oleh: Pdt. Budi
Asali M.Div.
Pengenalan Terhadap Khotbah Exposisi
Pembahasan Firman Tuhan bisa
dilakukan:
1) Secara topik.
Contoh khotbah yang bersifat topik:
a) Khotbah tentang ‘neraka’, dimana dibahas tentang:
·
hal-hal
yang perlu diketahui tentang neraka.
·
siapa saja yang seharusnya masuk ke neraka.
·
Yesus telah menebus
kita dari neraka.
·
tanggapan kita.
b) Khotbah tentang persembahan persepuluhan, dimana bisa dibahas
tentang:
·
sejarah persembahan persepuluhan.
·
haruskah memberikan persembahan persepuluhan.
·
apa saja yang termasuk dalam persembahan persepuluhan.
·
kemana kita harus memberikan
persembahan persepuluhan.
·
berkat bagi yang memberi dan kutuk bagi
yang tidak memberi persembahan persepuluhan.
·
motivasi dalam memberi persembahan
persepuluhan.
Dalam pembahasan
secara topik ini, yang menjadi tujuan bukanlah pengertian dari suatu text tertentu. Yang menjadi
tujuan adalah pengertian tentang suatu topik tertentu
dari segala macam sudut.
Biasanya khotbah topik tidak membahas
satu ayat / text tertentu, tetapi menggunakan banyak ayat dari bermacam-macam
kitab dalam Kitab Suci yang berkenaan dengan topik yang sedang dibahas.
1. Keuntungan khotbah topical:
·
bisa membahas suatu persoalan / topik secara tuntas, sehingga jemaat mengerti topik itu secara keseluruhan.
Ini khususnya sangat menguntungkan dalam pembahasan topik doktrinal, seperti predestinasi, Allah Tritunggal, dan sebagainya.
·
begitu muncul persoalan kita bisa membahasnya.
Misalnya muncul problem tentang ‘tumbang dalam roh’, maka pendeta bisa
langsung membahas topik itu.
·
persiapannya tidak sukar.
·
bagi jemaat, mendengarnya dan mengertinya juga lebih mudah.
Dua hal yang terakhir ini menyebabkan
jaman sekarang hampir semua khotbah
bersifat topik.
2. Kerugian khotbah topical:
·
cepat kehabisan topik / bahan pembicaraan, dan kita lalu
terus menerus mengulang-ulang topik. Dengan demikian jelas jemaat tidak
maju-maju dalam pengertian Firman Tuhan.
·
kalau sudah kehabisan topik, pengkhotbah bisa bingung mau
khotbah tentang topik apa, sehingga
ia membutuhkan waktu lama untuk menentukan topik. Ini menyebabkan seringkali terjadi pembahasan topik-topik yang aneh-aneh, yang sebetulnya tidak pada tempatnya
untuk dibahas dalam gereja. Misalnya
saya tahu ada gereja yang dalam Komisi Pemudanya
diberikan topik-topik seperti:
§
bagaimana merawat wajah.
§
kanker.
§
dan sebagainya.
·
pengkhotbah mudah dituduh menyengaja
menyusun khotbah untuk menyerang seseorang. Jadi misalnya ada 2 orang dalam gereja
yang gegeran,
dan pendeta lalu khotbah tentang
kasih / mengampuni orang, maka kedua
orang yang geger itu bisa
tersinggung, dan merasa bahwa pendeta
sengaja menyusun khotbah itu untuk
‘menyerang’ mereka.
·
sangat mudah terjadi penggunaan
ayat yang ‘out
of context’ (= keluar dari kontext
/ tidak sesuai dengan kontext). Untuk menghindari hal ini, maka
sebelum pengkhotbah menggunakan suatu ayat, ia
harus membaca dan memeriksa ayat-ayat
sebelum maupun sesudahnya, untuk memastikan bahwa ia tidak menggunakannya
secara ‘out
of context’.
·
biasanya khotbah seperti ini tidak mendalami
arti dari ayat / text, sehingga jemaat hanya tahu
‘kulit’nya saja.
Padahal dalam Kitab Suci ada
banyak ayat, yang kalau dilihat kulitnya
saja, maka artinya adalah A, sedangkan kalau didalami / digali, ternyata artinya menjadi B.
2) Secara exposisi.
Ini adalah khotbah
yang membahas ayat per ayat dari suatu
text, bahkan membahas kata-kata dari ayat tersebut dan
hubungannya satu sama lain, sehingga
arti kata-kata dan ayat-ayat dalam
kontex yang dibahas menjadi jelas (to expose = membuka
/ menyingkapkan).
a) Keuntungan khotbah exposisi yang berseri.
·
membuat jemaat betul-betul mengerti arti dari
ayat Kitab Suci, dan hubungan
antara ayat yang satu dengan ayat
sebelum / sesudahnya, dan bahkan mengerti
suatu kitab secara keseluruhan. Tetapi tentu saja
untuk bisa mendapatkan ini dibutuhkan ketekunan dalam belajar, karena misalnya exposisi Injil Matius, di gereja
saya baru selesai setelah 98 pembahasan / pertemuan.
·
pembahasannya sangat bervariasi, sehingga pengkhotbah tidak akan kehabisan
hal yang dibicarakan.
·
pengkhotbah tidak perlu menghabiskan
waktu untuk memikirkan topik apa yang akan dibicarakan.
·
pengkhotbah maupun jemaat bisa
mendapatkan banyak hal yang tidak terpikirkan, dan yang biasanya tidak akan didapatkan dari pembahasan secara topik. Misalnya
saya tidak akan pernah
tahu bahwa roti Perjamuan Kudus itu harus satu
dan tidak boleh diganti dengan
hosti seandainya saya tidak pernah
membahas 1Kor 10:17 secara exposisi.
·
pengkhotbah maupun jemaat akan
mendapatkan banyak pengharmonisan dari ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan, dan dengan demikian iman terhadap Kitab
Suci akan diteguhkan.
·
pada waktu khotbah itu
menegur orang, pengkhotbah tidak dituduh menyengajanya (kecuali kalau kita
melakukannya dengan memberikan penerapan). Orang yang tertegur tidak bisa mengatakan
bahwa pengkhotbah menyengaja untuk menyerang dia, karena ia
sendiri tahu bahwa seri itu
memang seharusnya membahas bagian itu.
·
dalam pembahasan hal-hal yang bersifat doktrinal, ini tidak seberat
dibandingkan kalau topik doktrinal itu dibahas secara
topik. Mengapa? Karena pembahasan doktrinal dari khotbah exposisi hanya sedikit-sedikit (misalnya 1/10 bagian dari khotbah); sedangkan pembahasan doktrinal secara topik, sepenuhnya bersifat doktrinal, dan ini berat
untuk orang yang belum terbiasa belajar doktrin.
b) Kerugian khotbah exposisi:
·
pada waktu muncul persoalan
dalam gereja, belum tentu bisa
langsung membicarakannya karena tergantung text kita cocok dengan
persoalan itu atau tidak. Tetapi
ini dengan mudah bisa diatasi
dengan memutus seri dari exposisi
itu, dan lalu memberikan khotbah yang bersifat topik.
·
kadang-kadang harus berhadapan dengan text yang tidak terlalu ada isinya.
Hal ini tergantung dari banyaknya dan kwalitet dari
buku-buku tafsiran yang dipakai oleh si
pengkhotbah. Kalau ia menggunakan
banyak buku yang bagus-bagus, maka hal seperti ini
jarang terjadi.
·
kadang-kadang harus berhadapan dengan text yang pembahasannya sukar tetapi tidak
terlalu penting / berguna.
·
persiapan dan penyusunan khotbahnya jauh lebih lama dan lebih sukar, karena
membutuhkan buku-buku tafsiran. Tetapi penggunaan buku-buku tafsiran ini yang menyebabkan khotbah itu menjadi ‘kaya’.
·
biasanya pembahasannya lebih sukar dari pada
khotbah yang bersifat topik. Salah satu
yang menyebabkan pembahasan
yang sukar adalah bahwa dalam exposisi
biasanya dibahas kesalahan penterjemahan, juga penggunaan kata-kata dan gramatika
dari bahasa asli.
Dua hal yang terakhir ini menyebabkan
saat ini nyaris tidak bisa
ditemukan lagi khotbah yang bersifat exposisi. Banyak pengkhotbah hanya seolah-olah saja melakukan khotbah exposisi berseri, tetapi kalau diteliti, ternyata mereka tidak meng’expose’
(= menyingkapkan) apapun dari ayat-ayat itu, sehingga pada
hakekatnya bukanlah melakukan khotbah yang bersifat exposisi.
-AMIN-