Keadilan Allah & Karya Kristus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
keadilan Allah & Karya Kristus
Ro 3:23-26 - “(23) Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia
telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (25) Kristus
Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam
darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada
masa kesabaranNya. (26) MaksudNya ialah untuk menunjukkan
keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan
orang yang percaya kepada Yesus”.
Kitab Suci
mempunyai banyak ayat yang menekankan keadilan dari Allah, seperti:
Maz 11:7
- “Sebab TUHAN
adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang
wajahNya”.
Maz 116:5 - “TUHAN adalah pengasih dan adil,
Allah kita penyayang”.
Tetapi, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Kitab Suci, kita sering melihat
hal-hal yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Misalnya:
1) Dalam penciptaan dan Predestinasi.
a) Dalam penciptaan.
Dalam
penciptaan, Allah menciptakan sebagian makhluk sebagai binatang, sebagian lagi
jadi manusia.
Yang jadi manusia, sebagian hitam sebagian putih, sebagian
ganteng / cantik sebagian jelek, sebagian pandai sebagian bodoh, sebagian dalam
keluarga kaya sebagian dalam keluarga melarat, sebagian utuh anggota-anggota
tubuhnya sebagian cacat, dsb. Kalau saudara diciptakan
ganteng / cantik, dalam keluarga kaya, pandai, utuh anggota-anggota tubuhnya,
maka mungkin saudara tidak menganggap Allah tidak adil. Tetapi bagaimana kalau saudara diciptakan sebagai orang yang cacat,
melarat, buruk mukanya dsb?
b) Dalam predestinasi.
Ef 1:4-5,11 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia
telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, ... (11) Aku katakan ‘di
dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -
kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud
Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya”.
Ro 9:10-13
- “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu
orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu
belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya
rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan,
tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua
akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi
Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
Untuk menjawab kedua problem
ini perlu diketahui bahwa ‘adil’ tidak berarti Allah harus memberi secara sama rata.
Mat 20:1-16 - “(1) ‘Adapun hal Kerajaan Sorga sama
seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja
untuk kebun anggurnya. (2) Setelah ia sepakat dengan
pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun
anggurnya. (3) Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar
pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. (4) Katanya
kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa
yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.
(5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia
keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. (6) Kira-kira pukul
Tuan dalam perumpamaan ini
jelas tidak berlaku sama rata. Ia
lebih murah hati kepada pekerja-pekerja yang datang belakangan. Tetapi toh ia berkata bahwa ia bukannya berlaku tidak adil. Kalau ia berjanji sedinar sehari, dan ia lalu memberi kurang dari
itu, maka itu tidak adil. Tetapi ia memberikan sedinar
sehari, jadi pekerja kelompok pertama tidak bisa menyalahkan tuan itu. Ia memang berlaku lebih murah hati kepada pekerja-pekerja
yang datang belakangan, tetapi ia berhak menggunakan milik / uangnya sesukanya.
Ia tidak berlaku tidak adil, sekalipun ia tidak
memberi dengan sama rata!
Dalam penciptaan, Tuhan memang
tidak memberi secara sama rata.
Demikian juga pada waktu Ia mau memberikan keselamatan hanya pada sebagian manusia,
sehingga Ia lalu menentukan sebgaian untuk selamat dan sebagian binasa. Ini bukannya tidak adil. Karena itu,
predestinasi tidak bertentangan dengan keadilan Allah.
Bdk.
Ro 9:14-15 - “(14)
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah
tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia
berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau
menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah
hati.’”.
Juga kalau
kita mau memikir lebih dalam, maka kita bisa melihat bahwa orang yang dipilih
dan diselamatkan, mendapatkan kasih / kemurahan / belas kasihan Allah. Sedangkan
orang yang tidak dipilih, mendapatkan keadilan Allah. Tidak
ada orang yang mendapatkan ketidak-adilan Allah.
mendapat belas
kasihan / kemurahan Allah
h
binasa |
selamat |
i
mendapat keadilan Allah
2) Adanya banyak kasus dimana orang saleh justru
menderita dan orang jahat hidup enak.
Misalnya:
Ayub 19:6
- “insafilah, bahwa
Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan jalaNya atasku”.
Ayub 21:7-15 - “(7) Mengapa orang fasik tetap
hidup, menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat? (8) Keturunan mereka
tetap bersama mereka, dan anak cucu diperhatikan mereka. (9) Rumah-rumah mereka
aman, tak ada ketakutan, pentung Allah tidak menimpa mereka. (10) Lembu jantan
mereka memacek dan tidak gagal, lembu betina mereka beranak dan tidak
keguguran. (11) Kanak-kanak mereka dibiarkan keluar seperti kambing domba,
anak-anak mereka melompat-lompat. (12) Mereka bernyanyi-nyanyi dengan iringan
rebana dan kecapi, dan bersukaria menurut lagu seruling. (13) Mereka
menghabiskan hari-hari mereka dalam kemujuran, dan dengan tenang mereka turun
ke dalam dunia orang mati. (14) Tetapi kata mereka kepada Allah: Pergilah dari
kami! Kami tidak suka mengetahui jalan-jalanMu. (15)
Yang Mahakuasa itu apa, sehingga kami harus beribadah kepadaNya, dan apa
manfaatnya bagi kami, kalau kami memohon kepadaNya?”.
Maz 73:1-14 - “(1) Sesungguhnya Allah itu baik
bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. (2) Tetapi aku,
sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. (3) Sebab aku
cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
(4) Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; (5)
mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti
orang lain. (6) Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian
kekerasan. (7) Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka
meluap-luap dengan sangkaan. (8) Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan
jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. (9) Mereka
membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. (10) Sebab itu
orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang
berlimpah-limpah. (11) Dan mereka berkata: ‘Bagaimana Allah tahu hal itu,
adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?’ (12) Sesungguhnya, itulah orang-orang
fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! (13) Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan
membasuh tanganku, tanda tak bersalah. (14) Namun sepanjang
hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi”.
Yer 12:1-2 - “(1) Engkau memang benar, ya TUHAN,
bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau
tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang
yang berlaku tidak setia? (2) Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga
berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau
di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka”.
Untuk menjawab problem ini
perlu diketahui bahwa keadilan yang sebenarnya memang belum dijalankan pada
saat ini, dan baru akan dijalankan pada saat kita mati
(bdk. cerita tentang Lazarus dan orang kaya - Luk 16:19-31) / pada pengadilan
akhir jaman.
2Kor 5:10
- “Sebab kita semua
harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa
yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat”.
Ro 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi
kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau
tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5)
Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka
atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan
membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka
yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari
kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada
kelaliman”.
Pada pengadilan akhir jaman
Allah betul-betul akan memberikan keadilan, dimana Ia akan
memberikan pahala / hukuman sesuai dengan kehidupan manusia.
a) Allah akan memberikan
pahala kepada manusia.
Hal ini
sebenarnya merupakan perwujudan dari kasih ilahi. Pahala diberikan, sebenarnya
bukan karena kita betul-betul berjasa dan layak menerimanya
(Luk 17:10 1Kor 4:7), tetapi
karena adanya janji Allah (Ul 7:9,12-13
Maz 58:12 Mat 25:21,34 Ro 2:6-7
1Kor 4:7).
b) Allah akan memberikan hukuman sebagai
perwujudan dari keadilan dan murka Allah (Ro 2:8-9 Ro 12:19). Perlu diperhatikan bahwa
sekalipun manusia tidak berhak / tidak layak menerima pahala, tetapi ia betul-betul layak menerima hukuman.
Di sini
keadilan diwujudkan dengan menghukum sesuai dengan hukum Allah. Karena hukum Allah / Firman
Allah sudah menyatakan bahwa orang berdosa akan dimasukkan selama-lamanya dalam
neraka (Wah 14:11
Wah 20:10
Wah 21:8), maka nanti kalau Allah betul-betul melakukan hal itu, Ia
bertindak adil.
Bandingkan keadilan Allah ini
dengan pandangan Saksi Yehovah di bawah ini:
·
Orang-orang Saksi Yehovah tidak
percaya akan adanya neraka. Mereka beranggapan bahwa
orang jahat pada akhirnya akan dimusnahkan, sehingga
tidak mempunyai keberadaan lagi (cease to
exist). Alasan mereka adalah: Allah yang kasih itu tidak akan
tega untuk menghukum orang selama-lamanya dalam neraka. Ini adalah ajaran yang
terlalu menekankan kasih Allah sehingga mengorbankan keadilanNya!
·
Seorang murid saya yang berasal dari
sekte Saksi Yehovah mengatakan bahwa tidak adil kalau orang berbuat dosa cuma sebentar
tetapi dihukum secara kekal. Saya jawab: adil tidak berarti bahwa
lamanya hukuman harus sama dengan lamanya berbuat
dosa. Kalau memang harus demikian, maka orang yang melakukan pemerkosaan
(mungkin hanya 15 menit) harus dimasukkan penjara hanya 15 menit, dan orang
yang melakukan pembunuhan (mungkin hanya kurang dari 1 menit) harus dimasukkan
penjara selama 1 menit. Ini justru tidak adil. Jadi adil atau tidak, tergantung
apakah hukuman yang diberikan itu sesuai dengan hukum atau tidak. Kalau hukum
menyatakan bahwa pemerkosa bisa dihukum maximum 20 tahun, dan ia dihukum 20 tahun maka itu adil. Demikian juga karena
hukum Tuhan / Firman Tuhan menyatakan bahwa orang berdosa akan
dihukum secara kekal dalam neraka, maka nanti kalau hal itu terjadi, itu
berarti bahwa Allah adil.
c) Keadilan yang menguntungkan dan keadilan
pembalasan ini jelas mengharuskan adanya tingkatan-tingkatan baik di surga
maupun di neraka.
Bahwa surga maupun neraka
memang ada tingkatan-tingkatannya terlihat dari ayat-ayat ini:
·
Mat 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang
lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.
·
Mat 20:20,21,23,26-28 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak
Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk
meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya:
‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam
KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ ... (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu
memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah
kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang
bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’ ... (26b)
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia
menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.’”.
Text ini
menunjukkan bahwa Yohanes dan Yakobus minta kepada Yesus supaya mereka mendapat
tempat di kiri dan kanan Yesus (tempat
yang paling terhormat). Sekalipun Yesus menolak permintaan itu, tetapi Yesus sedikitpun
tidak membantah akan adanya tempat yang paling terhormat itu, bahkan secara
implicit Ia membenarkan hal itu, dan mengatakan bahwa untuk bisa menduduki
tempat tertinggi, kita harus mau menjadi hamba bagi semua (ay 26-28). Semua ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat kemuliaan di sorga.
·
Luk 19:16-19 - “(16) Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. (17)
Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik;
engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas
sepuluh
Orang yang dari 1 mina
menghasilkan 10 mina diberi kekuasaan atas 10 kota, sedangkan orang yang dari 1
mina menghasilkan 5 mina diberi kekuasaan atas 5 kota. Ini
jelas menunjukkan adanya perbedaan pahala di sorga nanti.
·
1Kor 3:10-15 - “(10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan
kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar,
dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus
memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di
atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus
Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak,
batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan
masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan
bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika
pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan
mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia
akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti
dari dalam api”.
Text ini mengatakan tentang
orang yang selamat tetapi seperti dari dalam api. Ini jelas berarti bahwa orang itu masuk surga secara pas-pasan, dan
ini menunjukkan adanya tingkat di sorga.
·
Mat 6:20 - “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan
karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya”.
Yesus
menyuruh kita untuk mengumpulkan harta
di sorga. Secara implicit ini menunjukkan ada orang
yang mengumpulkan banyak, dan ada yang sedikit.
·
Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat,
sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan
mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida!
Karena jika di Tirus dan di
Text ini mengatakan bahwa pada
akhir jaman tanggungan Tirus, Sidon, Sodom lebih ringan dari tanggungan Khorazim dan Betsaida, karena
sekalipun Khorazim dan Betsaida menyaksikan mujijat-mujijat Yesus mereka tetap
tidak bertobat. Ini menunjukkan bahwa dosa mereka dianggap lebih hebat dan
karenanya hukuman mereka (dalam neraka) akan lebih
berat. Hal yang sama ada dalam Mat 10:15.
Kita sudah
melihat bahwa Allah itu adil dan pasti menghukum dosa. Sedangkan
semua manusia berdosa, bahkan sangat berdosa. Sekarang,
bagaimana manusia berdosa ini bisa diselamatkan?
1) Semua agama lain mengajarkan
keselamatan karena perbuatan baik / ketaatan / usaha manusia.
Bisakah
manusia diselamatkan dengan berbuat baik? Tidak bisa, karena:
a) Manusia tidak bisa berbuat baik.
Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan
manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan semata-mata”.
Tit 1:15
- “Bagi orang suci
semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun
tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Kalau
saudara menganggap diri saudara cukup baik, maka perhatikan gambaran Firman Tuhan di bawah ini tentang keadaan manusia di
hadapan Allah.
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti
seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian
kesalehan kami seperti kain kotor’. Yesaya mengatakan ‘segala
kesalehan kami seperti kain kotor’.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan
seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan
ayat di bawah ini.
Yeh 36:17 - “‘Hai anak manusia,
waktu kaum
Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah
‘cemar
kain’ itu? NIV
menterjemahkannya: ‘a woman’s monthly uncleanness’ (= kenajisan bulanan dari
seorang perempuan).
Bandingkan juga
dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu
yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan
segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia
kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari,
dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga”.
Untuk kata ‘cemar kain’
yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’
(= masa
datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ (= aliran bulanannya).
Jadi kelihatannya yang
dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang
perempuan pada saat datang bulan.
Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan
segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan
kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami
datang bulan! Itulah keadaan saudara di hadapan Allah!
b) Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa
perbuatan baik bisa menebus / menutup dosa.
Gal 2:16
- “Kamu tahu, bahwa
tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi
hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya
kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan
bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang
dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi
karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap
ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong
tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan
kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara
melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab:
‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya.
Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau
hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan
orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum
duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga
dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!
c) Kalau manusia memang bisa menyelamatkan
dirinya melalui berbuat baik, maka Kristus pasti tidak akan
datang ke dunia, menjadi manusia, dan mati di salib bagi kita.
Gal 2:21b - “Sebab sekiranya ada kebenaran oleh
hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Bahwa Kristus datang ke dunia,
menderita dan mati di salib untuk dosa kita, menunjukkan bahwa memang tidak ada
jalan lain untuk menyelamatkan manusia.
Penerapan:
Perbuatan baik tidak bisa
menyelamatkan saudara! Karena itu, kalau saudara adalah orang kristen yang
dibaptis supaya selamat / masuk surga, pergi ke gereja supaya selamat / masuk
surga, berbuat baik / membuang dosa supaya selamat / masuk surga, maka saya
menjamin bahwa saudara justru pasti akan masuk neraka!
2)
Tetapi ini lagi-lagi
menghancurkan keadilan Allah! Kalau Allah memasukkan manusia berdosa begitu
saja ke surga, maka ini menghancurkan keadilan Allah!
Bdk. Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak
sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.
Lalu bagaimana
caranya Allah menyelamatkan manusia? Melihat manusia berdosa, Allah
yang adil harus menjatuhkan hukuman. Tetapi karena Ia kasih, Ia tidak mau manusia menerima hukuman itu. Karena itu harus ada yang menerima hukuman itu. Kalau
hukuman itu diberikan kepada ‘orang lain’, misalnya kepada malaikat, maka
lagi-lagi terjadi ketidak-adilan, karena malaikat itu tidak berdosa tetapi
harus dihukum karena dosa manusia. Jadi, satu-satunya jalan adalah Allah
sendiri harus menjadi manusia dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus, dan lalu
menerima hukuman yang Ia sendiri jatuhkan, yaitu pada waktu Yesus menderita dan
mati di kayu salib. Kalau Allah sendiri yang menerima hukuman
itu, maka tidak ada ketidak-adilan. Mengapa?
Karena yang Ia korbankan untuk menerima hukuman itu
bukan ‘orang lain’ (seperti malaikat) tetapi diriNya sendiri.
Illustrasi:
Apa yang dilakukan sang hakim
mirip dengan apa yang dilakukan oleh Allah. Karena Ia adil, Ia harus
menjatuhkan hukuman kepada manusia yang berdosa, tetapi karena Ia mengasihi
manusia, Ia lalu menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan Ia
menerima hukuman yang Ia sendiri jatuhkan, pada waktu Ia mati di atas kayu
salib.
Ro 3:25-26
- “(25) Kristus
Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam
darahNya.
Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia
telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu
pada masa kesabaranNya. (26) MaksudNya ialah untuk
menunjukkan keadilanNya pada masa ini,
supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada
Yesus”.
Ay 25a membicarakan penebusan
Kristus. Kata ‘dahulu’
dalam ay 25b menunjukkan bahwa ay 25b membicarakan jaman Perjanjian Lama /
sebelum Kristus datang. Sebelum Kristus datang dan
mati, Allah menunjukkan kesabaranNya dengan membiarkan dosa / tidak menghukum dosa
dari umatNya. Kalau ini dilakukan terus, tanpa Ia
sendiri memikul hukuman mereka, maka Ia kehilangan keadilanNya. Karena itu penebusan oleh Kristus untuk menebus dosa dikatakan oleh
ayat ini ‘untuk menunjukkan keadilanNya’.
Dengan adanya penebusan oleh Kristus, maka Allah bisa
membiarkan / tidak menghukum dosa dari umatNya, dan tetap adil.
Kalau ay 25 tadi
membicarakan umat Allah pada jaman sebelum Yesus / jaman Perjanjian Lama, maka
ay 26 mempersoalkan umat Allah pada jaman sekarang / jaman Perjanjian Baru
(ay 26: ‘pada
masa ini’).
Allah, tanpa kehilangan keadilanNya, bisa membenarkan orang-orang percaya pada
jaman Perjanjian Baru, juga karena penebusan yang dilakukan oleh Kristus
Penebusan
oleh Kristus ini merupakan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh oleh Allah
untuk menyelamatkan manusia berdosa tanpa mengorbankan keadilanNya.
Dengan adanya penebusan,
barulah Allah, tanpa kehilangan keadilanNya, bisa melakukan ayat seperti
Maz 103:10 - “Tidak
dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada
kita setimpal dengan kesalahan kita”.
Dengan
adanya penebusan ini, sekarang kasih dan pengampunan Allah bisa ditawarkan
secara cuma-cuma kepada semua orang.
Ro 3:24
- “dan oleh kasih
karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus
Yesus”.
Apa maksudnya kalau dikatakan
bahwa kita dibenarkan dengan cuma-cuma? Mengomentari kata-kata ‘telah dibenarkan dengan cuma-cuma’, Calvin berkata:
“the whole
is from God, and nothing from us” (= seluruhnya adalah dari Allah, dan tidak ada yang
dari kita) -
hal 141.
Dan mengomentari Ro 3:26,
Calvin berkata:
“nothing is more difficult than to
persuade man that he ought to disclaim all things as his own, and to ascribe them
all to God”
(= tidak ada yang lebih sukar dari pada meyakinkan orang bahwa ia harus
menyangkal segala sesuatu sebagai miliknya, dan menganggap semuanya berasal
dari Allah) -
hal 146.
Jadi, maksudnya adalah bahwa
perbuatan baik kita sama sekali tidak mempunyai andil
dalam menyelamatkan kita. Kita diselamatkan hanya oleh iman (Ef 2:8-9 Ro 3:27-28 Gal 2:16), dan inipun merupakan anugerah
dari Allah (Fil 1:29).
Sekalipun iman yang sejati
pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang
menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama
sekali bukan perbuatan baiknya.
Illustrasi:
sakit ® obat ® sembuh ® olah raga / bekerja
dosa ® iman ® selamat ® taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah
sembuh. Karena itu kalau seseorang berkata bahwa ia
sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga /
bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian
juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena
perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia
sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada
perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.
Juga kalau kita melihat pada
garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa
imanlah, dan bukannya perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.
…
tak ada perbuatan
baik ada
perbuatan baik
(total depravity) i
selamat
Luk 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak
Abraham.”.
Kalau ada orang yang setelah
mendengar penawaran itu lalu mau percaya kepada Yesus sebagai Tuhan /
Juruselamatnya, maka sekalipun ia adalah orang
berdosa, dosanya diampuni dan ia pasti masuk surga. Tidak
adil? Adil, karena hukuman sudah dijatuhkan, tetapi
ditanggung oleh Yesus sendiri.
Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow for the sin,
but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid the debt of
His people to the last jot and tittle, and received the divine receipt; and unless
God can be so unjust as to demand double payment for one debt, no soul for whom
Jesus died as a substitute can ever be cast into hell. It seems to be one
of the very principles of our enlightened nature to believe that God is just; we
feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not
marvelous that this very same belief that God is just, becomes afterwards the
pillar of our confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and
without a substitute, must be punished; but Jesus stands in my stead and is
punished for me; and now, if God is just, I, a sinner, standing in Christ, can
never be punished” (= Ingatan melihat ke belakang
kepada dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa
rasa takut terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar
hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan telah menerima
kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa begitu tidak adil / benar
sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu hutang, tidak ada jiwa, untuk
siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka.
Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah diterangi, untuk
percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa haruslah demikian, dan
ini mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi tidakkah merupakan sesuatu
yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa Allah itu adil / benar,
setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari keyakinan dan damai kita! Jika
Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang
pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah menggantikan saya dan dihukum
untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang
berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum) - ‘Morning and Evening’, September 25, morning.
Tetapi bagaimana dengan orang
yang setelah mendengar penawaran kasih Allah itu tetapi tetap tidak mau percaya
kepada Yesus sampai ia mati? Maka tidak bisa tidak,
keadilan Allah harus diberlakukan terhadap dia, dan ia
harus dihukum selama-lamanya dalam neraka.
Saudara mungkin berkata: ‘Lho,
tidakkah Yesus sudah membayar hutang dosanya?’.
Jawabnya: tidak! Karena kematian Yesus hanya ditujukan untuk
membayar dosa orang pilihan (Limited Atonement
/ Penebusan terbatas). Orang yang menolak doktrin Limited Atonement ini, harus
menyimpulkan bahwa dosa orang yang tak percaya dihukum 2 x (satu kali pada diri
Kristus, satu kali lagi pada diri orang itu sendiri), dan ini menjadikan Allah
tidak adil.
Jadi, kesimpulannya adalah: hanya ada 2 pilihan bagi saudara:
1) Saudara mau menerima tawaran kasih Allah dalam
Kristus, dengan jalan datang kepada Kristus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan
Juruselamat saudara. Kalau saudara melakukan ini maka saudara akan diselamatkan / diampuni.
2) Saudara menolak / mengabaikan tawaran kasih
Allah tersebut. Kalau saudara memilih pilihan ini, maka saudara akan mendapatkan / merasakan keadilan Allah, yaitu hukuman
kekal di neraka.
Seorang penafsir bernama Ironside, dalam komentarnya tentang
Kis 4:12, mengatakan:
“Remember, it must be Christ or hell, and to neglect the one is
to choose the other” (= Ingat, harus Kristus atau
neraka, dan mengabaikan yang satu berarti memilih yang lain).
Maukah saudara datang dan
percaya kepada Kristus?
-AMIN-