempatNya di sebelah kanan Allah, dan malaikat-malaikat dan
pemerintah-pemerintah dan kuasa-kuasa dibuat tunduk kepadaNya] - ‘Our Reasonable Faith’,
hal 373.
Penafsiran
ini kelihatannya sama / sangat mirip dengan penafsiran Herman Hoeksema yang berkata sebagai berikut:
“the apostle is not speaking here at all of a personal descent
of Christ into prison after His crucifixion and before His resurrection, but of
a going to preach to the spirits that were in prison after His resurrection and
through the Spirit. ... ‘spirits in prison’ ... this so very clearly refers to
the ungodly in Noah’s day, ... the apostle does not speak with one word, nor
even suggest in any way, that these spirits in prison were delivered and taken
to heaven by Christ. The text simply informs us that He ‘preached’ to them. And
the word used here for ‘preached’ does not mean at all that He preached the
gospel unto them, but simply that He proclaimed, announced, something as a
herald” (= sang rasul di sini sama
sekali tidak sedang berbicara tentang turunnya Kristus secara pribadi ke dalam
penjara setelah penyaliban dan sebelum kebangkitanNya, tetapi tentang kepergian
untuk memberitakan kepada roh-roh yang ada dalam penjara setelah kebangkitanNya
dan melalui Roh. ... ‘roh-roh dalam penjara’ ... ini begitu jelas menunjuk
kepada orang-orang jahat pada jaman Nuh, ... sang rasul tidak berbicara dengan
satu katapun, atau bahkan mengusulkan dengan cara apapun, bahwa roh-roh dalam
penjara ini dibebaskan dan dibawa ke surga oleh Kristus. Text ini hanya memberi
informasi kepada kita bahwa Ia ‘memberitakan / berkhotbah’ kepada mereka. Dan
kata yang digunakan di sini untuk ‘memberitakan / berkhotbah’ sama sekali tidak
berarti bahwa Ia memberitakan Injil kepada mereka, tetapi hanya bahwa Ia
memberitakan atau mengumumkan sesuatu sebagai seorang utusan / pejabat yang
bertugas untuk mengumumkan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 410.
Catatan: kalau Bavinck
mengatakan bahwa pemberitaan tersebut terjadi pada saat ‘kenaikan’, maka Hoeksema mengatakan ‘setelah kebangkitan’. Dan dalam buku yang sama, hal 411, Hoeksema
mengatakan “after His resurrection and
exaltation” (=
setelah kebangkitan dan pemuliaanNya). Tidak jelas apa yang ia maksud dengan ‘exaltation’
(= pemuliaan),
karena dalam Kristologi ini bisa menunjuk pada kebangkitan, kenaikan, duduknya
di sebelah kanan Allah, maupun kedatangan keduakalinya sebagai Hakim (yang
terakhir ini tidak mungkin yang dimaksud oleh Hoeksema).
6) Roh dari manusia Yesus memberitakan
Injil di Hades kepada orang-orang yang mati dalam ketidakpercayaan pada jaman
Nuh.
a) Yang memberitakan Injil adalah roh
dari manusia Yesus.
Pulpit Commentary: “It
should read, ‘in the spirit,’ not ‘by the Spirit.’ There is no reference here
to the work of God the Spirit, to whom elsewhere the resurrection of Christ is
attributed; it is here simply a contrast between Christ’s flesh and his
spirit. His spirit did not die; it was raised by the death of the flesh
into new energy, and he became able to do what before was impossible. He had
often thought of this: ‘I, if I be lifted up from the earth, will draw all men
unto me.’” (= Itu harus ditafsirkan / dimengerti
sebagai ‘dalam roh’, bukan ‘oleh Roh’. Ini tidak berhubungan dengan pekerjaan
Roh Kudus, yang di tempat lain dikatakan membangkitkan Kristus; di sini ini
hanya menunjukkan kontras antara daging Kristus dan rohNya. RohNya tidak
mati; rohNya diangkat oleh kematian daging ke dalam kekuatan / tenaga yang
baru, dan Ia jadi bisa melakukan apa yang sebelumnya mustahil. Ia telah sering
memikirkan ini: ‘Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua
orang datang kepadaKu’) - hal 157.
Seorang penafsir lain dari Pulpit
Commentary (hal 133-135) juga mengatakan bahwa 3:18 berbicara bukan
tentang Roh Kudus, tetapi tentang roh dari manusia Yesus.
Pulpit Commentary: “Thus
the literal translation is, ‘Being put to death in flesh, but quickened in
spirit.’ ... by pneuma in
this verse we are to understand, not God the Holy Ghost, but the holy human
spirit of Christ. In the flesh he was put to death, but in his spirit he was
quickened” [= Karena itu terjemahan hurufiahnya
adalah: ‘Dibunuh dalam daging, tetapi dihidupkan dalam roh’. ... kita harus
menafsirkan kata pneuma (PNEUMA) dalam ayat ini tidak menunjuk
kepada Allah Roh Kudus, tetapi kepada roh yang suci dari manusia Yesus. Dalam
daging Ia dibunuh, tetapi dalam roh Ia dihidupkan] - hal 133.
Pulpit juga mengatakan bahwa pada
saat Yesus mati:
“that
spirit passed into a new life ... was quickened in his holy human spirit -
quickened to new energies, new and blessed activities” (=
roh itu pindah / beralih ke dalam hidup yang baru ... dihidupkan dalam roh
manusia yang suci - dihidupkan pada tenaga yang baru, aktivitas-aktivitas yang
baru dan diberkati)
- hal 133.
Pulpit juga berkata bahwa
pemberitaan dalam 1Pet 3:19 itu tidak mungkin menunjuk pada pemberitaan
Kristus melalui Nuh ataupun rasul-rasul, tetapi betul-betul menunjuk pada
pemberitaan yang dilakukan oleh Kristus sendiri. Sebagai argumentasi, ia
menekankan kata-kata ‘Ia pergi’.
Pulpit Commentary: “He
went. The Greek word (poreuqeiV)
occurs again in ver. 22, ‘who is gone into heaven.’ It must have the same
meaning in both places; in ver. 22 it asserts a change of locality; it must do
the like here. ... it can scarcely mean here that, without any such change of
place, Christ preached, not in his own Person, but through Noah or the
apostles. ... himself in the spirit, he preached to spirits” [=
‘Ia pergi’. Kata Yunaninya (poreuqeiV / POREUTHEIS) muncul lagi pada ay 22, ‘naik ke sorga’. Kata
itu harus mempunyai arti yang sama di kedua tempat itu; dalam ay 22 itu
menyatakan suatu perpindahan tempat, maka kata itu juga harus berarti seperti
itu di sini. ... di sini kata itu tidak mungkin berarti bahwa tanpa perpindahan
tempat Kristus berkhotbah / memberitakan, bukan dalam Pribadi / DiriNya
sendiri, tetapi melalui Nuh atau rasul-rasul. ... dalam keberadaanNya sendiri
dalam roh, Ia berkhotbah / memberitakan kepada roh-roh] - hal 133-134.
Pulpit Commentary: “The
hypothesis that Christ preached through the instrumentality of Noah does not
adequately represent the participle poreuqeiV” (=
Dugaan bahwa Kristus berkhotbah melalui Nuh sebagai alat tidak secara cukup mewakili
participle poreuqeiV / POREUTHEIS) - hal 136.
Catatan: saya berpendapat argumentasi /
serangan ini sama sekali tidak kuat. Jangan lupa bahwa Kristus memang satu
dengan orang percaya yang adalah tubuhNya sehingga Ia sering mengidentikkan
diriNya dengan mereka. Bandingkan dengan Luk 10:16 Kis 9:4.
b) Yang diinjili adalah roh-roh dari
orang-orang yang sudah mati pada jaman Nuh.
Ia juga mengatakan bahwa
1Pet 3:20 memberikan pembatasan tentang roh-roh ini. Jadi bukannya seadanya
roh di Hades diinjili, tetapi hanya roh-roh orang yang mati karena banjir pada
jaman Nuh. Mengapa hanya kepada mereka? Ia mengatakan bahwa ini pasti
dinyatakan kepada rasul-rasul, tetapi tidak kepada kita, sehingga merupakan
suatu misteri bagi kita. Ia menduga bahwa pada saat banjir itu terjadi, memang
ada orang-orang yang betul-betul mengeraskan hati, tetapi tidak semua demikian.
Ada yang bersikap ragu-ragu tetapi diam. Juga mungkin ada banyak remaja dan
anak kecil, dan mungkin ada yang bertobat pada saat mau mati.
Pulpit Commentary: “The
preaching and the condition of the hearers are mentioned together; they were
spirits when they heard the preaching. It seems impossible to understand these words
of preaching through Noah or the apostles to men who passed afterwards into the
state of disembodied spirits. And he preached in the spirit. The word seem to
limit the preaching to the time when the Lord’s soul was left in Hades (Acts
2:27)” [= Pemberitaan dan kondisi dari para pendengar
disebutkan bersama-sama; mereka adalah roh-roh pada waktu mereka mendengar
pemberitaan itu. Kelihatannya tidak mungkin untuk menafsirkan kata-kata ini
sebagai pemberitaan melalui Nuh atau rasul-rasul kepada orang-orang yang telah
mati. Dan Ia berkhotbah / memberitakan dalam roh. Kata ini kelihatannya
membatasi pemberitaan pada saat dimana jiwa Tuhan ditinggalkan di Hades (Kis
2:27)] - hal 134.
Catatan: saya berpendapat bahwa dalam
Kis 2:27,31 kata HADES (diterjemahkan ‘dunia orang mati’) harus diartikan sebagai ‘kuburan’, karena kontexnya berhubungan
dengan kebangkitan Kristus.
Pulpit Commentary: “It
cannot mean the whole realm of the dead, but only that part of Hades in which
the souls of the ungodly are reserved unto the day of judgment. ... The verse
now before us (verse 20) limits the area of the
Lord’s preaching: without it we might have supposed that he preached to the
whole multitude of the dead, or at least to all ungodly dead whose spirits were
in prison. Why does St. Peter specify the generation that was swept away by the
Flood? Did they need the preaching of the Christ more than other sinful souls?
or was there any special reason why that grace should be vouchsafed to them
rather than to others? The fact must have been revealed to the apostle; but
evidently we are in the presence of a mystery into which we can see only a
little way” [= Itu tidak bisa diartikan seluruh alam
/ dunia orang mati, tetapi hanya bagian dari Hades dalam mana jiwa-jiwa dari
orang jahat disimpan sampai hari penghakiman. ... Ayat yang ada di hadapan kita
sekarang (ay 20) membatasi daerah pemberitaan Tuhan kita:
tanpa itu kita bisa menganggap bahwa Ia berkhotbah kepada semua orang mati,
atau setidaknya kepada semua orang mati yang jahat yang rohnya ada dalam
penjara. Mengapa Petrus mengkhususkan generasi yang dihancurkan oleh Air Bah?
Apakah mereka membutuhkan pemberitaan Kristus lebih dari jiwa-jiwa berdosa yang
lain? atau apakah ada alasan khusus mengapa kasih karunia itu harus diberikan
kepada mereka dan bukannya kepada yang lain? Fakta itu pasti telah dinyatakan
kepada sang rasul; tetapi jelas bahwa kita ada di hadapan sebuah misteri ke
dalam mana kita hanya bisa melihat sedikit] - hal 134.
c) Ini betul-betul suatu penginjilan yang
memungkinkan pertobatan.
Pulpit Commentary menambahkan
(hal 135) bahwa pemberitaan Yesus ini bukan hanya sekedar suatu proklamasi
/ pemberitaan hukuman yang tidak memberi kesempatan / kemungkinan bertobat,
tetapi betul-betul suatu penginjilan yang memungkinkan pertobatan. Ia berkata
bahwa berdasarkan 1Pet 4:6 maka memang pertobatan mereka itulah yang
menjadi tujuan Yesus.
Pulpit Commentary: “There
had been a preacher among them then - Noah, ‘a preacher of righteousness;’ but
they heeded him not. ... The ‘prison’ must be the end of unbelief and
disobedience; the word suggests fearful thoughts and dark unsatisfied
questions. The Lord preached even there; he brought, we may be sure, the glad
tidings of salvation: may we not venture to trust, in humble hope, that some
who had not listened to Noah, the preacher of righteousness, listened then to
Christ, the Preacher of salvation?” (= Sudah ada seorang
pengkhotbah di antara mereka pada saat itu - Nuh, ‘si pemberita kebenaran’;
tetapi mereka tidak mempedulikannya. ... ‘Penjara’ pastilah merupakan tujuan
dari ketidakpercayaan dan ketidaktaatan; kata itu menunjukkan
pemikiran-pemikiran yang menakutkan dan pertanyaan-pertanyaan yang gelap dan
tak terpuaskan. Tuhan berkhotbah bahkan di sana; kita boleh yakin bahwa Ia
membawa kabar baik tentang keselamatan: tidakkah kita boleh berspekulasi /
memberanikan diri untuk percaya, dalam pengharapan yang rendah hati, bahwa
sebagian yang tidak mendengarkan Nuh, si pemberita kebenaran, mendengarkan
kepada Kristus, si Pemberita Keselamatan?) - hal 145.
A. T. Robertson: “Bigg
has no doubt that the event recorded took place between Christ’s death and his
resurrection and holds that Peter is alluding to Christ’s Descensus ad Inferos
... Bigg argues strongly that Christ during the time between his death and
resurrection preached to those who once heard Noah (but are now in prison) and offered
them another chance and not mere condemnation” [=
Bigg tidak meragukan bahwa peristiwa yang dicatat (dalam
1Pet 3:19 ini) terjadi di antara kematian dan kebangkitan Kristus, dan
percaya bahwa Petrus sedang menyinggung tentang turunnya Kristus ke neraka ...
Bigg berargumentasi dengan kuat bahwa Kristus berkhotbah di antara kematian dan
kebangkitanNya kepada mereka yang pernah mendengar Nuh (tetapi yang sekarang
ada dalam penjara) dan menawarkan kepada mereka kesempatan sekali lagi,
dan bukan semata-mata memberikan pengecaman / penghukuman] - ‘Word Pictures in the New
Testament’, vol 6, hal 117.
Keberatan:
1. Benarkah Yesus sendiri (roh
manusiaNya) yang memberitakan Injil?
·
Penafsir
Pulpit Commentary di atas menafsirkan bahwa kata-kata ‘yang
telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan
menurut Roh’ [RSV:
‘being put to death in the flesh, but made alive in the spirit’ (=
dibunuh dalam daging, tetapi dihidupkan dalam roh)] menunjukkan suatu kontras
antara daging / tubuh Kristus dan roh dari manusia Yesus. Dengan kata lain, ia
berkata bahwa kata ‘dibunuh’ ditujukan kepada ‘daging
/ tubuh Kristus’,
sedangkan kata ‘dihidupkan’ ditujukan kepada ‘roh manusia Yesus’. Tetapi perlu diingat bahwa
kematian Kristus tidak bisa ditujukan terhadap tubuhNya saja, tetapi kepada
seluruh kemanusiaanNya, yang berarti mencakup roh manusiaNya.
·
Tentang
teori yang mengatakan bahwa Yesus sendiri betul-betul turun ke Hades untuk
memberitakan Injil, seorang penafsir lain dari Pulpit Commentary menentangnya
dan mengatakan bahwa berdasarkan Luk 23:43,46 maka harus disimpulkan bahwa
antara kematian dan kebangkitan, roh dari manusia Yesus itu ada di surga.
Pulpit Commentary: “It
is thought by some that after our Lord’s death (possibly in the interval
between his death and resurrection) his disembodied spirit passed into the
unseen world, and preached the gospel to the disobedient dead. Now, if that be
the proper meaning of the words, if they cannot mean anything else, we must
accept it. That the words taken by themselves will bear that meaning cannot
probably be denied: then why should we hesitate to adopt it? I might remind you
that as far as those three days are concerned, we seem to be told that they
were spent in Paradise with the Father and the redeemed. ‘This day,’ he said to
the penitent thief, ‘thou shalt be with me in Paradise;’ ‘Father,’ he said,
‘into thy hands I commend my spirit: and having said thus, he gave up the
spirit.’” [= Beberapa orang beranggapan bahwa
setelah kematian Tuhan kita (mungkin di antara kematian dan kebangkitanNya)
rohNya yang tanpa tubuh berpindah ke dunia yang tak terlihat, dan memberitakan
Injil kepada orang-orang mati yang tidak taat. Jika itu adalah arti yang benar
dari kata-kata ini, jika kata-kata itu tidak bisa mempunyai arti yang lain,
maka kita harus menerimanya. Mungkin tidak bisa disangkal bahwa kata-kata itu,
ditinjau dari sudut kata-kata itu sendiri, bisa memberikan arti seperti itu.
Jadi mengapa kita harus ragu-ragu untuk menerimanya? Saya bisa mengingatkan
engkau bahwa tentang 3 hari yang dipersoalkan, kelihatannya kita diberitahu
bahwa hari-hari itu dihabiskan dalam Firdaus dengan Bapa dan orang-orang yang
sudah ditebus. Ia berkata kepada penjahat yang bertobat: ‘hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus’; dan Ia berkata: ‘Ya Bapa,
ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu / rohKu’. Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawaNya / rohNya] - hal 158.
2. Tentang penginjilan terhadap
orang-orang jaman Nuh yang sudah mati, dan kemungkinan pertobatan mereka,
penafsir lain dari Pulpit Commentary ini berkata sebagai berikut:
“Then,
if this passage does mean that Christ preached to the dead, it only speaks of
the dead in the days of Noah; it seems incredible that these comparative few
should be singled out from the great mass of mankind for so great a blessing. I
might remind you, too, that if these words mean that the impenitent dead have a
second chance, they stand alone in Scripture, at least as far as I am aware.
But weightier than all is the fact that the plain teaching of this book is to
the contrary” [= Lalu, jika text ini memang berarti
bahwa Kristus berkhotbah kepada orang-orang mati, text ini hanya berbicara
tentang orang-orang mati pada jaman Nuh; kelihatannya tidak masuk akal bahwa
orang-orang yang relatif sedikit ini harus dikhususkan dari kelompok besar umat
manusia untuk berkat yang sebesar itu. Saya bisa mengingatkanmu juga, bahwa
jika kata-kata ini berarti bahwa orang mati yang tidak bertobat mempunyai
kesempatan yang kedua, maka kata-kata ini berdiri sendirian dalam Kitab Suci,
setidaknya sejauh yang saya ketahui. Tetapi lebih berat dari semua adalah fakta
bahwa ajaran yang jelas dari kitab ini bertentangan dengannya] - hal 158.
Catatan: tidak jelas apa yang dimaksud
olehnya dengan ‘kitab’. Mungkin itu menunjuk pada Alkitab. Saya juga
berpendapat bahwa seluruh Alkitab bertentangan dengan doktrin tentang ‘second
chance’ (= kesempatan kedua).
7) Ini menunjuk pada pemberitaan
(Injil) di dunia orang mati. Pemberitaan Injil ini dilakukan oleh Yesus, tanpa
mempersoalkan apakah itu roh ilahiNya atau roh manusiaNya. Juga penginjilan ini
diberikan bukan hanya bagi orang-orang yang mati pada jaman Nuh. Ada yang
berkata semua orang akan diinjili lagi; ada yang mengatakan hanya orang-orang
yang dalam hidupnya tidak pernah mendengar Injil yang akan diinjili oleh Yesus.
William Barclay: “This
passage has lodged in the creed in the phrase: ‘He descended into hell.’ We
must first note that this phrase is very misleading. The idea of the New
Testament is not that Jesus descended into hell but that he descended into
Hades. Acts 2:27, as all newer translations correctly show, should be
translated not: ‘Thou wilt not leave my soul in hell,’ but, ‘Thou wilt not
abandon my soul to Hades.’ The difference is this. Hell is the place of the
punishment of the wicked; Hades was the place where all the dead went” (=
Text ini telah ditempatkan dalam pengakuan iman dalam ungkapan: ‘turun ke dalam
neraka’. Pertama-tama kita harus memperhatikan bahwa ungkapan ini sangat
menyesatkan. Gagasan dari Perjanjian Baru bukanlah bahwa Yesus turun ke dalam
neraka tetapi bahwa Ia turun ke dalam Hades. Kis 2:27, seperti yang
ditunjukkan oleh semua terjemahan yang lebih baru, seharusnya tidak
diterjemahkan: ‘Engkau tidak akan meninggalkan jiwaKu dalam neraka’ tetapi
‘Engkau tidak akan meninggalkan jiwaKu di Hades’. Inilah perbedaannya. Neraka
adalah tempat penghukuman orang jahat; Hades adalah tempat kemana semua orang
mati pergi) - hal
236.
Catatan: saya berpendapat bahwa:
·
kata-kata
‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli tidak menyesatkan selama kita
menafsirkannya secara benar. Calvin tidak menganggap bahwa Yesus betul-betul
turun kemanapun. ‘Turun ke neraka’ itu terjadi pada saat Yesus ada di
kayu salib dan berteriak: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’.
·
Hades
bukanlah tempat netral kemana semua orang akan pergi. Dalam banyak ayat Kitab
Suci, kata ‘Hades’ menunjuk pada ‘neraka’. Dalam Kis 2:27 kata ‘Hades’ menunjuk pada ‘kuburan’.
William Barclay: “The
Jews had a very shadowy conception of life beyond the grave. They did not think
in terms of heaven and of hell but of a shadowy world, where the spirits of men
moved like grey ghosts in an everlasting twilight and where there was neither
strength nor joy. Such was Hades, into which the spirits of all men went after
death” (= Orang-orang Yahudi mempunyai konsep yang sangat
kabur tentang kehidupan di balik kubur. Mereka tidak berpikir tentang surga dan
neraka, tetapi tentang dunia yang kabur, dimana roh-roh manusia bergerak
seperti hantu-hantu kelabu dalam cahaya remang-remang yang kekal, dan dimana
tidak ada kekuatan ataupun sukacita. Demikianlah keadaan Hades, ke dalam mana
roh-roh dari semua manusia pergi setelah kematian) - hal 236-237.
Barclay lalu memberikan ayat-ayat
di bawah ini sebagai dasar:
·
Yes 38:18
- “Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur
kepadaMu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke
liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaanMu”.
·
Maz 6:6
- “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepadaMu;
siapakah yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati?”.
·
Maz 30:10
- “Apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku
turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyukur kepadaMu dan memberitakan
kesetiaanMu?”.
·
Maz 88:11-13
- “Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati?
Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepadaMu? Sela. Dapatkah kasihMu
diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan? Diketahui
orangkah keajaiban-keajaibanMu dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala
lupa?”.
·
Maz 115:17
- “Bukan orang-orang mati akan memuji-muji TUHAN, dan
bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi,”.
·
Pengkhotbah 9:10
- “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan,
kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan,
pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi”.
Catatan: kita harus hati-hati dengan
penafsiran dari ayat-ayat di atas ini. Sebetulnya artinya tidaklah seperti yang
dikatakan oleh Barclay. Bandingkan dengan kata-kata Louis Berkhof di bawah ini.
Louis Berkhof: “The
passages which seem to teach that the dead are unconscious are clearly intended
to stress the fact that in the state of death man can no more take part in the
activities of this present world” (= Text-text yang
kelihatannya mengajarkan bahwa orang-orang mati tidak mempunyai kesadaran
secara jelas dimaksudkan untuk menekankan fakta bahwa dalam keadaan kematian manusia
tidak lagi bisa ambil bagian dalam aktivitas-aktivitas dari dunia sekarang ini) - ‘Systematic Theology’,
hal 689.
William Barclay: “If
Christ descended into Hades and preached there, there is no corner of the
universe into which the message of grace has not come. There is in this passage
the solution of one of the most haunting questions raised by the Christian
faith - what is to happen to those who lived before Jesus Christ and to those
to whom the gospel never came? There can be no salvation without repentance but
how can repentance come to those who have never been confronted with the love
and holiness of God? If there is no other name by which men may be saved, what
is to happen to those who never heard it? This is the point that Justin Martyr fastened
on long ago: ‘The Lord, the Holy God of Israel, remembered his dead, those
sleeping in the earth, and came down to them to tell them the good news of
salvation.’ The doctrine of the descent into Hades conserves the precious truth
that no man who ever lived is left without a sight of Christ and without the
offer of the salvation of God” (= Jika Kristus turun ke Hades dan
berkhotbah di sana, tidak ada sudut di seluruh alam semesta yang tidak dicapai
oleh berita kasih karunia. Dalam text ini ada pemecahan dari salah satu dari
pertanyaan-pertanyaan yang paling sering dipertanyakan oleh iman Kristen - apa
yang akan terjadi dengan mereka yang hidup sebelum Yesus Kristus dan mereka
yang tidak pernah mendengar Injil? Tidak bisa ada keselamatan tanpa pertobatan,
tetapi bagaimana pertobatan bisa datang kepada mereka yang tidak pernah
dihadapkan dengan kasih dan kesucian Allah? Jika tidak ada nama lain dengan
mana manusia bisa diselamatkan, apa yang akan terjadi dengan mereka yang tidak
pernah mendengarnya? Inilah yang dipegang oleh Justin Martyr pada jaman dulu:
‘Tuhan, Allah yang Kudus dari Israel, mengingat orang-orang matiNya, mereka
yang tidur dalam bumi, dan turun kepada mereka untuk memberitahu mereka kabar
baik dari keselamatan’. Doktrin tentang turun ke Hades ini mengawetkan
kebenaran yang berharga bahwa tidak seorangpun yang pernah hidup yang dibiarkan
tanpa melihat Kristus dan tanpa penawaran keselamatan dari Allah) - hal 242.
Pulpit Commentary: “I
know the tenacity with which we cling to the hope that those who have never
heard the gospel shall hear it, if not here, hereafter; and that many have
cherished this hope, partly on the strength of these words. My hope of that is
not less because I do not see it encouraged here. I know God well enough, and I
know this book well enough, to know that no man will be condemned because of
Adam’s sin; through Christ every man stands on a fair footing; the condemning
sin is rejection. Then the Saviour must be presented to each hereafter, if not
here. I cling to the hope that the preaching of the Saviour on the other side
of the grave will bring multitude to heaven who died without a gospel. But for
you who have the gospel now, this is your day of grace; with you, salvation is
now or never” [= Saya tahu tentang kegigihan /
ketekunan dengan mana kita berpegang pada pengharapan bahwa mereka yang tidak
pernah mendengar Injil akan mendengarnya, jika tidak di sini, di alam baka; dan
bahwa banyak orang berharap-harap, sebagian pada kekuatan dari kata-kata ini. Harapanku
tentang hal itu tidak lebih sedikit sekalipun aku tidak melihatnya dikuatkan di
sini (dalam 1Pet 3:18-20).
Saya mengenal Allah dengan cukup baik, dan saya mengenal Kitab ini dengan cukup
baik, untuk tahu bahwa tidak ada manusia yang akan dihukum karena dosa Adam;
melalui Kristus setiap manusia berdiri pada tempat berpijak yang adil / sama;
dosa yang menyebabkan penghukuman adalah penolakan (terhadap
Kristus). Jadi Kristus harus disampaikan kepada setiap orang, jika tidak di
sini, di alam baka. Saya berpegang pada pengharapan bahwa khotbah dari sang
Juruselamat di balik kubur akan membawa banyak orang, yang mati tanpa Injil, ke
surga. Tetapi untuk engkau yang mempunyai Injil itu sekarang, inilah hari kasih
karuniamu; bagi engkau keselamatan itu sekarang atau tidak sama sekali] - hal 158.
Catatan: bedanya penafsir ini dengan yang
lain dalam grup ini adalah:
·
ia
sebetulnya beranggapan bahwa 1Pet 3:18-20 ini tidak mendukung pandangannya
ini (perhatikan bagian yang saya garisbawahi), tetapi lucunya ia tetap
mempercayai pandangan tersebut, tanpa memberikan dasar Kitab Sucinya.
·
ia
berpendapat bahwa yang nanti akan diinjili oleh Kristus hanyalah orang-orang
yang pada masa hidupnya tidak pernah mendengar Injil. Sedangkan untuk orang
yang di dunia ini sudah mendengar Injil, kesempatannya hanyalah di dunia ini
saja, tidak akan ada ‘second chance’ (= kesempatan yang kedua).
Kesalahan dari penafsir ini:
¨ ia berkata bahwa tak ada orang
dihukum karena dosa Adam. Bandingkan dengan Ro 5:18-19 - “Sebab
itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman,
demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran
untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang
telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua
orang menjadi orang benar”.
¨ melalui Kristus setiap orang
mendapatkan kedudukan yang sama / adil.
R. C. Sproul: “The hue and cry the
Calvinist usually hears at this point is ‘That’s not fair!’ But what is meant
by fairness here? If by fair we mean equal, then of course the protest is
accurate. God does not treat all men equally. Nothing could be clearer from the
Bible than that. God appeared to Moses in a way that he did not appear to
Hammurabi. God gave blessings to Israel that he did not give to Persia. Christ
appeared to Paul on the road to Damascus in a way he did not manifest himself
to Pilate” (= Teriakan-teriakan yang biasanya didengar oleh orang
Calvinist pada titik ini adalah ‘Itu tidak adil!’ Tetapi apa yang dimaksud
dengan keadilan di sini? Kalau yang dimaksud dengan ‘adil’ adalah ‘sama’, maka
tentu protes itu benar. Allah tidak memperlakukan semua orang secara sama.
Tidak ada hal yang bisa lebih jelas dari Alkitab dari pada hal itu. Allah
menampakkan diri kepada Musa dalam suatu cara yang tidak Ia lakukan kepada
Hammurabi. Allah memberi berkat kepada Israel yang tidak Ia berikan kepada
Persia. Kristus menampakkan diri kepada Paulus di jalan ke Damaskus dalam suatu
cara yang Ia tidak nyatakan kepada Pilatus)
- ‘Chosen By God’, hal 155.
Tetapi siapa yang mengatakan bahwa kata ‘adil’ harus berarti ‘memperlakukan semua dengan sama rata’? Dari perumpamaan dalam Mat 20:1-15 terlihat dengan
jelas bahwa ‘adil’ tidak harus berarti ‘memperlakukan semua secara sama rata’. Perumpamaan dalam Mat 20:1-15 itu jelas menunjukkan
bahwa tuan itu tidak memperlakukan para pekerja itu secara sama rata, karena ia
lebih bermurah hati kepada pekerja yang masuk belakangan. Tetapi pada waktu
pekerja golongan pertama memprotesnya, ia berkata: “aku tidak berlaku tidak
adil terhadap engkau” (Mat 20:13).
¨ dosa yang menyebabkan penghukuman
hanyalah penolakan secara sadar terhadap Kristus. Bandingkan juga dengan
kata-kata Louis Berkhof di bawah (keberatan point 5, kutipan ke 5).
Andereas Samudera termasuk dalam
golongan yang mempercayai adanya Pemberitaan Injil oleh Yesus kepada
orang-orang yang sudah mati, dan adanya kemungkinan bertobat bagi orang-orang
itu. Tetapi selain itu, ia juga percaya bahwa:
a) Kita harus meneladani Tuhan Yesus
dan memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati.
b) Ia percaya bahwa roh orang mati
bisa gentayangan di dunia ini dan merasuk orang hidup, dan roh orang mati ini
bisa diinjili.
Pandangan seperti ini tidak pernah
saya dapati dalam buku tafsiran manapun.
Keberatan terhadap pandangan ke 7
ini:
1. Hal sepenting itu tidak mungkin
diajarkan dengan cara yang begitu sedikit dan kabur.
Kalau
memang Yesus melakukan penginjilan kepada orang-orang mati, apalagi kalau kita
juga diwajibkan untuk melakukan hal itu, maka itu jelas merupakan sesuatu
yang amat sangat penting dalam theologia Kristen, sehingga tidak mungkin
diberitakan begitu sedikit dan dengan cara yang sangat kabur karena sukarnya
ayat ini.
2. Pertobatan hanya bisa terjadi kalau
orang-orang itu didoakan. Kalau demikian, apakah kita juga harus mendoakan
orang-orang mati?
Bandingkan dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau
ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan
maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya,
yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang
mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.
Ayat ini mengatakan bahwa kalau ada
seorang yang melakukan dosa yang membawa maut (mungkin yang dimaksud adalah
dosa menghujat Roh Kudus yang tidak bisa diampuni - bdk. Mat 12:31-32),
maka kita tidak perlu berdoa untuk orang itu. Kalau orang yang melakukan dosa
yang membawa maut saja tidak boleh didoakan, bagaimana mungkin sekarang kita
harus berdoa untuk orang yang sudah ada di dalam maut?
3. Kitab Suci jelas mengajarkan bahwa
orang yang tidak pernah mendengar Injil akan binasa / masuk neraka.
·
Yeh 3:18
- “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti
dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa
untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap
hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan
menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Yeh 3:18 ini menunjukkan bahwa
orang yang tidak mendengar peringatan itu tetap akan mati dalam kesalahannya.
·
Ro 2:12
- “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan
binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat
akan dihakimi oleh hukum Taurat”.
Kalau orang yang tidak mempunyai
hukum Taurat dikatakan ‘akan binasa tanpa hukum Taurat’ (artinya ia tidak akan dihakimi
berdasarkan hukum Taurat, tetapi dihakimi berdasarkan suara hati / hati nurani
mereka - bdk. Ro 2:14-15. Tetapi mereka tetap akan binasa), maka bisalah
disimpulkan bahwa orang yang tidak mempunyai Injil atau tidak pernah mendengar
Injil akan binasa tanpa Injil (artinya mereka tidak akan dihakimi berdasarkan
Injil, tetapi mereka tetap akan binasa).
·
Ro 10:13-15
- “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka
tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika
mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia,
jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini memberikan suatu
rangkaian: orang yang berseru kepada Tuhan akan selamat, tetapi bagaimana bisa
berseru kalau tidak percaya, dan bagaimana percaya kalau tidak pernah
mendengar, dan bagaimana mendengar kalau tidak ada yang memberitakan? Kalau
rangkaian ini dibalik, maka akan didapatkan: kalau tidak ada yang memberitakan,
maka orangnya tidak bisa mendengar. Kalau tidak mendengar, ia tidak bisa
percaya. Kalau ia tidak percaya, ia tidak bisa berseru. Dan kalau ia tidak bisa
berseru maka ia tidak bisa selamat. Jadi kalau tidak ada yang memberitakan
Injil kepadanya, ia tidak bisa selamat!
Jadi, semua ayat-ayat ini
menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil akan mati dalam
dosanya.
4. Perhatikan
serentetan kutipan dari Louis Berkhof di bawah ini.
Louis Berkhof: “During
the nineteenth century several theologians, especially in England, Switzerland,
and Germany, embraced the idea that the intermediate state is a state of
further probation for those who have not accepted Christ in this life. This
view is maintained by some up to the present time and is a favourite tenet of
the Universalists” [= Dalam abad ke 19 beberapa ahli
theologia, khususnya di Inggris, Swiss, dan Jerman, mempercayai gagasan bahwa intermediate
state (masa / keadaan antara kematian dan kebangkitan) merupakan suatu masa
percobaan lebih lanjut untuk mereka yang belum menerima Kristus dalam hidup
ini. Pandangan ini dipertahankan oleh sebagian orang sampai saat ini dan
merupakan suatu ajaran / pendapat favorit dari para penganut Universalisme] - ‘Systematic Theology’,
hal 681.
Louis Berkhof: “The
theory of the so-called ‘second probation’ found considerable favour in the
theological world of the nineteenth century. ... This theory is to the effect
that salvation through Christ is still possible in the intermediate state for
certain classes or, perhaps, for all; and that this is offered on substantially
the same terms as at present, namely, faith in Christ as Saviour. Christ is
made known to all who still need Him unto salvation, and acceptance of Him is
urged on all. No one is condemned to hell without being subjected to this test,
and only they are condemned who resist this offer of grace. The eternal state
of man will not be irrevocably fixed until the day of judgment. The decision
made between death and the resurrection will decide, whether one will be saved
or not. The fundamental principle on which this theory rests, is that no man
will perish without having been offered a favorable opportunity to know and
accept Jesus. Man is condemned only for the obstinate refusal to accept the
salvation that is offered in Christ Jesus. Opinions differ, however, as to the
persons to whom the gracious opportunity to accept Christ will be offered in
the intermediate state. The general opinion is that it will certainly be
extended to all children who die in infancy, and to the adult heathen who in
this life have not heard of Christ. The majority hold that it will even be granted
to those who lived in Christian lands, but in this present life never properly
considered the claims of Christ. Again, there is great diversity of opinion as
to the agency and the methods by which this saving work will be carried on in
the future. Moreover, while some entertain the largest hope as to the outcome
of the work, others are less sanguine in their expectations ” [=
Teori yang disebut ‘masa percobaan yang kedua’ ini mendapatkan banyak
mendapatkan dukungan dalam dunia theologia abad ke 19. ... Teori ini kira-kira
mengatakan bahwa keselamatan melalui Kristus tetap dimungkinkan dalam
intermediate state (masa / keadaan antara kematian dan kebangkitan) untuk
golongan-golongan tertentu atau mungkin untuk semua orang; dan pada pokoknya
ini ditawarkan dengan syarat-syarat yang sama seperti pada saat ini, yaitu iman
kepada Kristus sebagai Juruselamat. Kristus diberitahukan kepada semua yang
tetap membutuhkanNya untuk keselamatan, dan semua orang didesak untuk menerima
Dia. Tak seorangpun dihukum dalam neraka tanpa mengalami test ini, dan hanya
mereka yang menolak penawaran kasih karunia ini yang akan dihukum. Keadaan
kekal manusia tidak akan menjadi pasti / tertentu dan tak bisa berubah sampai
hari penghakiman. Keputusan yang dibuat di antara kematian dan kebangkitan akan
menentukan, apakah seseorang akan diselamatkan atau tidak] - ‘Systematic Theology’,
hal 692.
Louis Berkhof: “This
theory is founded in part on general considerations of what might expected of
the love and justice of God, and on an easily understood desire to make the
gracious work of Christ as inclusive as possible, rather than on any solid
Scriptural foundation. The main Scriptural basis for it is found in 1Pet. 3:19
and 4:6, which are understood to teach that Christ in the period between His
death and resurrection preached to the spirits in hades. But these passage
furnish but a precarious foundation, since they are capable of quite a
different interpretation” (= Teori ini didasarkan sebagian pada
pertimbangan umum tentang apa yang bisa diharapkan dari kasih dan keadilan
Allah, dan pada suatu keinginan yang bisa dimengerti untuk membuat pekerjaan
kasih karunia Kristus mencakup sebanyak mungkin orang, tetapi tidak didasarkan
pada dasar Kitab Suci yang kokoh / kuat. Dasar Kitab Suci utama untuk ini
didapatkan dalam 1Pet 3:19 dan 4:6, yang dimengerti sebagai mengajarkan
bahwa Kristus pada masa di antara kematian dan kebangkitanNya berkhotbah kepada
roh-roh di Hades. Tetapi text-text ini hanya memberi dasar yang tidak pasti /
tidak bisa dibenarkan, karena text-text ini memungkinkan suatu penafsiran yang
sangat berbeda) - ‘Systematic
Theology’, hal 692-693.
Louis Berkhof: “And
even if this passage did teach that Christ actually went into the underworld to
preach, His offer of salvation would extend only to those who died before His
crucifixion” (= Dan bahkan jika text-text ini memang
mengajarkan bahwa Kristus betul-betul pergi ke dunia orang mati untuk
berkhotbah, penawaran keselamatanNya hanya akan diberikan kepada mereka yang
mati sebelum penyalibanNya) - ‘Systematic Theology’, hal 693.
Catatan: tetapi
Andereas Samudera percaya bahwa jaman inipun Kristus bisa pergi ke sana lagi
untuk memberitakan Injil (buku ‘Dunia Orang Mati’ hal 57-59).
Louis Berkhof: “They
also refer to passages which, in their estimation, represent unbelief as the
only ground of condemnation, such as John 3:18,36; Mark 16:15,16; Rom. 10:9-12;
Eph. 4:18; 2Pet. 2:3,4; 1John 4:3. But these passages only prove that faith in
Christ is the way of salvation, which is by no means the same as proving that a
conscious rejection of Christ is the only ground of condemnation” (=
Mereka juga menunjuk pada text-text yang dalam penilaian mereka, menunjukkan
ketidak-percayaan sebagai satu-satunya dasar penghukuman, seperti Yoh 3:18,36;
Mark 16:15,16; Ro 10:9-12; Ef 4:18; 2Pet 2:3,4; 1Yoh 4:3. Tetapi ayat-ayat ini
hanya membuktikan / menetapkan bahwa iman kepada Kristus merupakan jalan
keselamatan, yang sama sekali tidak sama dengan mengatakan bahwa penolakan
secara sadar terhadap Kristus merupakan satu-satunya dasar penghukuman) - ‘Systematic Theology’,
hal 693.
Ini sesuatu yang harus sangat
ditekankan. Ayat-ayat yang mengatakan bahwa orang yang tidak percaya kepada
Kristus akan dihukum, bukannya berarti bahwa ketidak-percayaan kepada Kristus
merupakan satu-satunya dasar penghukuman, tetapi berarti bahwa iman kepada
Kristus merupakan satu-satunya jalan melalui mana kita bisa diselamatkan. Jadi,
merupakan sesuatu yang salah untuk mengatakan bahwa ketidak-percayaan secara
sadar atau penolakan secara sadar terhadap Kristus merupakan satu-satunya dasar
penghukuman. Setiap dosa, bahkan dosa asal, merupakan alasan yang cukup bagi
Allah untuk menghukum orang tersebut.
Louis Berkhof: “The
fundamental principle of this theory, that only the conscious rejection of
Christ and His gospel, causes men to perish, is un-Scriptural. Man is lost by
nature, and even original sin, as well as actual sins, makes him worthy of
condemnation” (= Prinsip dasar dari teori ini, bahwa
hanya penolakan secara sadar terhadap Kristus dan InjilNya, yang menyebabkan
manusia binasa, merupakan sesuatu yang tidak Alkitabiah. Manusia pada dasarnya
terhilang, dan bahkan dosa asal, maupun dosa-dosa yang dilakukan seseorang,
membuatnya layak mendapatkan penghukuman) - ‘Systematic Theology’, hal 693.
Louis Berkhof: “Scripture
represents the state of the unbelievers after death as a fixed state. The most
important passage that comes into consideration here is Luke 16:19-31.” (=
Kitab Suci menunjukkan keadaan dari orang-orang yang tidak percaya setelah
kematian sebagai keadaan yang tetap. Text yang paling penting yang
dipertimbangkan di sini adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic Theology’, hal 693.
Catatan: khususnya perhatikan
Luk 16:25-26 - “Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah,
bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus
segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi,
supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang
dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.
Seluruh cerita tentang Lazarus dan
orang kaya ini jelas bertentangan dengan ajaran yang mengatakan adanya kemungkinan
pertobatan setelah kematian. Orang kaya itu tidak pernah diinjili di Hades, dan
sekalipun ia jelas sekali menyesal, tetapi tidak ada pengampunan baginya.
Louis Berkhof: “It (Scripture)
also invariably represents the coming final judgment as determined by the
things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in
any way on what occurred in the intermediate state” [=
Itu (Kitab Suci) juga selalu menunjukkan / menggambarkan
bahwa penghakiman akhir yang mendatang itu ditentukan oleh hal-hal yang
dilakukan dalam daging, dan tidak pernah berbicara tentang hal ini sebagai
tergantung dengan cara apapun pada apa yang terjadi dalam intermediate state
(keadaan antara kematian dan kebangkitan)] - ‘Systematic Theology’, hal 693.
Untuk mendukung pandangannya ini,
Louis Berkhof memberikan banyak ayat Kitab Suci tetapi saya menganggap bahwa
hanya satu yang betul-betul cukup kuat, yaitu 2Kor 5:10 - “Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang
memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam
hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Ayat ini menunjukkan bahwa
penghakiman Kristus nanti tergantung hanya pada apa yang dilakukan seseorang dalam
hidupnya, bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati.
Calvin: “it is an indubitable
doctrine of Scripture, that we obtain not salvation in Christ except by faith;
then there is no hope left for those who continue to death unbelieving” (= merupakan suatu doktrin
/ ajaran yang sudah pasti dari Kitab Suci, bahwa kita tidak mendapat
keselamatan dalam Kristus kecuali oleh iman; maka tidak ada pengharapan yang
tersisa untuk mereka yang terus tidak percaya sampai mati) - hal 113.
Kesimpulan:
Pandangan ke 7 ini jelas
merupakan pandangan sesat yang berbahaya. Pandangan ini menyebabkan orang
beranggapan bahwa pertobatan maupun penginjilan bukanlah sesuatu yang bersifat urgent
/ mendesak. Kitab Suci jelas mengajarkan bahwa setelah kematian tidak ada
kesempatan untuk mendengar Injil ataupun bertobat. Karena itu kalau saudara
belum sungguh-sungguh percaya / diselamatkan, cepatlah percaya kepada Yesus
sebelum terlambat. Dan kalau saudara mau memberitakan Injil kepada seseorang
lakukanlah secepatnya sebelum terlambat.
8) Pemberitaan
ini terjadi melalui Nuh, pada saat orang-orang itu masih hidup.
a) Siapa
yang memberitakan Injil?
Golongan ke 8 ini terbagi menjadi 2
bagian, yang pertama mengatakan bahwa yang memberitakan adalah Roh Kudus
melalui Nuh, yang kedua mengatakan yang memberitakan adalah Roh ilahi
Yesus melalui Nuh.
Adanya 2 golongan ini sudah terlihat dari adanya 2 macam
penterjemahan dalam 1Pet 3:18.
3:18 - “Sebab juga Kristus telah
mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak
benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam
keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,”.
KJV: ‘For Christ also hath once
suffered for sins, the just for the unjust, that he might bring us to God,
being put to death in the flesh, but quickened by the Spirit’
(= Karena Kristus juga telah menderita sekali untuk dosa-dosa, orang yang benar
untuk orang yang tidak benar, supaya Ia bisa membawa kita kepada Allah, dibunuh
dalam daging, tetapi dihidupkan oleh Roh).
NIV: ‘For Christ died for sins
once for all, the righteous for the unrighteous, to bring you to God. He was
put to death in the body but made alive by the Spirit’
(= Karena Kristus mati untuk dosa-dosa sekali untuk selamanya, orang benar
untuk orang yang tidak benar, untuk membawa kamu kepada Allah. Ia dibunuh dalam
tubuh tetapi dihidupkan oleh Roh).
RSV: ‘For Christ also died for
sins once for all, the righteous for the unrighteous, that he might bring us to
God, being put to death in the flesh but made alive in the
spirit’ (= Karena Kristus juga mati untuk dosa-dosa sekali untuk
selamanya, orang benar untuk orang yang tidak benar, supaya Ia bisa membawa
kita kepada Allah, dibunuh dalam daging tetapi dihidupkan dalam
roh).
NASB: ‘For Christ also died for
sins once for all, the just for the unjust, in order that He might bring us to
God, having been put to death in the flesh, but made alive in
the spirit’ (= Karena Kristus mati untuk dosa-dosa sekali untuk selamanya,
orang benar untuk orang yang tidak benar, supaya Ia bisa membawa kita kepada
Allah, setelah dibunuh dalam daging, tetapi dihidupkan dalam
roh).
Jadi dari keempat terjemahan bahasa
Inggris ini ada 2 penterjemahan, yaitu ‘by the Spirit’ (= oleh Roh), dan
‘in the spirit’ (= dalam roh).
Kalau dipilih terjemahan ‘by the
Spirit’ (= oleh Roh), maka ini menunjuk kepada Roh Kudus, sedangkan kalau
dipilih terjemahan ‘in the spirit’ (= dalam roh), maka ini menunjuk
kepada Roh ilahi Yesus.
Sekarang mari kita perhatikan kedua
golongan ini:
1. Yang
memberitakan adalah Roh Kudus, melalui Nuh.
Louis Berkhof: “This
passage is supposed to refer to the descent into hades and to state the purpose
of it. The Spirit referred to is then understood to be the soul of Christ, and
the preaching mentioned must have taken place between His death and
resurrection. But the one is just as impossible as the other. The Spirit
mentioned is not the soul of Christ but the quickening Spirit, and it was by
that same life-giving Spirit that Christ preached. The common Protestant
interpretation of this passage is that in the Spirit Christ preached through
Noah to the disobedient that lived before the flood, who were spirits in prison
when Peter wrote, and could therefore be designated as such” (=
Text ini dianggap menunjuk kepada penurunan ke Hades dan menyatakan tujuan
penurunan itu. ‘Roh’ yang dipersoalkan dianggap sebagai jiwa dari Kristus, dan
pemberitaan yang disebutkan pasti terjadi antara kematianNya dan kebangkitanNya.
Tetapi keduanya sama tidak mungkinnya. ‘Roh’ yang disebutkan bukanlah jiwa
dari Kristus tetapi Roh yang menghidupkan, dan oleh Roh pemberi hidup yang
samalah Kristus berkhotbah / memberitakan. Penafsiran Protestan yang umum
tentang text ini adalah bahwa dalam Roh Kristus memberitakan melalui Nuh kepada
orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum air bah, yang adalah roh-roh
dalam penjara pada saat Petrus menulis, dan karena itu bisa disebut / dinamakan
seperti itu) - ‘Systematic
Theology’, hal 341.
Jay E. Adams: “Peter now supports his
contentions about suffering by referring to Christ’s sufferings, but almost
immediately moves to a discussion of the death of Christ in relationship to
those who are disobedient to the gospel, citing (as an example) the pre-flood
population that failed to heed Noah’s preaching and (as a consequence) ended up
in God’s prison” [= Sekarang Petrus mendukung pendiriannya tentang penderitaan
dengan menghubungkannya dengan penderitaan Kristus, tetapi ia lalu berpindah pada
suatu diskusi tentang kematian Kristus dalam hubungannya dengan mereka yang
tidak taat pada Injil, menyebutkan (sebagai contoh) penduduk sebelum air bah
yang gagal untuk memperhatikan khotbah / pemberitaan Nuh dan (sebagai
konsekwensinya) berakhir dalam penjara Allah] - ‘Trust and Obey: A Practical Commentary on First Peter’, hal
113.
Jay E. Adams: “‘Christ was put to death
in the flesh.’ That is to say, His death was a truly physical one; He was
genuinely human. That means He had a human body in which He dies. But He was
‘made alive by the Spirit’ (not in the spirit). That the Holy Spirit
(not Christ’s human spirit) in view is clear from the next verse. It was ‘by
this Spirit’ (rather than in the flesh) that, long ago in Noah’s time, He went
and preached to those who are now disembodied spirits (cf. usage in Heb.
12:23) locked up in prison (not merely kept in detention) as punishment. ... It
was by the same Holy Spirit that He went and preached (cf. 4:6). Just as Paul
can say in Ephesians 2:17 that Christ preached (after His resurrection and
ascension) through the apostles, so too can Peter say that He preached to the
antediluvian world by the Spirit through Noah” [= ‘Kristus dibunuh dalam
daging’. Maksudnya, kematianNya betul-betul merupakan suatu kematian fisik; Ia
adalah manusia yang sejati. Itu berarti Ia mempunyai tubuh manusia dalam mana
Ia mati. Tetapi Ia ‘dihidupkan oleh Roh’ (bukan ‘dalam roh’). Bahwa yang
dimaksud adalah Roh Kudus (bukan roh manusia Yesus) adalah jelas dari ayat
selanjutnya. Adalah ‘oleh Roh ini’ (bukannya dalam daging), lama berselang pada
jaman Nuh, Ia pergi dan berkhotbah / memberitakan kepada mereka yang sekarang
adalah roh-roh yang tidak mempunyai tubuh (bdk. penggunaannya dalam
Ibr 12:23) ditahan / dikunci dalam penjara (bukan semata-mata ditawan)
sebagai hukuman. ... Adalah dengan Roh yang sama Ia pergi dan berkhotbah /
memberitakan (bdk. 4:6). Sama seperti Paulus bisa berkata dalam Ef 2:17
bahwa Kristus memberitakan (setelah kebangkitan dan kenaikanNya) melalui
rasul-rasul, demikian juga Petrus bisa berkata bahwa Ia berkhotbah /
memberitakan kepada dunia sebelum air bah, oleh Roh, melalui Nuh] - ‘Trust and Obey: A Practical Commentary on First
Peter’, hal 114.
Ef 2:17 - “Ia datang dan memberitakan
damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang
‘dekat’”.
Ia juga menambahkan bahwa Nuh disebut sebagai pemberita
kebenaran dalam 2Pet 2:5 - “dan jikalau Allah tidak
menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita
kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas
dunia orang-orang yang fasik”.
Jay E. Adams: “In verse 20, Peter tells
us why these disembodied spirits are now being punished by imprisonment: it is
because they disobeyed God’s word at that time when God’s patience was waiting
in the days of Noah, while he was building an ark. During the 120 years prior
to the flood, God’s Spirit was at work with men (Gen 6:3) presumably through
Noah’s preaching. God’s patience is great; He waited 120 years, during which
Noah also was building the ark” [= Dalam ayat 20, Petrus memberitahu kita mengapa roh-roh
yang sudah terpisah dari tubuhnya ini sekarang dihukum dalam penjara: yaitu
karena mereka tidak mentaati Firman Allah pada saat itu dimana kesabaran Allah
sedang menunggu pada jaman Nuh, sementara ia sedang membangun sebuah bahtera.
Selama 120 tahun sebelum air bah, Roh Allah bekerja dengan manusia (Kej 6:3)
jelas melalui khotbah dari Nuh. Kesabaran Allah besar; Ia menunggu 120 tahun,
dan selama waktu itu Nuh juga membangun bahtera] - ‘Trust and Obey: A Practical Commentary on First
Peter’, hal 115.
2. Yang
memberitakan adalah Logos, melalui Nuh.
Barnes’ Notes: “‘Being
put to death in the flesh’. As a man; in his human nature. Comp. Notes, Rom.
1:3,4. There is evidently a contrast here between ‘the flesh’ in which
it is said he was ‘put to death,’ and ‘the spirit’ by which it is said
he was ‘quickened.’ ... The use of this phrase would suggest the thought at
once, that though, in regard to that which was properly expressed by the
phrase, ‘the flesh,’ they died, yet that there was something else in respect to
which they did not die. ... The only proper inquiry, then, in this place is,
What is fairly implied in the phrase, ‘the flesh’? Does it mean simply ‘his
body,’ as distinguished from his human soul? or does it refer to him as a man,
as distinguished from some higher nature, over which death had no power? Now,
that the latter is the meaning seems to me to be apparent, for these reasons:
(1.) It is the usual way of denoting the human nature of the Lord Jesus, or of
saying that he became incarnate, or was a man, to speak of his being in the
flesh. See Rom. 1:3: ‘Made of the seed of David according to the flesh.’ John
1:14: ‘And the Word was made flesh.’ 1Tim. 3:16: ‘God was manifest in the
flesh.’ 1John 4:2: ‘Every spirit that confesseth that Jesus Christ is come in
the flesh, is of God.’ 2John 7: ‘Who confess not that Jesus Christ is come in
the flesh.’ (2.) So far as appears, the effect of death on the human soul of
the Redeemer was the same as in the case of the soul of any other person; in
other words, the effect of death in his case was not confined to the mere body or
the flesh. Death, with him, was what death is in any other case - the
separation of the soul and body, with all the attendant pain of such
dissolution. It is not true that his ‘flesh,’ as such, died without the
ordinary accompaniments of death on the soul, so that it could be said that the
one died, and the other was kept alive” [=
‘Dibunuh dalam daging’. Sebagai manusia; dalam hakekat manusiaNya. Bdk.
Catatan, Ro 1:3,4. Jelas ada kontras di sini antara ‘daging’ dalam
mana Ia dikatakan dibunuh, dan ‘roh’ oleh mana Ia dikatakan
‘dihidupkan’. ... Penggunaan ungkapan ini segera menimbulkan pemikiran bahwa
sekalipun berkenaan dengan apa yang dinyatakan oleh ungkapan ‘daging’ mereka
mati, tetapi ada sesuatu yang lain berkenaan dengan mana mereka tidak mati. ...
Pertanyaan yang tepat di tempat ini adalah: Apa yang dimaksud dengan
ungkapan ‘daging’? Apakah ini sekedar berarti ‘tubuhNya’, yang dibedakan dengan
jiwa manusiaNya? atau itu menunjuk pada Dia sebagai manusia, yang dibedakan
dari hakekat yang lebih tinggi, atas mana kematian tidak mempunyai kuasa? Bagi
saya jelas bahwa yang terakhir ini yang merupakan arti yang benar, dengan
alasan: (1.) Mengatakan Ia ada dalam daging merupakan cara yang lazim untuk
menunjuk kepada hakekat manusia dari Tuhan Yesus, atau untuk mengatakan bahwa
Ia berinkarnasi, atau bahwa Ia adalah manusia. Lihat Ro 1:3: ‘yang menurut
daging diperanakkan dari keturunan Daud’. Yoh 1:14: ‘Dan Firman itu telah
menjadi daging’. 1Tim 3:16: ‘Allah dinyatakan dalam daging’.
1Yoh 4:2: ‘Setiap roh yang mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang
dalam daging, adalah dari Allah’. 2Yoh 7: ‘yang tidak mengaku, bahwa
Yesus Kristus telah datang dalam daging’. (2.) Sejauh yang terlihat,
akibat dari kematian pada jiwa manusia dari sang Penebus adalah sama seperti
dalam kasus dari jiwa orang lain; dengan kata lain, akibat kematian dalam
kasusNya tidak dibatasi hanya pada tubuh atau daging. Kematian bagiNya adalah
sama seperti kematian bagi orang lain - pemisahan jiwa dengan tubuh, dengan
semua rasa sakit yang menyertai pemisahan itu. Tidak benar bahwa ‘daging’Nya
mati tanpa disertai kematian pada jiwaNya, sehingga dikatakan bahwa yang satu
mati tetapi yang lain tidak] - hal 1422.
Catatan: Yoh 1:14 1Tim 3:16 1Yoh 4:2 dan
2Yoh 7 saya terjemahkan dari KJV yang memang memberikan terjemahan
hurufiah. Dalam menterjemankan ayat-ayat ini Kitab Suci Indonesia mengubah ‘daging’ menjadi ‘manusia’.
Ro 1:3-4 - “tentang
AnakNya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut
Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa
Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”.
Tentang Roma 1:3,4 ini Barnes
memberikan komentar sebagai berikut:
·
“He was a descendant of David in his human
nature, or as a man. This implies, of course, that he had another nature
besides his human; or that, while he was a man, he was also something else;
that there was a nature in which he was not descended from David. ... The
apostle expressly makes a contrast between his condition according to the
flesh, and that according to the spirit of holiness” (=
Ia adalah keturunan dari Daud dalam hakekat manusiaNya, atau sebagai
seorang manusia. Tentu saja secara tidak langsung ini menunjukkan bahwa Ia
mempunyai suatu hakekat yang lain disamping hakekat manusiaNya; atau bahwa
sementara Ia adalah seorang manusia, Ia juga adalah sesuatu yang lain; bahwa di
sana ada suatu hakekat dalam mana Ia tidak diturunkan dari Daud. ... Sang
rasul dengan jelas membuat suatu kontras antara keadaanNya menurut daging dan
keadaanNya menurut roh kekudusan) - hal 544.
·
“‘According to the spirit of holiness.’
... It stands in contrast with ‘the flesh,’ ver. 3, ... As the former refers
doubtless to his human nature, so this must refer to the nature designated by
the title Son of God, that is, to his superior or Divine nature” (=
‘Menurut roh kekudusan’. ... Ini kontras dengan ‘daging’ dalam ay 3, ... Karena
yang pertama tak diragukan menunjuk kepada hakekat manusiaNya, maka yang ini
pasti menunjuk kepada hakekat yang ditunjuk oleh gelar Anak Allah, yaitu kepada
hakekatNya yang lebih tinggi atau hakekat ilahiNya) - hal 545.
Selain Ro 1:3-4, ayat lain
yang mirip adalah 1Tim 3:16 - “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah
kita: ‘Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia, dibenarkan
dalam Roh; yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat,
diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai
di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.’”.
Sekarang mari kita kembali pada
1Pet 3:18.
Barnes’ Notes: “The
conclusion, then, to which we have come is, that the passage means, that as a
man, a human being, he was put to death; in respect to a higher nature,
or by a higher nature, here denominated ‘Spirit’, (Pneuma,) he
was restored to life” [= Maka kesimpulan yang kita dapatkan
adalah bahwa text ini berarti bahwa sebagai seorang manusia, Ia dibunuh; berkenaan
dengan hakekat yang lebih tinggi, atau oleh hakekat yang lebih
tinggi, di sini disebut ‘Roh’, (Pneuma,) Ia
dihidupkan kembali] - hal 1423.
Catatan: yang kurang bisa saya terima dari
tafsiran Barnes adalah perubahan dari ‘in respect to’ (= berkenaan
dengan) menjadi ‘by’ (= oleh).
Barnes’ Notes: “‘He
went.’ To wit, in the days of Noah. No particular stress should be laid here on
the phrase ‘he went.’ ... The idea, however, would be conveyed by this language
that he did this personally, or by himself, and not merely by employing the
agency of another. It would then be implied here that though the
instrumentality of Noah was employed, yet that it was done not by the Holy
Spirit, but by him who afterwards became incarnate” (=
‘Ia pergi’. Yaitu pada jaman Nuh. Tidak ada penekanan khusus yang harus
diberikan di sini pada ungkapan ‘Ia pergi’. ... Tetapi gagasan yang disampaikan
oleh istilah ini adalah bahwa Ia melakukan sendiri hal ini, atau oleh diriNya
sendiri, dan bukan semata-mata dengan menggunakan orang lain. Jadi dinyatakan
secara tak langsung di sini bahwa sekalipun Nuh digunakan sebagai alat, tetapi
itu bukan dilakukan oleh Roh Kudus, tetapi olehNya yang belakangan
berinkarnasi) -
hal 1423.
Sukar untuk menentukan sikap
tentang 2 pandangan di atas.
Kalau kita menerima terjemahan ‘by the spirit’ (=
oleh Roh), maka ada 2 problem, yaitu:
·
dari sudut bahasa Yunani
kelihatannya ini tidak benar.
·
kata ‘roh’ tidak mempunyai kata sandang, dan karena itu tidak
mungkin menunjuk kepada Roh Kudus.
Tetapi Editor dari Calvin’s
Commentary mengatakan:
“There are two previous
instances of the word ‘spirit,’ when denoting the Holy Spirit, being without
the article, that is in chap. 1:2 and 22” (= Ada dua contoh /
kejadian sebelum ini dimana kata ‘roh’ menunjuk kepada Roh Kudus, sekalipun
tidak mempunyai kata sandang, yaitu dalam pasal 1:2 dan 22) - hal 127.
Catatan: mungkin
yang ia maksudkan adalah 1Pet 1:2 dan 1Pet 1:12 (bukan 1Pet 1:22), karena
dalam 1Pet 1:22 tidak ada kata ‘roh’.
Dari sudut bahasa Yunani
kelihatannya yang benar adalah terjemahan ‘in the spirit’ (= dalam roh),
dan kata-kata itu menunjuk kepada LOGOS / roh ilahi Yesus, tetapi problem
dengan terjemahan ini adalah bagaimana kata ‘dihidupkan’ bisa diterapkan kepada Logos itu?
Menurut saya ada 2 kemungkinan jawaban:
¨ kata ‘dihidupkan’ sekedar diartikan ‘tidak
mati’. Petrus
menggunakan kata ‘dihidupkan’, bukannya ‘tidak
mati’, untuk
mengkontraskan kata itu dengan kata ‘dibunuh’.
Pulpit Commentary: “His
being put to death was ‘in the flesh’; i.e. on the side of his nature by which
he was connected with earth and had a mortal existence. His being quickened is
contrasted in being not in the flesh, but ‘in the spirit’; i.e. on the side of
his nature by which he was above earth and had an immortal existence” (=
Dibunuhnya Ia adalah ‘dalam daging’; yaitu pada bagian hakekatNya dengan mana
Ia berhubungan dengan bumi dan mempunyai keberadaan yang bisa mati.
Dihidupkannya Ia dikontraskan dengan itu karena terjadi bukan dalam daging
tetapi ‘dalam ‘roh’; yaitu pada bagian hakekatNya dengan mana Ia ada di atas
bumi dan mempunyai keberadaan yang tidak bisa mati) - hal 168.
¨ di sini digunakan ‘sebutan
ilahi’ untuk
Kristus, tetapi menggunakan ‘predikat manusia’, seperti dalam ayat-ayat di bawah
ini:
*
Kis 20:28
- “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan,
karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan
jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
NIV: “... the church of God, which he bought with his
own blood” (= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya
sendiri).
Catatan: dalam
ayat ini TB1 - LAI salah terjemahan karena menterjemahkan ‘darah AnakNya’. Ini dibetulkan dalam TB2 - LAI yang menterjemahkan ‘darahNya’ (menghapus kata ‘Anak’ yang memang
sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya).
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi, yaitu ‘Allah’, tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
*
1Kor
2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya,
sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan
yang mulia”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi, yaitu ‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’,
tetapi menggunakan predikat ‘menyalibkan’ yang
sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
*
1Yoh
1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar,
yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan
dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup
- itulah yang kami tuliskan kepada kamu”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi, yaitu ‘Firman’ (LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan
mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan
yang telah kami raba dengan tangan kami’,
yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
Dan dalam Kitab Suci juga ada
ayat-ayat yang berkebalikan dengan 3 contoh di atas, dimana Kristus diberi ‘sebutan
manusia’ tetapi
digunakan ‘predikat ilahi’, seperti dalam Mat 9:6 (‘Anak
Manusia’ & ‘berkuasa
mengampuni dosa’),
Mat 12:8 (‘Anak Manusia’ & ‘Tuhan atas hari Sabat’), dan sebagainya.
Calvin menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab
Suci dengan berkata sebagai berikut:
Ø
“And they (Scriptures) so earnestly express this union of the
two natures that is in Christ as sometimes to interchange them” [= Dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh
mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga
kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book
II, Chapter XIV, 1.
Ø
“Because the selfsame one was both God and man, for the sake of
the union of both natures he gave to the one what belonged to the other” (= Karena orang yang sama
adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan
kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book
II, Chapter XIV, 2.
Dua pandangan ini, sekalipun
berbeda dalam penafsiran, tetapi sebetulnya tidak terlalu berbeda dalam
substansi, karena sekalipun Allah Anak dan Roh Kudus adalah 2 Pribadi yang
berbeda, tetapi Mereka tetap adalah satu (karena adanya kesatuan hakekat).
b) Siapa
yang diinjili? Dengan kata lain, siapa ‘roh-roh dalam penjara’ itu?
Barnes’ Notes: “Who
are referred to by ‘spirits’? The specification in the next verse determines
this. They were those ‘who were sometimes disobedient, when once the
long-suffering of God waited in the days of Noah.’ No others are specified; and
if it should be maintained that this means that he went down to hell, or
to sheol, and preached to those who are confined there, it could be inferred
from this passage only that he preached to that portion of the lost spirits
confined there which belonged to the particular generation in which Noah lived.
Why he should do this; or how there should be such a separation made in hades
that it could be done; or what was the nature of the message which he delivered
to that portion, are questions which it is impossible for any man who holds the
opinion that Christ went down to hell after his death to preach, to answer” (=
Siapa yang dimaksud dengan ‘roh-roh’? Penggambaran terperinci dalam ayat
selanjutnya menentukan hal ini. Mereka adalah orang-orang yang ‘dahulu tidak
taat, pada waktu kesabaran Allah menunggu pada jaman Nuh’. Tidak ada
orang-orang lain yang disebutkan; dan seandainya harus dipertahankan
bahwa Ia turun ke neraka, atau ke SHEOL, dan berkhotbah kepada mereka yang
terkurung di sana, maka bisa disimpulkan dari text ini, hanya bahwa Ia
berkhotbah kepada bagian dari roh-roh yang terkurung di sana, yang termasuk
dalam generasi tertentu dalam mana Nuh hidup. Mengapa Ia melakukan hal ini;
atau bagaimana bisa dibuat pemisahan seperti itu di Hades sehingga hal ini bisa
dilakukan; atau apa sifat dari berita yang Ia sampaikan kepada bagian itu,
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mungkin dijawab oleh orang yang
memegang pandangan bahwa setelah kematianNya Kristus turun ke neraka untuk
berkhotbah) - hal
1423.
Barnes’ Notes: “the
question will be asked why are they called ‘spirits?’ Were they spirits then,
or were they men like others? To this the answer is easy. Peter speaks of them
as they were when he wrote; not as they had been, or were at the time when the
message was preached to them” (= akan ditanyakan mengapa mereka disebut
‘roh-roh’? Apakah pada saat itu mereka adalah roh-roh, atau apakah mereka
adalah orang-orang seperti yang lain? Pertanyaan ini jawabannya mudah. Petrus
berbicara tentang mereka sebagaimana mereka ada pada saat ia menulis; bukan
sebagaimana mereka ada dahulu pada saat berita itu diberitakan kepada mereka) - hal 1423.
Jadi, sekalipun orang-orang ini
masih hidup pada waktu Roh Kudus / Roh ilahi Yesus memberitakan Injil kepada
mereka, tetapi mereka disebut sebagai ‘roh-roh yang di dalam penjara’, karena pada waktu Petrus
menuliskan suratnya, mereka memang sudah mati dan ada dalam penjara / neraka.
Menceritakan suatu peristiwa pada
masa lalu, dengan menggunakan istilah yang berlaku pada jaman si penulis
menuliskan peristiwa itu, merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam Kitab
Suci, misalnya:
·
Dalam
Mat 10:4 Yudas Iskariot disebutkan sebagai ‘yang
mengkhianati Dia’.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘mengkhianati’ adalah paradouV (PARADOUS), yang merupakan sebuah ‘aorist
participle’ (= participle bentuk lampau). Mengapa digunakan bentuk
lampau padahal pada saat itu ia belum mengkhianati Yesus? Memang
pada saat itu ia belum mengkhianati Yesus, tetapi pada waktu Matius menuliskan
bagian ini, ia sudah mengkhianati Yesus, dan karena itu dituliskan demikian.
·
Nama ‘Betel’ sudah digunakan dalam Kej 12:8 dan
Kej 13:3, padahal penamaan Betel baru terjadi dalam Kej 28:19 - “Ia
menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus”. Kalau memang tempat itu baru
dinamai Betel dalam Kej 28:19 mengapa dalam Kej 12:8 dan Kej 13:3 sudah
disebut Betel? Karena pada waktu penulis kitab Kejadian (Musa) menuliskan
cerita tentang Abraham dalam Kej 12 dan Kej 13 ini, tempat itu sudah
dinamakan Betel.
Kalau saudara ingin tahu tentang
arti kata ‘penjara’ maka perhatikan kata-kata Alexander Nisbet di bawah ini.
Alexander Nisbet: “Hell
is a place of safe custody, as the name of it here imports, ... out of which
there is no possibility of escaping, for by this prison can be meant nothing
else but Hell” (= Neraka merupakan suatu tempat tahanan
yang aman, seperti yang ditunjukkan secara tak langsung oleh namanya di sini,
... dari mana tidak ada kemungkinan untuk lolos, karena yang dimaksud dengan
‘penjara’ ini tidak lain adalah ‘Neraka’) - hal 146.
Barnes’ Notes: “then
no argument can be based on it in proof that he went to preach to them after their
death, and while his body was lying in the grave. ... No argument, therefore,
can be derived from this language to prove that Christ went and personally
preached to those who were confined in hades or in prison” (=
maka tidak ada argumentasi bisa didasarkan pada ayat ini untuk membuktikan
bahwa Ia pergi untuk memberitakan kepada mereka setelah kematian mereka, dan
sementara tubuhNya sedang berbaring dalam kuburan. ... Karena itu tidak ada
argumentasi yang bisa didapatkan dari kata-kata ini untuk membuktikan bahwa
Kristus pergi dan secara pribadi memberitakan / berkhotbah kepada mereka yang
dikurung dalam Hades atau dalam penjara) - hal 1423.
Keberatan terhadap penafsiran ke 8
ini:
Penafsiran yang dianggap tidak
sesuai dengan kontext / arah pemikiran dari kontext, karena mengapa tahu-tahu
berbicara tentang apa yang dilakukan oleh Roh Kudus / Allah Anak pada 3000
tahun yang lalu (Pulpit Commentary, hal 158).
Jawaban terhadap keberatan ini:
Penafsiran ini bukannya tidak
sesuai dengan kontext. Penekanan dari pasal ini (1Pet 3) adalah supaya
orang Kristen tetap taat kepada Injil sekalipun ada penderitaan yang berat.
Orang-orang pada jaman Nuh itu mendengar pemberitaan dari Roh Kudus / Yesus
melalui Nuh, tetapi mereka tidak mentaatinya, sehingga sekarang mereka ada
dalam penjara / neraka. Tetapi Nuh dan keluarganya tetap taat sekalipun
menderita, sehingga mereka selamat dari air bah. Ini memberikan motivasi /
dorongan bagi pembaca surat Petrus
ini untuk mau taat kepada Injil sekalipun mereka harus menderita karenanya pada
saat ini (Alexander Nisbet, hal 145).
Adanya
8 penafsiran, dan tidak ada di antaranya yang tidak mempunyai problem,
menunjukkan betapa sukarnya ayat ini. Karena itu adalah sesuatu yang sangat
bodoh kalau kita mendasarkan suatu doktrin yang begitu penting tentang
penginjilan terhadap orang mati hanya pada ayat seperti ini.
Dahulu
saya mengambil pandangan ke 8, golongan pertama (Roh Kudus yang memberitakan
Injil), tetapi setelah saya mempelajari semua ini, sekarang saya paling condong
pada pandangan ke 8, golongan ke 2 (Roh ilahi Yesus yang memberitakan Injil).
Karena
ini merupakan penginjilan terhadap orang hidup, maka secara theologis
ini bukanlah sesuatu yang sangat besar. Dan ini mempunyai dukungan banyak ayat
Kitab Suci lain.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com