Damai
oleh: Pdt. Budi
Asali, MDiv.
DAMAI
Mat 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu,
semua yang letih lesu dan berbeban
berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu. (29)
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang
itu enak dan bebanKupun ringan.’”.
Yoh 14:27
- “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu,
dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah
gelisah dan gentar hatimu”.
Ada
sesuatu yang diinginkan oleh setiap manusia, dan itu adalah damai dalam hati. Baik
tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, kaya maupun miskin, pasti
menginginkan untuk memiliki damai dalam hati.
Tetapi
adalah suatu fakta bahwa pada umumnya manusia justru tidak memiliki damai dalam
hatinya.Yang ada dalam dirinya adalah kekuatiran, kekecewaan, kecemasan,
ketakutan, kesumpekan, hati yang kosong, dan sebagainya.
Illustrasi:
badut dan pendeta / dokter.
Bdk.
Amsal 14:13 - “Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan
kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan”.
I) Cara-cara yang banyak ditempuh manusia untuk mencari
damai.
Manusia yang tidak memiliki
damai itu lalu berusaha untuk mendapatkan damai, dan mereka berusaha dengan
bermacam-macam cara, seperti:
1) Manusia berusaha untuk bebas.
Mereka berpendapat bahwa
yang menyebabkan mereka tidak bahagia / tidak damai adalah batasan-batasan
dalam hidup mereka.
·
Di sekolah, guru-guru / dosen-dosen
membatasi.
·
Di rumah, orang tua membatasi.
·
Di tempat kerja, boss / atasan membatasi.
·
Dalam negara, sebagai anggota masyarakat,
undang-undang membatasi.
·
Di gereja dan dalam kehidupan sehari-hari,
Firman Tuhan membatasi.
Mereka mengira bahwa ini
yang menyebabkan hidup mereka tidak enak, tidak bahagia, tidak damai. Mereka
mengira bahwa kalau semua batasan itu dibuang, maka hidup menjadi senang,
bahagia, dan damai. Jadi, mereka lalu membuang semua batasan-batasan itu.
Mereka ingin bebas, dalam segala hal. Hidup semau gue, free sex, dan
sebagainya.
Tetapi betulkah hidupnya
lalu menjadi enak, senang, bahagia, dan damai? Di negara-negara barat, dimana
kebebasan jauh lebih besar dari di Indonesia, justru tambah banyak orang yang
sakit jiwa. Seorang dokter mengatakan kepada saya, bahwa tak ada obat penenang
/ obat tidur yang tidak laku!
Bdk. Pkh 2:10-11 - “(10) Aku
tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan
hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih
payahku. Itulah buah segala jerih payahku. (11) Ketika aku meneliti segala
pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan
untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan
dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari”.
2) Manusia berusaha untuk mengejar kepandaian.
Mereka mengira bahwa yang
menyebabkan hidup itu tidak enak, tidak bahagia, tidak damai, adalah karena
mereka tidak mempunyai kepandaian. Mereka mengira bahwa kalau mereka pandai,
mempunyai banyak pengetahuan / ilmu, maka mereka akan senang, bahagia, dan
damai. Lalu mereka belajar / sekolah mati-matian. Apa hasilnya? Mereka menjadi
orang-orang yang pinter, yang kepalanya penuh, tetapi hatinya kosong! Saya
yakin bahwa saudara mengenal / mengetahui banyak orang-orang yang sangat pinter
dan terpelajar, tetapi hidupnya sama sekali tidak bahagia / tidak damai!
Bdk. Pkh 1:17-18 - “(17) Aku telah membulatkan
hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi
aku menyadari bahwa hal inipun adalah usaha menjaring angin, (18) karena di
dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan,
memperbanyak kesedihan”.
Catatan: tentu yang dimaksud hikmat dan pengetahuan
di sini, adalah hikmat dan pengetahuan duniawi / sekuler.
3) Manusia berusaha untuk menjadi populer / kaya.
Mereka mengira bahwa mereka
tidak bahagia / tidak damai, karena mereka tidak terkenal, dan mereka miskin. Bagi
orang-orang yang tidak terkenal dan miskin, segala sesuatu repot. Mau sekolah
repot, mau cari pacar repot, mau cari kerja repot. Jadi mereka lalu berusaha
untuk menjadi terkenal dan kaya. Betulkah setelah menjadi terkenal dan kaya
mereka menjadi senang, bahagia dan damai? Saya yakin saudara juga tahu / kenal
orang-orang yang terkenal / kaya yang sama sekali tidak bahagia / tidak damai!
Mohammad Ali, siapa yang
lebih terkenal dan kaya dari dia? Apakah dia damai? Dalam suatu percakapan
dengan George Foreman, ia pernah mengatakan bahwa ia tidak mempunyai damai, dan
Foreman menginjili dia, dengan mengatakan bahwa Ali harus datang kepada Kristus
untuk bisa mendapatkannya.
Merlyn Monroe, bintang film, sex bom yang paling top pada tahun 1950an. Ia
bintang film pertama yang berani main telanjang. Ia cantik,
terkenal, dan pasti kaya. Tetapi
ia mati
bunuh diri!
Bdk. Pkh 2:4-11 - “(4) Aku melakukan
pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur; (5) aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan; (6) aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda. (7) Aku membeli
budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak
yang lahir di rumahku; aku mempunyai
juga banyak sapi dan kambing
domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem
sebelum aku. (8) Aku
mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan
daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita,
dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. (9) Dengan
demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah
hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap
padaku. (10) Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan
aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena
segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku. (11) Ketika aku
meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang
telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah
kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah
matahari”.
4) Manusia berusaha
untuk mencari kesenangan-kesenangan.
Mereka berpikir bahwa hati
yang tidak bahagia / tidak damai ini harus dihibur. Dan itu bisa dilakukan dengan
macam-macam hal, seperti: pesta, makan, diskotik, film / bioskop, shopping,
jalan-jalan / piknik, sex, dan bahkan dengan narkoba!
Memang pada waktu mereka
sedang melakukan hal-hal itu, mungkin hatinya bisa senang, tetapi kesenangan
itu hanya kesenangan daging / lahiriah, yang bersifat semu dan sementara! Pada
waktu semua itu selesai, ketidak-damaian / kekosongan hati itu kembali lagi.
Bdk. Pkh 2:8,10-11 - “(8)
Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan
daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan
yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. ... (10) Aku
tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan
hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih
payahku. Itulah buah segala jerih payahku. (11) Ketika aku meneliti
segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah
kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah
kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah
matahari”.
5) Manusia berusaha untuk mencari kesibukan.
Mereka merasakan bahwa kalau
mereka sedang menganggur, maka ketidak-damaian, kegelisahan, kesumpekan /
kekosongan hati itu makin terasa. Karena itu mereka lalu berpikir untuk
mengatasinya dengan terus menerus menyibukkan diri.
Mereka bisa menyibukkan diri
dengan macam-macam hal, seperti:
·
bekerja / sekolah / belajar.
·
main game.
·
olah raga.
·
membaca buku, seperti novel, majalah, buku
silat, dan sebagainya.
·
keluyuran.
Bisakah hal-hal ini memberi
kebahagiaan / kedamaian? Tidak, orang Jawa bilang paling-paling mereka
‘keslimur’ untuk sementara. Begitu mereka nganggur, ketidak-damaian dsb itu
datang kembali.
Secara sadar atau tidak,
setiap manusia pernah melakukan cara-cara tersebut di atas untuk memperoleh
damai. Tetapi cara-cara itu tidak mungkin memberikan damai yang sejati. Untuk
bisa mendapatkan damai yang sejati, mula-mula kita perlu tahu apa yang menjadi
sumber / menyebabkan ketidak-damaian itu.
II) Mencari sumber ketidak-damaian dan usaha untuk
membereskannya.
1) Sumber ketidak-damaian.
Apa sebabnya manusia menjadi
tidak damai? Apakah pada saat Allah menciptakan manusia, sudah demikian halnya?
Tidak! Allah menciptakan manusia tanpa penderitaan, baik fisik maupun batin.
Kej 1:31 - “Maka
Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang
dan jadilah pagi, itulah hari keenam”.
Jadi, mula-mula semua baik,
manusia bahagia dan damai. Tetapi dalam Kej 3, dosa lalu masuk ke dalam dunia,
dan lalu apa akibatnya? Mereka putus hubungan dengan Allah, karena Allah yang
suci itu tak bisa bersekutu dengan manusia yang berdosa! Dan putusnya hubungan
dengan Allah ini menyebabkan mereka lalu mengalami ketakutan, rasa malu, dan
segala sesuatu dalam hati yang bersifat negatif! Manusia memang direncanakan
untuk hidup bersekutu dengan Allah, dan selama manusia hidup sesuai dengan
rencana itu, mereka bahagia dan damai. Tetapi begitu mereka hidup tidak sesuai
dengan rencana itu, mereka akan kehilangan damai.
Illustrasi:
sepeda motor direncanakan oleh pabriknya menggunakan ban yang diisi angin. Kalau
kita menggunakannya sesuai rencana itu, maka akan enak. Tetapi kalau kita
menggunakannya tidak sesuai dengan rencana itu, misalnya kita isi dengan semen,
supaya tidak bisa gembos, maka tidak akan enak!
Kej 3:6-10 - “(6)
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu
ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya
yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (7) Maka terbukalah
mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka
menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. (8) Ketika mereka mendengar bunyi
langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara
pohon-pohonan dalam taman. (9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan
berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ (10) Ia menjawab: ‘Ketika aku
mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku
telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’”.
Yes 48:22 - “‘Tidak
ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
Yes 57:20-21 - “(20)
Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak
dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. (21) Tiada damai
bagi orang-orang fasik itu,’ firman Allahku”.
Amsal 28:1 - “Orang
fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman
seperti singa muda”.
Im 26:14-17,36-37 - “(14)
‘Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala
perintah itu, (15) jikalau kamu menolak ketetapanKu dan hatimu muak mendengar
peraturanKu, sehingga kamu tidak melakukan segala perintahKu dan kamu mengingkari
perjanjianKu, (16) maka Akupun akan berbuat begini kepadamu, yakni Aku akan
mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam, yang membuat mata
rusak dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, karena hasilnya akan
habis dimakan musuhmu. (17) Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan
dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan
kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu. ... (36) Dan
mengenai mereka yang masih tinggal hidup dari antaramu, Aku akan
mendatangkan kecemasan ke dalam hati mereka di dalam negeri-negeri musuh
mereka, sehingga bunyi daun yang ditiupkan anginpun akan mengejar mereka,
dan mereka akan lari seperti orang lari menjauhi pedang, dan mereka akan
rebah, sungguhpun tidak ada orang yang mengejar. (37) Dan mereka akan
jatuh tersandung seorang kepada seorang seolah-olah hendak menjauhi pedang,
sungguhpun yang mengejar tidak ada, dan kamu tidak akan dapat bertahan di
hadapan musuh-musuhmu”.
Ul 28:15,65-67 - “(15)
‘Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak
melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapanNya, yang kusampaikan
kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai
engkau: ... (65) Engkau tidak akan mendapat ketenteraman di antara
bangsa-bangsa itu dan tidak akan ada tempat berjejak bagi telapak kakimu; TUHAN
akan memberikan di sana kepadamu hati yang gelisah, mata yang penuh rindu
dan jiwa yang merana. (66) Hidupmu akan terkatung-katung, siang dan malam
engkau akan terkejut dan kuatir akan hidupmu. (67) Pada waktu pagi engkau
akan berkata: Ah, kalau malam sekarang! dan pada waktu malam engkau akan
berkata: Ah, kalau pagi sekarang! karena kejut memenuhi hatimu, dan
karena apa yang dilihat matamu”.
Ratapan 1:20 - “Ya,
TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku
terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak;
di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit
sampar”.
Yes 59:8 - “Mereka
tidak mengenal jalan damai, dan dalam jejak mereka tidak ada keadilan;
mereka mengambil jalan-jalan yang bengkok, dan setiap orang yang berjalan di
situ tidaklah mengenal damai”.
Jamieson, Fausset
& Brown (tentang Yes 59:8): “‘The way of peace
they know not.’ - whether in relation to God, to their own conscience, or to
their fellow-men (Isa. 57:20-21)” (= ).
Barnes’ Notes (tentang Yes 59:8): “‘The way of peace they know not.’
The phrase ‘way of peace’ may denote either peace of
conscience, peace with God, peace among themselves, or peace with their
fellow-men. Possibly it may refer to all these; and the sense will be, that in
their whole lives they were strangers to true contentment and happiness. From
no quarter had they peace, but whether in relation to God, to their own
consciences, to each other, or to their fellow-men, they were involved in
continual strife and agitation” (= ).
Wycliffe Bible Commentary (tentang Yes 59:8): “Peace with others demands a loving
good will of which the ungodly are incapable; nor can they ever enjoy
contentment or peace in their own hearts” (= ).
Yer 8:14-15 - “(14)
Mengapakah kita duduk-duduk saja? Berkumpullah dan marilah kita pergi ke
kota-kota yang berkubu dan binasa di sana! Sebab TUHAN, Allah kita,
membinasakan kita, memberi kita minum racun, sebab kita telah berdosa kepada
TUHAN. (15) Kita mengharapkan damai, tetapi tidak datang sesuatu yang
baik, mengharapkan waktu kesembuhan, tetapi yang ada hanya kengerian!”.
Yer 12:5 - “‘Jika
engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan,
bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai
engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar
sungai Yordan?”.
Yer 12:12-13 - “(12)
Para pembinasa telah datang melintasi segala bukit gundul di padang gurun;
sebab pedang TUHAN mengamuk makan dari ujung negeri yang satu ke ujung lain; tidak
ada damai bagi segala yang hidup. (13) Mereka telah menabur gandum, tetapi
yang dituai adalah semak duri; mereka telah bersusah payah, tetapi usaha mereka
tidak berguna; mereka malu karena hasil yang diperoleh mereka, akibat dari
murka TUHAN yang menyala-nyala.’”.
Yer 16:5 - “Sungguh,
beginilah firman TUHAN: Janganlah masuk ke rumah perkabungan, dan janganlah
pergi meratap dan janganlah turut berdukacita dengan mereka, sebab Aku telah
menarik damai sejahtera pemberianKu dari pada bangsa ini, demikianlah
firman TUHAN, juga kasih setia dan belas kasihanKu”.
2) Usaha membereskan sumber ketidak-damaian itu.
Kalau sekarang kita sudah
mengetahui bahwa sumber ketidak-damaian itu adalah dosa, maka kita harus
berusaha untuk membereskannya. Selama dosa itu belum beres, maka
ketidak-damaian itu tetap ada.
Illustrasi:
pegawai bunuh bebek, menjadi takut kepada pegawai yang lain selama dosa itu
belum dibereskan.
Sekarang, bagaimana caranya?
Dosa itu tidak bisa
dibereskan dengan:
a) Membenarkan diri / tak mengakui dosa tersebut.
Lihat Adam dan Hawa yang
melakukan hal ini. Itu tidak akan membereskan dosa mereka.
Bdk. Maz 32:1-5 - “(1)
Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni
pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! (2) Berbahagialah manusia, yang
kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (3)
Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh
sepanjang hari; (4) sebab siang malam tanganMu menekan aku dengan berat,
sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela (5) Dosaku
kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata:
‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau
mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela”.
b) Menutupinya dengan perbuatan baik.
Illustrasi:
Menutupi dosa dengan perbuatan baik, bisa diibaratkan seperti orang yang
berkeringat, sehingga bau, lalu menutupinya dengan minyak wangi!
c) Menutupinya dengan segala macam kesenangan,
kekayaan, kesibukan dan sebagainya.
Sumber ketidak-damaian itu
harus dibereskan. Kalau dosa beres, maka hubungan dengan Allah menjadi baik,
dan kita akan damai. Tetapi sekarang, persoalannya jadi sukar, karena tidak ada
orang yang bisa membereskan dosanya sendiri!
Illustrasi:
monyet yang masuk rawa tak bisa mengeluarkan dirinya sendiri, kecuali seseorang
di luar menarik dia.
Jadi, jelaslah bahwa kalau
saudara mau memiliki damai dengan cara dan usaha saudara sendiri, maka saudara
pasti gagal, karena bagaimanapun juga, saudara tidak akan bisa membereskan dosa
saudara sendiri.
III) Cara yang Allah sendiri berikan.
Tetapi puji Tuhan, Dia telah
menyediakan cara / jalanNya! Pada Natal yang pertama Allah telah menjadi
manusia, yaitu Yesus Kristus, dan Ia telah menderita dan mati di salib untuk
menebus / membereskan dosa-dosa kita, yang merupakan penyebab putusnya hubungan
kita dengan Allah, dan sekaligus merupakan penyebab ketidak-damaian tersebut.
Di atas kayu salib, Yesus
berseru: ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30), untuk menunjukkan
bahwa dosa-dosa kita, semuanya telah dibereskan!
Nah saudara, Yesus sudah
melakukan bagianNya, sekarang apa yang harus kita lakukan supaya damai yang
telah Dia sediakan itu bisa menjadi milik kita?
1) Kita harus datang / percaya kepada Yesus.
Mat 11:28-30 - “(28)
Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30)
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.
Perhatikan beberapa hal:
·
Yesus mengundang orang yang letih lesu, dan
berbeban berat, orang-orang yang menderita, yang tidak bahagia, yang gelisah,
yang tidak damai untuk datang kepadaNya. ‘Marilah
kepadaKu’! Dan Ia berjanji untuk memberikan kelegaan / damai
kepada mereka yang mau datang kepadaNya! Mengapa orang yang datang kepada Yesus
bisa mengalami damai? Karena dengan datang kepada Yesus, mereka diperdamaikan
dengan Allah.
Ro 5:1 - “Sebab
itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan
Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus’.
·
Ingat bahwa Ia berkata ‘Marilah
kepadaKu’. Bukan datang kepada pendeta, penginjil,
gereja, baptisan, orang Kristen dsb, tetapi datang kepada Yesus sendiri!
·
Undangan ini berlaku untuk semua orang,
karena Yesus mengatakan ‘Marilah kepadaKu, semua yang letih
lesu dan berbeban berat’.
Illustrasi:
seorang gadis diundang ke pesta dansa, dan waktu mau mengambil rok untuk pesta
itu ia bertemu dengan pendetanya, yang lalu memberitakan Injil kepadanya. Ia
menjadi marah, dan tetap pergi ke pesta. Selesai pesta ia pulang, tetapi tidak
merasakan damai. Kata-kata pendetanya terus mendengung di telinganya. Ia lalu
datang kepada pendetanya, dan ia disuruh untuk percaya dan menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ia bertanya: Apa Yesus mau menerima aku, aku
terlalu banyak dosa. Pendeta itu berkata: Datanglah sebagaimana adamu, Ia mau
menerima kamu.
Ia pulang, lalu berdoa
kepada Yesus, dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan ia
mendapatkan damai dari Tuhan.
Ia lalu mengambil pena dan
kertas dan menulis syair, yang lalu menjadi lagu yang berjudul ‘Just as I
am’ / ‘Sebagaimana Adaku’.
Saudara yang kekasih,
lakukan apa yang dilakukan gadis itu. Datanglah kepada Kristus, dan saudara
akan mendapatkan damai yang sejati.
Ayat-ayat pendukung:
Yes 28:16 - “sebab
itu beginilah firman Tuhan ALLAH: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar
di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu
dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”.
1Pet 2:6 - “Sebab
ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu
yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya
kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’”.
2) Kita harus taat kepada Yesus.
Mat 11:28-30 - “(28)
Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30)
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.
Perhatikan ay 29nya. Memikul
kuk berarti kita harus mentaati Dia! Kalau setelah datang kepada Yesus, kita
tidak mau mentaati Dia, maka hubungan dengan Allah, sekalipun tidak putus,
tetapi menjadi renggang. Dan ini menyebabkan kita kembali tidak damai!
Yes 48:18 - “Sekiranya
engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti
sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti
gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti”.
Im 26:3,6 - “(3)
Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu
serta melakukannya, ... (6) Dan Aku akan memberi damai sejahtera di
dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh
apapun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang
tidak akan melintas di negerimu”.
Yes 60:1-2,15,17 - “(1)
Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN
terbit atasmu. (2) Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman
menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaanNya
menjadi nyata atasmu. ... (15) Sebagai ganti keadaanmu dahulu, ketika engkau
ditinggalkan, dibenci dan tidak disinggahi seorangpun, sekarang Aku akan
membuat engkau menjadi kebanggaan abadi, menjadi kegirangan turun-temurun.
... (17) Sebagai ganti tembaga Aku akan membawa emas, dan sebagai ganti besi
Aku akan membawa perak, sebagai ganti kayu, tembaga, dan sebagai ganti batu,
besi; Aku akan memberikan damai sejahtera dan keadilan yang akan
melindungi dan mengatur hidupmu”.
Kesaksian: saya dulu sering
merasa hati kosong, seperti ada pisau mengiris-iris, padahal kalau dilihat
hidup saya seharusnya bahagia. Tetapi setelah saya datang kepada Yesus, saya
mempunyai damai!
Maukah
saudara datang / percaya kepada Yesus, dan mentaatiNya? Tuhan memberkati
saudara.
-AMIN-