Krisis dalam Providence of God
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Krisis dalam
ROMA
8:28
I) Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu.
Indonesia
mengalami krisis. Kalau kita mau mencari penyebab yang pasti dari krisis ini
secara jasmani, maka mungkin kita tidak akan pernah tahu dengan pasti. Tetapi
kalau kita melihatnya secara rohani, maka kita bisa tahu penyebabnya pasti
adalah Allah sendiri. Adakah dasar kitab Suci untuk mengatakan hal ini? Tentu
saja, misalnya:
1) Kalau kita
melihat hidup Ayub, maka kita melihat bahwa ia juga mengalami krisis. Apa
penyebabnya?
·
Ayub 1:21 -
“katanya:
‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN
yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama
TUHAN!’”.
·
Ayub 42:11b - “Mereka menyatakan turut
berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah
ditimpakan TUHAN kepadanya ...”.
2) Kalau kita melihat hidup Yesus, maka juga bisa
dikatakan bahwa Ia mengalami krisis. Dan apa yang Ia katakan tentang krisis
itu?
·
Yoh 18:11 - ‘bukankah Aku harus minum cawan
yang diberikan Bapa kepadaKu?’.
·
Yoh 19:10-11b - “Maka kata
3) Ro 8:28 menunjukkan
bahwa segala sesuatu diatur oleh Tuhan. Kalau ada sedikit saja yang tidak, maka
Ro 8:28 ini tidak berlaku.
Calvin: “But we must remember that Paul speaks here only of
adversities, as though he had said, ‘All things which happen to the
saints are so overruled by God, that what the world regards as evil, the issue
shows to be good.’ For though what Augustine says is true, that even the
sins of the saints are, through the guiding providence of God, so far from
doing harm to them, that, on the contrary, they serve to advance their
salvation; yet this belongs not to this passage, the subject of which is the
cross” (= Tetapi kita harus ingat bahwa di
sini Paulus berbicara hanya tentang kesengsaraan / kemalangan, seakan-akan ia
telah berkata: ‘Segala sesuatu yang terjadi pada orang-orang kudus begitu
dikuasai dipengaruhi oleh Allah, sehingga apa yang dianggap bencana oleh dunia,
hasilnya menunjukkan bahwa itu adalah baik’. Karena sekalipun apa yang
dikatakan Agustinus adalah benar, bahwa bahkan dosa-dosa dari orang-orang
kudus, melalui pimpinan dari providensia Allah, adalah begitu jauh dari
merugikan mereka, tetapi sebaliknya melayani untuk memajukan keselamatan;
tetapi ini tidak termasuk dalam text ini, karena subyek dari text ini adalah
salib / penderitaan) - hal 315.
Charles Hodge: “‘All things,’ as usually the case with such
general expressions, is to be limited to the things spoken of in the context,
i.e., the suffering of the present time. ... Of course it is not intended that
other events, besides afflictions, do not work together for the good of
Christians, but merely that the apostle is here speaking of the sufferings of
believers” (= Segala sesuatu, seperti biasanya
dalam kasus ungkapan umum seperti itu, harus dibatasi pada hal-hal yang
dibicarakan dalam kontex, yaitu, penderitaan masa ini. ... Tentu saja bukan
dimaksudkan bahwa peristiwa / kejadian yang lain, selain penderitaan, tidak
bekerja bersama-sama untuk kebaikan orang-orang Kristen, tetapi hanya bahwa di
sini sang rasul berbicara tentang penderitaan orang percaya) - hal 280.
John Murray (NICNT): “‘All things’ may not be restricted, though
undoubtedly the things contemplated are particularly those that fall within the
compass of believers’ experience, especially suffering and
adversity” (= ‘Segala sesuatu’
tidak boleh dibatasi, sekalipun tidak diragukan bahwa hal-hal yang direnungkan
terutama adalah hal-hal yang ada dalam batasan pengalaman orang percaya,
khususnya penderitaan dan kesengsaraan / kemalangan) - hal 314.
William Hendriksen: “‘All things,’ - no less! - cooperate for
good. Not only prosperity is included but also is adversity; not only joy and
happiness but also suffering and sadness (Rom. 8:18,35-37). Evil designs are by
God overruled for good (Gen. 50:20; Neh. 4:15). Not only what the saints
themselves experience is included but also whatever lies outside the sphere of
their personal experience. Specifically, the following entities are among those
that are divinely ordered and directed so that they work together for good to
those who love God: the good angels (Heb. 1:14) and Satan together with his
hosts (Rom. 16:20; Eph. 6:10-16); the nations of the world and their rulers
(Ps. 2:2-9; 48:4-8; 149:9; Acts 9:15); rain and thunder (1Sam. 12:18-20);
streams, mountains, and clouds (Ps. 46:4; 72:3; Matt. 24:30; Rev. 1:7); and
even the stars in their courses (Judg. 5:20)” [= ‘Segala sesuatu’, - tidak kurang dari itu! -
bekerja sama untuk kebaikan. Bukan hanya kemakmuran yang termasuk tetapi juga
kesengsaraan / kemalangan; bukan hanya sukacita dan kebahagiaan tetapi juga
penderitaan dan kesedihan (Ro 8:18,35-37). Rencana jahat dikuasai / dipengaruhi
oleh Allah untuk kebaikan (Kej 50:20; Neh 4:15). Bukan hanya apa yang dialami
oleh orang-orang kudus sendiri yang tercakup, tetapi juga apapun yang terletak
di luar lingkungan pengalaman pribadi mereka. Khususnya, hal-hal berikut ini
adalah hal-hal yang diatur / ditentukan dan diarahkan secara ilahi, sehingga
mereka bekerja bersama-sama untuk kebaikan dari mereka yang mengasihi Allah:
malaikat yang baik (Ibr 1:14) dan Setan bersama-sama dengan kelompoknya (Ro
16:20; Ef 6:10-16); bangsa-bangsa dunia dan pemerintahnya (Maz 2:2-9; 48:5-9;
149:9; Kis 9:15); hujan dan guntur (1Sam 12:18-20); sungai, gunung, dan awan
(Maz 46:5; 72:3; Mat 24:30; Wah 1:7); dan bahkan bintang-bintang dalam
peredarannya (Hak 5:20)] - hal 280.
Matthew Poole: “All things, even sin itself; because from their falls,
God’s children arise more humble and careful. Afflictions are chiefly
intended; the worst and crossest providences, those things that are evil in
themselves, they work for good to the children of God” (= Segala sesuatu, bahkan dosa sendiri; karena dari kejatuhan
mereka, anak-anak Allah bangun dengan lebih rendah hati dan berhati-hati.
Penderitaan adalah yang terutama dimaksudkan; providensia yang paling buruk dan
menjengkelkan, hal-hal yang dalam dirinya sendiri adalah buruk / merupakan
bencana, mereka bekerja untuk kebaikan bagi anak-anak Allah) - hal 506.
Sekarang
saya mengajak saudara untuk melihat detail-detail / hal-hal kecil dari krisis
yang dialami
a) Kekeringan (El Nino) dan hujan / banjir (La
Nina).
·
Amos 4:7 - “Akupun
telah menahan hujan dari padamu, ketika tiga bulan lagi sebelum panen; Aku
menurunkan hujan ke atas
Ayat ini menunjukkan bahwa
kekeringan / tidak ada hujan maupun hujan / banjir merupakan pekerjaan Tuhan.
·
Maz 135:6-7 - “TUHAN melakukan apa yang
dikehendakiNya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya; Ia
menaikkan kabut dari ujung bumi, Ia membuat kilat mengikuti hujan, Ia
mengeluarkan angin dari dalam perbendaharaanNya”.
Ayat ini menunjukkan bahwa
semua yang terjadi di bumi, di laut / samudera raya, baik kabut, kilat, angin,
hujan, dsb merupakan pekerjaan Allah.
·
Dalam jaman Elia Tuhan yang memberikan kekeringan selama 3 1/2
tahun (1Raja 17:1), dan Tuhan yang lalu memberi hujan (1Raja 18:1). Bdk. Yak
5:17-18.
·
Im 26:3-4
Ul 11:13-14 Ul 28:12 -
Tuhan yang memberi hujan. Tetapi Tuhan juga menutup langit / tak memberi hujan
(Im 26:19-20).
·
Yunus 1:4 - “Tetapi TUHAN menurunkan
angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir
terpukul hancur”.
Mengomentari
ayat ini, Calvin berkata:
“He then says that a tempest
arose in the sea; but he at the same time tells us, that this tempest did not
arise by chance, as ungodly men are wont to say, who ascribe everything that
happens to fortune. God, he says, sent a strong wind on the sea. ... Though
indeed the Prophet speaks here only of one tempest, we may yet hence generally
gather that no storms, nor any changes in the air, which produce rain or stir
up tempests on the sea, happen by chance, but that heaven and earth are so
regulated by a Divine power, that nothing takes place without being foreseen
and decreed” (= Ia lalu mengatakan bahwa badai
muncul di laut; tetapi pada saat yang sama ia menceritakan kepada kita bahwa
badai ini tidak muncul secara kebetulan, seperti yang biasa dikatakan oleh
orang-orang yang tak beriman, yang menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi
sebagai kebetulan. Allah, ia berkata, mengirimkan angin yang kuat ke laut. ...
Sekalipun memang sang nabi di sini hanya berbicara tentang satu badai, tetapi
kita boleh menyimpulkan secara umum bahwa tidak ada badai, ataupun perubahan
apapun di udara, yang menghasilkan hujan atau menimbulkan badai di laut,
terjadi secara kebetulan, tetapi bahwa langit / surga dan bumi begitu diatur
oleh kuasa Ilahi, sehingga tidak ada suatu apapun yang terjadi tanpa dilihat
lebih dulu dan ditentukan) - hal 32,33.
Calvin: “... it is certain that not one drop of rain falls without
God’s sure command” (= ... adalah pasti
bahwa tidak satu titik hujanpun yang jatuh tanpa perintah yang pasti dari
Allah) - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XVI, no 5.
b) Dalam krismon ini banyak orang menjadi
bangkrut / melarat, tetapi juga ada orang-orang tertentu yang bahkan bertambah
kaya.
Kitab Suci mengatakan bahwa
Tuhanlah yang membuat orang naik atau turun, jadi kaya atau jadi miskin!
·
1Sam 2:6-7 - “TUHAN membuat miskin dan membuat
kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga”.
·
Yes 45:6b-7 - “Akulah TUHAN dan tidak ada
yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan
nasib mujur dan menciptakan nasib
·
Pengkhotbah 7:14 - “Pada hari mujur
bergembiralah, tetapi pada hari
·
Ratapan 3:37-38 - “Siapa
berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? Bukankah
dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik?”.
·
Amsal 22:2 (NIV) - ”Rich and poor have this in common: The LORD is the Maker
of them all” (= orang kaya dan miskin mempunyai
persamaan dalam hal ini: Tuhan adalah pembuat mereka semua).
c) Pergantian Presiden / pemerintahan.
·
Maz 75:7-8 - “Sebab bukan dari timur atau dari
barat dan bukan dari
·
Ro 13:1 - “Tiap-tiap orang harus takluk kepada
pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal
dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah”.
d) Pergolakan politik.
·
Hak 9:22-23 - “Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh
memerintah atas orang
·
1Raja 11:14 - “Kemudian TUHAN membangkitkan
seorang lawan Salomo, yakni Hadad, orang
·
1Raja 11:23 - “Allah membangkitkan pula seorang
lawan Salomo, yakni Rezon bin Elyada, yang telah melarikan diri dari
tuannya, yakni Hadadezer, raja Zoba”.
·
1Raja 12:15 - “Jadi raja tidak mendengarkan
permintaan rakyat, sebab hal itu merupakan perubahan yang disebabkan TUHAN,
supaya TUHAN menepati firman yang diucapkanNya dengan perantaraan Ahia, orang
Silo, kepada Yerobeam bin Nebat”.
·
1Raja 12:24 - “Beginilah firman TUHAN: Janganlah
kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu, orang
e) Dalam krismon ini
banyak orang yang bukannya bertobat, tetapi bahkan bertekun dan terjun makin
dalam ke dalam dosa, misalnya dengan menjadi maling / perampok. Kitab Suci
mengatakan bahwa orang bertekun dalam dosa karena pekerjaan Tuhan.
·
1Sam 2:25b - “Tetapi tidaklah didengarkan mereka
perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka”.
Ayat ini menunjukkan bahwa
karena Tuhan merencanakan / menetapkan kematian mereka, maka Tuhan bekerja
sehingga mereka tidak mendengar nasehat ayah mereka.
·
Ul 2:30 - “Tetapi Sihon, raja Hesybon, tidak mau memberi kita
berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras kepala
dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti
yang terjadi sekarang ini”.
·
Yos 11:20 - “Karena TUHAN yang menyebabkan hati
orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel,
supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti
yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
·
2Taw 25:16b,20 - “Waktu nabi sedang berbicara,
berkatalah Amazia kepadanya: ‘Apakah kami telah mengangkat engkau menjadi
penasihat raja? Diamlah! Apakah engkau mau dibunuh?’ Lalu diamlah nabi
itu setelah berkata: ‘Sekarang aku tahu, bahwa Allah telah menentukan
akan membinasakan engkau, karena engkau telah berbuat hal ini, dan tidak
mendengarkan nasihatku!’ ... Tetapi Amazia tidak mau mendengarkan;
sebab hal itu telah ditetapkan Allah yang hendak menyerahkan mereka ke dalam
tangan Yoas, karena mereka telah mencari allah orang
·
Kel 4:21b 7:3 9:12,16
10:1-2,20,27 11:10 14:4,8,17-18 berulang-ulang mengatakan bahwa
Allah mengeraskan hati Firaun.
·
Ro 9:14-18 - “Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!
f) Kerusuhan dalam suatu
Amos 3:6 - “Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan
orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan
TUHAN tidak melakukannya?”.
·
Waktu terjadi
kerusuhan terjadi penjarahan / perampokan. Apakah ini perampokan adalah
pekerjaan Tuhan? Ya! Lihat Ayub. Semua hartanya dirampok, tetapi tentang hal
itu dikatakan:
Ayub 1:21b - “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!’”.
Ayub 2:10 - “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak
mau menerima yang buruk?’”.
Ayub 42:11b
- “Mereka menyatakan turut
berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah
ditimpakan TUHAN kepadanya ...”.
·
Waktu terjadi
kerusuhan terjadi banyak pemerkosaan. Apakah ini juga tindakan
Allah?
Zakh 14:2 - “Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi
Yerusalem;
Ayat ini mengatakan bahwa
Tuhanlah yang bekerja mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yehuda /
Yerusalem dan mengalahkannya, lalu merampok dan bahkan melakukan pemerkosaan di
Bdk. 2Sam 12:11-12 & 2Sam
16:22 yang menunjukkan bahwa incest
(= perzinahan dalam keluarga) yang dilakukan oleh Absalom dengan istri-istri
Daud adalah pekerjaan Tuhan!
·
Orang yang rumahnya dibakar atau yang diperkosa itu katanya ada
yang bunuh diri. Apakah ini juga pekerjaan Tuhan?
1Taw 10:4b - “Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan
dirinya ke atasnya”.
Tetapi
1Taw 10:14 berkata: “...
dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia
...”.
Jadi,
sekalipun dalam ay 4b itu dikatakan bahwa Saul mati bunuh diri, tetapi
dalam ay 14 tetap dikatakan ‘Tuhan membunuh dia’, yang
menunjukkan bahwa semua itu ditetapkan dan diatur oleh Tuhan.
·
Ada yang mengatakan bahwa dalam kerusuhan
di Ambon ada perempuan yang mengandung yang perutnya dibelah, lalu bayinya
dipotong-potong. Apakah
ini juga pekerjaan Tuhan?
2Raja-raja 8:11-13 - “Elisa menatap dengan lama ke depan, lalu menangislah abdi
Allah itu. Hazael berkata: ‘Mengapa tuanku menangis?’ Jawab Elisa:
‘Sebab aku tahu bagaimana malapetaka yang akan kaulakukan kepada orang
Ini menunjukkan bahwa
kekejaman Hazael sudah ditentukan sebelumnya. Bdk. juga dengan
1Raja 19:15,17 dimana Tuhanlah yang memerintahkan pengurapan Hazael
menjadi raja
Mungkin
saudara berkata bahwa semua hal-hal berdosa / terkutuk ini bukan ditentukan /
diatur terjadinya oleh Allah, tetapi hanya diijinkan oleh Allah.
Banyak orang senang
menggunakan istilah ini untuk melindungi kesucian Allah. Mereka berpikir bahwa
kalau Allah menentukan dosa maka Allah sendiri berdosa / tidak suci. Tetapi
kalau Allah hanya mengijinkan terjadinya dosa, maka Allah tidak bersalah dan
tetap suci. Tetapi ini adalah pemikiran yang bodoh, karena kalau
‘penentuan Allah tentang terjadinya dosa’ dianggap sebagai dosa
(aktif), maka ‘pemberian ijin dari Allah sehingga dosa terjadi’
juga harus dianggap sebagai dosa, yaitu dosa pasif. Sama halnya kalau
saya membunuh orang, maka itu adalah dosa (dosa aktif). Tetapi kalau saya
membiarkan / mengijinkan seseorang bunuh diri atau dibunuh di depan saya,
padahal saya bisa mencegahnya, maka saya juga berdosa (dosa pasif) - bdk. Yak
4:17!
Herman Hoeksema: “Nor must we, in regard to the sinful deeds of men and
devils, speak only of God’s permission in distinction from His
determination. Holy Scripture speaks a far more positive language. We realize,
of course, that the motive for speaking God’s permission rather than of
His predetermined will in regard to sin and the evil deeds of men is that God
may never be presented as the author of sin. But this purpose is not reached by
speaking of God’s permission or His permissive will: for if the Almighty
permits what He could just as well have prevented, it is from an ethical
viewpoint the same as if He had committed it Himself. But in this way we lose
God and His sovereignty: for permission presupposes the idea that there is a
power without God that can produce and do something apart from Him, but which
is simply permitted by God to act and operate. This is dualism, and it
annihilates the complete and absolute sovereignty of God. And therefore we must
maintain that also sin and all the wicked deeds of men and angels have a place
in the counsel of God, in the counsel of His will. Thus it is taught by the
Word of God” (= Juga kita tidak boleh, berkenaan
dengan tindakan-tindakan berdosa dari manusia dan setan, berbicara hanya
tentang ijin Allah dan membedakannya dengan penentuan / penetapanNya. Kitab
Suci berbicara dengan suatu bahasa yang jauh lebih positif. Tentu saja kita
menyadari bahwa motivasi untuk menggunakan istilah ‘ijin Allah’
dari pada ‘kehendakNya yang sudah ditetapkan lebih dulu’ berkenaan
dengan dosa dan tindakan-tindakan jahat dari manusia adalah supaya Allah tidak
pernah dinyatakan sebagai pencipta dosa. Tetapi tujuan ini tidak tercapai
dengan menggunakan ‘ijin Allah’ atau ‘kehendak yang
mengijinkan dari Allah’: karena jika Yang Maha Kuasa mengijinkan apa yang
bisa Ia cegah, dari sudut pandang etika itu adalah sama seperti jika Ia
melakukan hal itu sendiri. Tetapi dengan cara ini kita kehilangan Allah dan
kedaulatanNya: karena ijin mensyaratkan suatu gagasan bahwa ada suatu kekuatan
di luar Allah yang bisa menghasilkan dan melakukan sesuatu terpisah dari Dia,
tetapi yang diijinkan oleh Allah untuk bertindak dan beroperasi. Ini merupakan
dualisme, dan ini menghapuskan kedaulatan Allah yang lengkap dan mutlak. Dan
karena itu kita harus mempertahankan bahwa juga dosa dan semua
tindakan-tindakan jahat dari manusia dan malaikat mempunyai tempat dalam
rencana Allah, dalam keputusan kehendakNya. Demikianlah diajarkan oleh Firman
Allah) - ‘Reformed Dogmatics’, hal
158.
Komentar-komentar Calvin
tentang istilah ‘Allah mengijinkan’, menunjukkan kebencian Calvin
terhadap istilah itu.
Calvin:
¨
“God wills that the false king Ahab be deceived; the devil
offers his services to this end; he is sent, with a definite command, to be a
lying spirit in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If the
blinding and insanity of Ahab be God’s judgment, the figment of bare
permission vanishes: because it would be ridiculous for the Judge only
to permit what he wills to be done, and not also to decree it and to command
its execution by his ministers” [= Allah menghendaki
bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk
tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta
dalam mulut semua nabi (1Raja-raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan
Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar
ijin’ hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk
hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga
menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya] -
‘Institutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
¨
“Those who are moderately versed in the Scriptures see
that for the sake of brevity I have put forward only a few of many testimonies.
Yet from these it is more than evident that they babble and talk absurdly
who, in place of God’s providence, substitute bare permission - as if
God sat in a watchtower awaiting chance events, and his judgments thus depended
upon human will”(= Mereka yang betul-betul
mengetahui Kitab Suci melihat bahwa untuk singkatnya saya hanya memberikan
sedikit dari banyak kesaksian. Tetapi dari kesaksian-kesaksian ini adalah
lebih dari jelas bahwa mereka mengoceh dan berbicara secara menggelikan yang,
menggantikan providence Allah dengan ‘sekedar ijin’ -
seakan-akan Allah duduk di menara pengawal menunggu kejadian-kejadian yang terjadi
secara kebetulan, dan dengan demikian penghakimanNya tergantung pada kehendak
manusia) - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.
Kalau kita tetap mau
menggunakan istilah ‘Allah mengijinkan’, maka artinya harus benar.
Ini tidak berarti bahwa sebetulnya Allah merencanakan seseorang berbuat
baik / tidak berbuat dosa, tetapi karena orangnya memaksa berbuat dosa, lalu
Allah mengijinkan. Kalau diartikan seperti ini, maka itu
berarti bahwa Rencana Allah sudah gagal, dan ini bertentangan dengan ayat-ayat
seperti:
*
Ayub 42:1-2
- “Maka
jawab Ayub kepada TUHAN: ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan
segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.
*
Maz 33:10-11
- “TUHAN
menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa;
tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun”.
*
Yes 14:24,26-27
- “TUHAN
semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang
Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah
akan terlaksana: ... Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh
bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. TUHAN semesta
alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah
teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
*
Yes 25:1 - “Ya TUHAN,
Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi
namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan
rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.
*
Yes 37:26 - “Bukankah telah
kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya
dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi
senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.
*
Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan
tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah
yang dapat mencegahnya?”.
*
Yes 46:10-11
- “yang
memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang
belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala
kehendakKu akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan
orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah
mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya,
maka Aku hendak melaksanakannya”.
*
Yer 4:28 - “Karena hal ini
bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah
mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak
akan mundur dari pada itu”.
‘Allah
mengijinkan’ berarti bahwa Allah bekerja secara pasif dan Ia menggunakan second causes (= penyebab-penyebab
kedua), tetapi dosa yang diijinkan itu pasti terjadi, persis sesuai
dengan Rencana Allah! Jadi digunakannya istilah ‘Allah mengijinkan’
hanyalah karena dalam pelaksanaannya Allah bekerja secara pasif dan Allah
menggunakan second causes (=
penyebab-penyebab kedua), yang bisa berupa setan atau manusia.
Charles Hodge: “Whatever occurs, He for wise reasons permits to occur. He
can prevent whatever He sees fit to prevent. If, therefore, sin occurs, it was
God’s design that it should occur. If misery follows in the train of sin,
such was God’s purpose. If some men only are saved, while others perish,
such must have entered into the all comprehending purpose of God” (= Apapun yang terjadi, Ia mengijinkan hal itu terjadi karena
alasan yang bijaksana. Ia bisa mencegah apapun yang Ia anggap layak untuk
dicegah. Karena itu,
jika dosa terjadi, adalah rencana Allah bahwa itu terjadi. Jika kesengsaraan
menyusul dalam rentetan dosa, maka demikianlah rencana Allah. Jika sebagian
orang saja yang diselamatkan, sementara yang lain binasa, maka semua itu pasti
telah masuk ke dalam rencana Allah yang meliputi segala sesuatu)
- ‘Systematic Theology’,
vol II, hal 332.
Louis Berkhof: “It is customary to speak of the decree of God respecting
moral evil as permissive. By His decree God rendered the sinful actions of man
infallibly certain without deciding to effectuate them by acting immediately
upon and in the finite will. This means that God does not positively work in
man ‘both to will and to do’, when man goes contrary to His
revealed will. It should be carefully noted, however, that this permissive
decree does not imply a passive permission of something which is not under the
control of the divine will. It is a decree which renders the future sinful acts
absolutely certain, but in which God determines (a)not to hinder the sinful
self-determination of the finite will; and (b)to regulate and control the
result of this sinful self-determination” [= Merupakan kebiasaan untuk berbicara tentang ketetapan Allah
berkenaan dengan kejahatan moral sebagai bersifat mengijinkan. Oleh
ketetapanNya Allah membuat tindakan-tindakan berdosa dari manusia menjadi pasti
tanpa menetapkan untuk menyebabkan mereka terjadi dengan bertindak langsung dan
bertindak dalam kehendak terbatas (kehendak manusia) itu. Ini berarti bahwa
Allah tidak secara positif bekerja dalam manusia ‘baik untuk menghendaki
dan untuk melakukan’, pada waktu manusia berjalan bertentangan dengan
kehendakNya yang dinyatakan. Tetapi harus diperhatikan baik-baik bahwa
ketetapan yang bersifat mengijinkan tidak berarti suatu ijin pasif dari sesuatu
yang tidak ada di bawah kontrol dari kehendak ilahi. Itu merupakan suatu
ketetapan yang membuat tindakan berdosa yang akan datang itu pasti secara
mutlak, tetapi dalam mana Allah menentukan (a) tidak menghalangi keputusan yang
berdosa yang dilakukan sendiri oleh kehendak terbatas / kehendak manusia; dan
(b) mengatur dan mengontrol akibat / hasil dari keputusan berdosa ini] - ‘Systematic Theology’, hal 105.
William G. T. Shedd: “When God executes his decree that Saul of
Kalau tadi kita sudah melihat
banyak detail-detail yang merupakan pekerjaan Tuhan, dalam arti bahwa semua itu
ditentukan dan diatur terjadinya oleh Tuhan, maka sekarang saya masih akan
menambahkan satu hal lagi yang juga ditentukan dan diatur oleh Tuhan, yaitu ‘waktu terjadinya segala
sesuatu’.
1) Waktu kematian kita sudah
ditentukan (Mat 6:27 Maz 39:5-6).
2) Waktu kedatangan Kristus yang
pertama (Gal 4:4).
3) Waktu penghakiman akhir jaman
/ kedatangan Kristus yang keduakalinya (Kis 17:31).
4) Waktu terjadinya apapun dalam
hidup Kristus juga ditentukan oleh Tuhan.
Ini terlihat dari banyak ayat
di bawah ini, yang semua saya kutip / ambil dari Injil Yohanes.
·
Yoh 2:4 - waktuKu belum tiba.
William Hendriksen:
·
“The words, ‘My hour has not yet come,’
clearly indicate Christ’s consciousness of the fact that he was accomplishing
a task entrusted to him by the Father, every detail of which had been
definitely marked off in the eternal decree, so that for each act there was a
stipulated moment. (See also 7:6,8; 7:30; 8:20; 12:23; 13:1; and 17:1.) When
Jesus knew that this moment had arrived, he would act, not before” [= kata-kata ‘waktuKu belum tiba’ secara jelas
menunjukkan kesadaran Yesus terhadap fakta bahwa Ia sedang mengerjakan suatu
tugas yang dipercayakan kepadaNya oleh Bapa, yang mana setiap bagiannya telah
ditandai dengan pasti dalam ketetapan kekal, sehingga untuk setiap tindakan ada
waktu yang telah ditentukan. (Lihat juga 7:6,8; 7:30; 8:20; 12:23; 13:1; and
17:1.) Pada waktu Yesus tahu bahwa saat ini sudah tiba, Ia bertindak, tidak
sebelumnya] -
hal 115.
·
“Jesus knew that all his deeds had been predetermined as
to the exact hour of their occurence” (= Yesus tahu bahwa
semua tindakanNya telah ditentukan lebih dulu berkenaan dengan saat yang tepat
terjadinya hal itu) - hal 119.
Calvin menerapkannya ke dalam
hidup kita sebagai berikut:
“Whenever the Lord holds us in
suspense, and delays His aid, He is not therefore asleep, but, on the contrary,
regulates all His works in such a manner that He does nothing but at the proper
time” (= pada saat Tuhan membiarkan kita
menunggu, dan menunda pertolonganNya, Ia tidaklah tertidur, tetapi sebaliknya,
Ia mengatur semua pekerjaanNya sedemikian rupa sehingga Ia tidak melakukan
apapun kecuali pada waktu yang tepat / benar) - hal 85.
Calvin: “Those who have applied this
passage to prove that the time is appointed by Fate, are too ridiculous
to require a single word to be said for refuting them. The hour of Christ
sometimes denotes the hour which had been appointed to him by the Father;
and by his time he will afterwards designates what he found to be convenient
and suitable for executing the commands of his Father; but in this place he
claims the right to take and choose the time for working and for displaying his
Divine power” (= Mereka yang menerapkan bagian
ini untuk membuktikan bahwa waktu ditetapkan oleh takdir / nasib,
terlalu menggelikan untuk membutuhkan satu katapun untuk membantah mereka.
Waktu Kristus kadang-kadang menunjukkan waktu yang telah ditetapkan bagiNya oleh
Bapa; dan oleh waktuNya Ia akan menunjuk / menandakan apa yang Ia anggap
sesuai untuk melaksanakan perintah BapaNya; tetapi di tempat ini Ia mengclaim
hak untuk mengambil dan memilih waktu untuk mengerjakan dan untuk menunjukkan
kuasa ilahiNya) - hal 85.
Catatan:
hati-hati dalam membaca kata-kata Calvin ini. Ini tidak berarti bahwa ia tidak
percaya bahwa waktu itu sudah ditentukan. Yang tidak ia percayai adalah bahwa
waktu ditentukan oleh takdir, tetapi ia percaya bahwa waktu ditentukan oleh
Allah.
·
Yoh 7:6,8 - WaktuKu belum tiba / genap.
Calvin dan Hendriksen berkata ini
bukan menunjuk pada waktu kematian Kristus, tetapi waktu untuk pergi ke pesta.
William Hendriksen: “Hence, verse 6 definitely shows that for every
deed and action of the Lord (not only for his death on the cross) there is a
definite moment, determined from all eternity in the plan of God. ... The will
of Jesus being in complete accord with this eternal counsel of God, he
naturally waits for the proper moment to arrive. For the brothers of Jesus
there were no such considerations. They had no such conscious contact with the
clock of God’s eternal counsel. ... When the further question is asked;
namely, ‘Why was it that Jesus delayed going up to the feast?’ the
answer probably lies in this direction: had he gone up at once, with the firstcomers,
there would have been ample time for the Sanhedrin to plan his arrest at
this time, so as to put him to death now. But Jesus knew that his
death as the Lamb of God must take place at the time of the next Passover, not
during this feast of Tabernacles. Hence, he delays.” [= Karena itu, ay 6 secara pasti menunjukkan bahwa untuk setiap
tindakan dan perbuatan dari Tuhan (bukan hanya untuk kematianNya pada salib) di
sana ada waktu yang pasti / tertentu, ditentukan dari kekekalan dalam rencana
Allah. ... Karena kehendak Yesus sesuai secara sempurna dengan rencana kekal
Allah, maka tentu saja ia menunggu sampai saat yang benar tiba. Saudara-saudara
Yesus tidak mempunyai pertimbangan seperti itu. Mereka tidak mengetahui waktu
dari rencana Allah. ... Pada waktu pertanyaan selanjutnya ditanyakan; yaitu,
‘Mengapa Yesus menunda untuk pergi ke pesta?’, jawabannya mungkin
ada dalam arah ini: andaikata Ia pergi dengan segera, bersama dengan para
pendatang pertama, maka akan ada cukup waktu bagi Sanhedrin / Mahkamah Agama
untuk merencanakan penangkapan terhadapNya pada saat ini, sehingga akan
membunuhNya sekarang / pada saat itu. Tetapi Yesus tahu bahwa
kematianNya sebagai Anak Domba Allah harus terjadi pada Paskah yang akan
datang, bukan selama pesta / hari raja Pondoh Daun ini. Karena itu, Ia menunda] - hal 6.
·
Yoh 7:30 - “Mereka berusaha menangkap
Dia, tetapi tidak seorangpun menyentuh Dia, sebab saatNya belum tiba”.
Calvin: “They had no want of will to do him mischief; they even
made the attempt, and they had strength to do it. Why, then, amidst so much
ardour, are they benumbed, as if they had their hands and feet bound? The
Evangelist replies, because Christ’s hour was not yet come; by which he
means that, against all their violence and furious attacks, Christ was guarded
by the protection of God. And at the same time he meets the offence of the
cross; for we have no reason to be alarmed when we learn that Christ was
dragged to death, not through the caprice of men, but because he was destined
for such a sacrifice by the decree of the Father. And hence we ought to infer a
general doctrine; for though we live from day to day, still the time of every
man’s death has been fixed by God. It is difficult to believe that, while
we are subject to so many accidents, exposed to so many open and concealed
attacks both from men and beasts, and liable to so many diseases, we are safe
from all risk until God is pleased to call us away. But we ought to struggle
against our own distrust; and we ought to attend first to the doctrine itself
which is here taught, and next, to the object at which it aims, and the
exhortation which is drawn from it, namely, that each of us, casting all his
cares on God, (Psal. 55:22; 1Pet. 5:7,) should follow his own calling, and not
be led away from the performance of his duty by any fears. Yet let no man go
beyond his own bounds; for confidence in the providence of God must not go
farther than God himself commands” [= Mereka tidak
kekurangan keinginan untuk melakukan hal yang jahat kepadaNya; mereka bahkan
mengusahakannya, dan mereka mempunyai kekuatan untuk melakukannya. Lalu
mengapa, di tengah-tengah semangat / keinginan yang begitu hebat, mereka menjadi kaku, seakan-akan tangan dan
kaki mereka terikat? Sang Penginjil (Yohanes) menjawab, ‘sebab saatNya
belum tiba’; dengan mana ia memaksudkan, bahwa terhadap semua kebengisan
dan serangan yang penuh kemarahan, Kristus dijaga oleh perlindungan Allah. Dan
pada saat yang sama Ia menemui serangan salib; karena kita tidak mempunyai
alasan untuk terkejut pada waktu kita mempelajari bahwa Kristus ditarik /
diseret kepada kematian, bukan melalui perubahan pikiran manusia, tetapi karena
Ia ditentukan untuk menjadi korban seperti itu oleh ketetapan Bapa. Dan karena
itu kita harus menyimpulkan suatu doktrin yang umum; karena sekalipun kita
hidup dari hari ke hari, tetap saja saat kematian setiap orang sudah ditetapkan
oleh Allah. Adalah sukar untuk percaya bahwa, sementara kita menjadi sasaran
dari begitu banyak kecelakaan, terbuka terhadap begitu banyak serangan yang
terbuka dan tersembunyi baik dari manusia dan binatang, dan bisa terkena begitu
banyak penyakit, kita aman dari semua resiko sampai Allah berkenan memanggil
kita. Tetapi kita harus bergumul melawan ketidakpercayaan kita sendiri; dan
kita harus memperhatikan pertama-tama kepada doktrin itu sendiri, yang
diajarkan di sini, dan kemudian, kepada tujuan yang dituju oleh doktrin ini,
dan nasihat yang ditarik darinya, yaitu bahwa setiap kita, sambil menyerahkan
segala kuatirnya kepada Allah (Maz 55:23; 1Pet 5:7), harus mengikuti panggilannya
sendiri, dan bukannya disimpangkan dari pelaksanaan kewajibannya oleh rasa
takut. Tetapi janganlah ada orang yang melewati batasannya; karena keyakinan
dalam providensia Allah tidak boleh berjalan lebih jauh dari yang Allah sendiri
perintahkan] -
hal 300-301.
William Hendriksen: “Why did they not carry out their wish? Did fear of those
pilgrims who were favorably disposed to Jesus restrain them? Verse 31 seems to
point in that direction (see also 7:12a). The deeper reason for this failure to
capture Jesus at this time is stated in words which have a familiar ring in the
Fourth Gospel: But no one laid a hand on him (cf. Matt. 26:50) because his hour
had not yet come. ... Though surrounded by danger - the anger of these
Jerusalemites, the hostile desire and power of the leaders - , Jesus was in
reality free from all danger, because it was not the will of God that he should
die at this time” [= Mengapa mereka tidak
melaksanakan keinginan mereka? Apakah rasa takut kepada para peziarah, yang
senang kepada Yesus, mengekang mereka? Ay 31 kelihatannya menunjuk ke arah
itu (lihat juga 7:12a). Alasan yang lebih dalam untuk kegagalan untuk menangkap
Yesus pada saat ini dinyatakan dalam kata-kata yang mempunyai bunyi yang akrab
dalam Injil yang ke empat ini: tetapi tidak seorangpun menyentuh Dia (bdk. Mat
26:50), sebab saatNya belum tiba. ... Sekalipun dikelilingi oleh bahaya -
kemarahan dari orang-orang Yerusalem, Keinginan dan kekuatan yang bermusuhan
dari para pemimpin - , Yesus dalam faktanya bebas dari semua bahaya, karena
bukan kehendak Allah bahwa Ia mati pada saat ini] - hal 18.
·
Yoh 7:44 mau ditangkap tapi tak ada yang berani
menyentuhnya, jelas juga karena waktuNya belum tiba.
Calvin: “That their efforts were unavailing, we ought to ascribe
to the providence of God; for since Christ’s hour was not yet come, as
has been formerly said, guarded by the protection of his Father, on which he
relied, he surmounted all dangers” (= Bahwa usaha mereka
sia-sia / tak berhasil, kita harus menganggapnya berasal dari providensia
Allah; karena waktu Kristus belum tiba, seperti telah dikatakan sebelumnya,
dijaga oleh perlindungan BapaNya, terhadap mana Ia bersandar, Ia berada di atas
semua bahaya)
- hal 313.
·
Yoh 8:20 - Yesus mengajar dalam Bait Allah tetapi tetap tidak ada
yang menangkap karena saatnya belum tiba!
Calvin: “when he ventured to take upon himself the office of a
teacher, why do they not instantly lay violent hands on him? We see then that
God caused men to hear him, and guarded him by his protection, so that those
savage beasts did not touch him, though they had their throats opened to
swallow him. The Evangelist again mentions his hour, that we may learn that it
is not by the will of men, but by the will of God, that we live and die” (= pada waktu Ia melakukan perbuatan yang mengandung resiko
dengan mengambil bagi diriNya sendiri jabatan guru, mengapa mereka tidak
langsung menangkapNya? Kita melihat bahwa Allah menyebabkan manusia untuk
mendengar Dia, dan menjagaNya oleh perlindunganNya, sehingga binatang-binatang
ganas itu tidak menyentuhNya, sekalipun kerongkongan mereka terbuka untuk
menelan Dia. Sang Penginjil menyebutkan lagi saatNya, supaya kita boleh belajar
bahwa bukanlah oleh kehendak manusia, tetapi oleh kehendak Allah, bahwa kita
hidup dan mati)
- hal 330.
·
Yoh 8:59 mau dirajam tetapi menghilang. Jelas karena belum
waktunya untuk mati. Demikian pula dalam Yoh 10:31 Ia mau dirajam, tetapi
tidak jadi, dan dalam Yoh 10:39 Ia mau ditangkap tetapi luput. Tentang
ayat terakhir ini Calvin berkata:
“This reminds us that we are
not exposed to the lawless passions of wicked men, which God restrains by his
bridle, whenever he thinks fit” (= Ini mengingatkan
kita bahwa kita tidak terbuka terhadap kebencian / kemarahan yang tidak
mempedulikan hukum dari orang-orang jahat, yang ditahan oleh Allah dengan
kekangNya, pada saat ia menganggapnya pantas) - hal 422.
·
Yoh 12:23 - “Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan”.
Selama ini berulangkali
dikatakan bahwa waktunya belum tiba (Yoh 7:30 8:20). Tetapi sekarang dikatakan waktunya
sudah tiba (bdk. Yoh 13:1 17:1 Mark 14:41).
·
Yoh 13:1 - “Yesus telah tahu bahwa
saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa”.
·
Yoh 13:31 - ‘Sekarang Anak Manusia
dipermuliakan’.
·
Yoh 16:16 - ‘Tinggal sesaat saja dan kamu
tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat
Aku’.
·
Yoh 16:32 - “Lihat, saatnya datang,
bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya
sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri,
sebab Bapa menyertai Aku”.
Memang
ini saat murid-murid tercerai berai, tetapi itu terjadi pada saat Yesus
ditangkap.
·
Yoh 17:1 - ‘Bapa, telah tiba saatnya, permuliakanlah AnakMu, ...’.
Calvin: “not an hour which is determined by the fancy of men, but
an hour which God had appointed” (= bukan saat yang
ditentukan oleh kesukaan manusia, tetapi saat yang telah ditentukan Allah) - hal 164.
William Hendriksen: “The expression, ‘The hour has arrived’ shows
once more that Jesus is conscious of the fact that for every event in the
mighty drama of redemption (yes and for every event that ever takes place in
history) there is a stipulated moment in the eternal decree” [= Ungkapan ‘telah tiba saatnya’ menunjukkan sekali
lagi bahwa Yesus sadar akan fakta bahwa untuk setiap peristiwa dalam drama
penebusan yang hebat (ya dan untuk setiap peristiwa yang terjadi dalam sejarah)
ada saat yang ditentukan dalam ketetapan kekal] - hal 348.
·
Yoh 13:27 - “Maka Yesus berkata: ‘Apa yang hendak kauperbuat,
perbuatlah dengan segera’”.
NIV/NASB: ‘quickly’ (= dengan cepat).
Hendriksen: ‘more quickly’ (= dengan
lebih cepat).
Kata Yunani yang dipakai
adalah TACHION, yang juga dipakai dalam:
*
Yoh 20:4 dimana kata itu diterjemahkan ‘lebih
cepat’.
*
Ibr 13:19,23 (‘lebih lekas’ dan
‘segera’).
Komentar A. T. Robertson
tentang bagian ini:
“‘Do more quickly what
thou art doing.’ TACHION is comparative of TACHEOS (John 11:31)” [= ‘Lakukanlah dengan lebih cepat apa yang sedang
kaulakukan’. TACHION adalah pembanding dari TACHEOS (Yoh 11:31)] - hal 245.
Catatan: dalam Yoh 11:31 kata TACHEOS
diterjemahkan ‘segera’.
Mengapa Yesus
‘menyuruh’ Yudas melakukan rencananya dengan lebih cepat?
Karena Yesus sendiri telah menubuatkan dalam Mat 26:2 bahwa Ia akan
ditangkap / disalibkan pada Paskah. Tetapi musuh-musuhNya merencanakan
untuk menangkap / membunuh Dia setelah Paskah (Mat 26:5 - ‘jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul
keributan di antara rakyat’). Jadi rencana tokoh-tokoh Yahudi mula-mula adalah menangkap
dan membunuh Yesus setelah masa hari raya (Paskah dan Roti tak beragi) lewat.
Lalu muncullah Yudas (Mat 26:14-16), yang memberikan jalan bagi para
tokoh Yahudi itu untuk mewujudkan rencananya. Tetapi waktunya masih kurang cepat. Lalu terjadilah cerita dalam
Yoh 13 ini, dimana Yudas tahu bahwa Yesus mengetahui pengkhianatannya. Ini
membuat Yudas mempercepat rencananya sehingga akhirnya pembunuhan / penyaliban
terhadap Yesus dilakukan sesuai dengan ketetapan Allah dan nubuat Yesus, yaitu
pada Paskah.
William Hendriksen: “Thus tersely Jesus dismissed Judas, and at the same time
revealed that he, as the Lord of all, was complete Master of the situation. All
the details of his passion, including the time-schedule, were in his own
hands, not in the hands of the traitor. In the plan of God it had been decided
that the Son of God would make himself an offering for sin by his death on the
cross, and that this would happen on Friday, the fifteenth of Nisan. That
was not the moment which had been selected by the Sanhedrin or by Judas. Hence,
Judas must work faster. And Judas does work faster, probably because he now
knew (Matt. 26:25) that he had been ‘discovered.’ He was
probably afraid lest the whole plot fail if he did not act quickly” [= Demikianlah dengan pendek dan cepat Yesus membubarkan /
menghilangkan Yudas, dan pada saat yang sama menyatakan bahwa Ia, sebagai Tuhan
dari semua, berkuasa sepenuhnya atas situasi saat itu. Semua hal-hal terperinci
dari penderitaanNya, termasuk jadwal waktunya, ada dalam tanganNya,
bukan dalam tangan si pengkhianat. Dalam rencana Allah telah diputuskan bahwa
Anak Allah akan menjadikan diriNya sendiri korban untuk dosa melalui
kematianNya pada kayu salib, dan bahwa hal ini akan terjadi pada
Jum’at, tanggal ke 15 dari bulan Nisan. Itu bukanlah waktu yang telah
dipilih oleh Sanhedrin atau oleh Yudas. Jadi, Yudas harus bekerja lebih cepat.
Dan Yudas memang bekerja lebih cepat, mungkin karena sekarang ia tahu (Mat
26:25) bahwa ia telah ‘ditemukan / diketahui’. Mungkin ia takut
kalau-kalau seluruh rencananya gagal jika ia tidak bertindak dengan cepat] - hal 247-248.
Knox Chamblin: “Even as they plan his death, his enemies are under his
sovereign lordship” (= Bahkan pada saat mereka
merencanakan kematianNya, musuh-musuhNya ada di bawah pemerintahanNya yang
berdaulat) -
hal 229.
II)
Untuk kebaikan orang percaya / pilihan.
1) Ro 8:28 hanya berlaku untuk orang percaya / pilihan.
Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Dalam bahasa aslinya,
kata-kata ‘bagi mereka yang mengasihi Dia’ diletakkan sebelum
kata-kata ‘Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan’. Jadi ini merupakan penekanan. Ayat ini hanya berlaku untuk
orang yang mengasihi Allah. Siapa orang yang mengasihi Allah itu dijelaskan
oleh bagian selanjutnya yaitu ‘yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah’. Panggilan di sini menunjuk pada ‘effectual calling’ (= penggilan yang efektif) yang
memastikan pertobatan orang yang dipanggil; sedangkan ‘rencana
Allah’ menunjuk pada rencana yang Allah tetapkan dalam kekekalan. Jadi,
‘mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah’ jelas menunjuk
kepada orang yang percaya kepada Kristus.
Jadi bagian ini menunjukkan
bahwa Ro 8:28 ini hanya berlaku untuk orang percaya / pilihan. Karena itu jangan menggunakan Ro 8:28 untuk
menghibur orang kafir / orang kristen KTP!
2) Untuk orang percaya, segala sesuatu membawa kebaikan.
Matthew Poole: “For good; sometimes for temporal good, Gen. 50:20;
always for spiritual and eternal good, which is best of all” (= Untuk kebaikan; kadang-kadang kebaikan sementara, Kej 50:20;
selalu untuk kebaikan rohani dan kekal, yang adalah yang terbaik dari semua) - hal 507.
John Brown: “The language of the apostle is peculiar, and deserves
attention: he not only says all things shall work, but ‘all things shall
work together for good;’ they shall not only operate, but
co-operate. It is the wise connection of one thing with another that secures
the desired result. There are many things in the case of many a saint which,
taken by themselves, could produce nothing but evil. The envy of Joseph’s
brethren, by itself, had no tendency but to destroy him. Left to the natural
effect of that one evil thing, he would have dies in the pit; but, along with
another great evil - his being sold as a slave to the Midianites - it wrought
together with other things, in themselves only evil in their separate tendency,
to the great good which resulted from Joseph’s becoming lord of all the
land of Egypt. Every one of these calamities was a link in the chain which led
him to so high a condition of honour and usefulness. This is the triumph of the
wisdom and the power of Divine providence. Man finds it difficult to make one
thing, in its nature evil, produce good. God makes innumerable evils so modify
each other, that out of them all He brings a good” (= bahasa dari sang rasul adalah khas / aneh, dan layak
diperhatikan: ia tidak hanya berkata bahwa segala sesuatu akan bekerja, tetapi
‘segala sesuatu akan bekerja bersama-sama untuk kebaikan’;
hal-hal itu tidak hanya akan beroperasi / bekerja, tetapi akan beroperasi
bersama-sama / bekerja sama. Adalah hubungan yang bijaksana antara hal yang
satu dengan yang lain yang memastikan hasil / akibat yang diinginkan. Ada
banyak hal dalam kasus banyak orang kudus, yang jika hanya sendirian hanya bisa
menghasilkan bencana. Iri
hati dari saudara-saudara Yusuf, dalam dirinya sendiri, tidak mempunyai
kecenderungan lain selain menghancurkan dia. Jika dibiarkan pada akibat alamiah
dari satu bencana itu, maka ia akan mati dalam sumur itu; tetapi bersama-sama
dengan bencana besar yang lain - dijualnya ia sebagai budak kepada orang Midian
- itu ditempa bersama-sama dengan hal-hal lain, dalam diri mereka hanya
merupakan bencana dalam kecenderungan masing-masing, menjadi kebaikan besar
yang diakibatkan oleh jadinya Yusuf sebagai tuan dari seluruh tanah Mesir. Setiap
bencana adalah mata rantai dalam rantai yang memimpinnya kepada keadaan
terhormat dan berguna yang begitu tinggi. Inilah kemenangan dari hikmat dan
kuasa dari providensia ilahi. Manusia mendapatkan bahwa adalah sukar untuk
membuat satu hal, yang bersifat bencana, untuk menghasilkan kebaikan. Allah
membuat bencana-bencana yang sangat banyak begitu memodifikasi / mengubah satu
sama lain, sehingga dari semua itu Ia menghasilkan suatu kebaikan) -
hal 248.
Calvin: “so far are the troubles of this life from hindering our
salvation, that, on the contrary, they are helps to it” (= begitu jauhnya kesukaran-kesukaran hidup ini dari pada
menghalangi keselamatan kita, sehingga sebaliknya, mereka adalah pertolongan
bagi keselamatan itu)
- hal 314.
Calvin: “Though the elect and the
reprobate are indiscriminately exposed to similar evils, there is yet a great
difference; for God trains up the faithful by afflictions, and thereby promotes
their salvation” (= Sekalipun orang pilihan dan orang yang ditentukan
untuk binasa tanpa pandang bulu terbuka terhadap bencana yang sama, tetapi ada
perbedaan yang besar; karena Allah melatih / mendidik orang setia / percaya
menggunakan penderitaan-penderitaan, dan dengan demikian memajukan keselamatan
mereka) - hal
315.
III)
Sikap orang Kristen dalam krisis.
1) Tetap percaya (trust)
kepada Tuhan.
a) Tidak bersungut-sungut, apalagi marah kepada
Tuhan.
Ayub 1:21
- “katanya:
‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!’”.
Ayub 2:9-10
- “Maka
berkatalah isterinya kepadanya: ‘Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!’ Tetapi jawab Ayub kepadanya:
‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang
baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam kesemuanya
itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya”.
Salah
satu bentuk sungut-sungut adalah dengan ingin kembali ke masa lalu.
Pengkhotbah 7:10
- “Janganlah
mengatakan: ‘Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman
sekarang?’ Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal
itu”.
Orang yang percaya Ro 8:28
tidak seharusnya berkata demikian (bahwa masa lalu lebih baik dari sekarang).
b) Tidak kuatir / takut / gelisah / panik.
Apa alasannya
untuk tidak takut / kuatir / gelisah / panik?
1. Tidak ada apapun yang bisa menggagalkan /
mengubah Rencana Allah, termasuk segala ketakutan, kekuatiran, kegelisahan, dan
kepanikan kita (bdk. Mat 6:27). Lalu apa gunanya takut, kuatir, gelisah, atau
panik?
2. Rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God), sekalipun
kadang-kadang terlihat tidak enak / tidak menyenangkan, tetapi tujuannya selalu
untuk kebaikan kita yang adalah orang percaya (Ro 8:28).
Yer 29:11 - “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh
harapan”.
Sama
seperti Ro 8:28, Yer 29:11 ini juga berlaku hanya untuk orang percaya.
Waktu Yesus ditangkap murid-murid lari ketakutan, tetapi
Yesusnya sendiri tetap tenang (Mat 26:47-56 Yoh 18:1-12). Mengapa bisa demikian?
Salah satu alasannya adalah karena murid-murid tidak mengerti bahwa segala
sesuatu ada dalam tangan Allah, atau mereka mengerti tetapi lupa atau tidak
percaya akan hal itu, sedangkan Yesus mengerti, ingat, dan percaya akan hal itu
(Yoh 18:11 - ‘bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’).
Ini juga terlihat dari Yoh 19:10-11b yang berbunyi: “Maka kata
Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk
membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?’ Yesus
menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau
kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas’”.
Jadi,
kalau suatu waktu terjadi bahaya yang bisa menyebabkan panik / kuatir / takut,
ingatlah bahwa semua ada dalam tangan Tuhan, sudah ditentukan dan pasti
terjadi, dan ditujukan untuk kebaikan kita. Karena itu tetaplah tenang dan
percaya / trust kepada Tuhan.
2) Banyak berdoa.
Yesus
menghadapi krisis dengan berdoa di Taman Getsemani (Mat 26:36-44), dan karena
itu Ia bisa menghadapi krisis itu dengan cara yang benar. Murid-murid, yang
disuruh berdoa untuk menghadapi krisis (Mat 26:41), ternyata tidur / tidak
berdoa (Mat 26:40,43), dan akibatnya mereka kalah dalam krisis itu.
Karena itu dalam krisis saat
ini, kita harus banyak berdoa. Kita harus senantiasa meminta penyertaan,
perlindungan dan pemeliharaan Tuhan, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi
untuk saudara seiman yang lain. Jadi kita harus saling mendoakan.
3) Dekatkan diri kepada Allah (Yak 4:7-8), banyak
belajar Firman Tuhan, buang segala dosa.
Hal-hal ini penting supaya:
·
doa kita jangan terhalang oleh dosa kita (Yes 59:1-2 Yoh 9:31).
·
kita bisa lebih beriman sehingga tidak kuatir, takut, gelisah,
atau panik.
4) Berserah dalam hal yang tidak bisa diubah,
berusaha maximal dalam hal yang bisa diubah.
a) Dalam hal-hal yang tidak bisa diubah, kita
harus berserah, bukan sebagai seorang fatalist
yang berserah kepada takdir / nasib, tetapi sebagai seorang anak yang berserah
kepada kebijaksanaan, kasih, dan kesetiaan Bapanya.
Loraine Boettner: “Although the sovereignty of God is universal and
absolute, it is not the sovereignty of blind power. It is coupled with infinite
wisdom, holiness and love. And this doctrine, when properly understood, is a
most comforting and reassuring one. Who would not prefer to have his affairs in
the hands of a God of infinite power, wisdom, holiness and love, rather than to
have them left to fate, or chance, or irrevocable natural law, or to
short-sighted and perverted self? Those who reject God’s sovereignty
should consider what alternatives they have left” (= Sekalipun kedaulatan Allah itu bersifat universal dan
mutlak, tetapi itu bukanlah kedaulatan dari kuasa yang buta. Itu digabungkan
dengan kebijaksanaan, kekudusan dan kasih yang tidak terbatas. Dan doktrin ini,
jika dimengerti dengan tepat, adalah doktrin yang paling menghibur dan
menenteramkan. Siapa yang tidak lebih menghendaki perkaranya ada dalam tangan
Allah yang mempunyai kuasa, kebijaksanaan, kekudusan dan kasih yang tidak
terbatas, dari pada menyerahkannya pada nasib / takdir, atau kebetulan, atau
hukum alam yang tidak bisa dibatalkan, atau pada diri sendiri yang cupet dan
sesat? Mereka yang menolak kedaulatan Allah harus mempertimbangkan
alternatif-alternatif lain yang ada) - Loraine Boettner, ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 32.
John Owen: “Amidst all our afflictions and temptations, under whose
pressure we should else faint and despair, it is no small comfort to be assured
that we do nor can suffer nothing but what his hand and counsel guides unto us,
what is open and naked before his eyes, and whose end and issue he knoweth long
before; which is a strong motive to patience, a sure anchor of hope, a firm
ground of consolation” (= Di tengah-tengah semua
penderitaan dan pencobaan, yang tekanannya bisa membuat kita lemah / takut dan
putus asa, bukan penghiburan kecil untuk yakin bahwa kita tidak bisa menderita
apapun kecuali apa yang tangan dan rencanaNya pimpin kepada kita, apa yang
terbuka dan telanjang di depan mataNya, dan yang akhirnya dan hasilnya Ia
ketahui jauh sebelumnya; yang merupakan motivasi yang kuat pada kesabaran,
jangkar pengharapan yang pasti, dasar penghiburan yang teguh) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 29.
b) Dalam hal-hal yang bisa diubah / diperbaiki,
kita tidak boleh bersikap apatis seperti seorang fatalist, tetapi kita harus
berusaha semaximal mungkin, selama masih dalam batas-batas Firman Tuhan.
Calvinist bukan fatalist; yang
bersikap fatalist adalah Hyper-Calvinist! Calvinist mempunyai tanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Memang segala sesuatu ditetapkan oleh Tuhan,
tetapi:
·
Kita tidak tahu Tuhan menetapkan apa untuk masa depan.
·
Kita tidak boleh hidup sesuai dengan ketetapan Tuhan yang tidak
kita ketahui itu; kita harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan.
Ul 29:29
- “Hal-hal yang
tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah
bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan
segala perkataan hukum Taurat ini”.
Charles
Haddon Spurgeon: “Let the providence of God do what it
may, your business is to do what you can” (= Biarlah providensia Allah melakukan
apapun, urusanmu adalah melakukan apa yang kamu bisa) -
‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol 7, hal 43.
Jadi, kita boleh dan bahkan
harus melakukan apapun yang penting (dalam batas Firman Tuhan) untuk menjaga
dan memelihara kehidupan kita, seperti:
¨
tidak keluar rumah kalau tidak perlu. Sekalipun kita tidak boleh
kuatir / takut, dan sebaliknya harus percaya kepada Tuhan, tetapi itu tidak
berarti bahwa kita boleh sengaja mencari bahaya dan lalu ‘beriman’
pada perlindungan dan penjagaan Tuhan. Itu bukan beriman tetapi mencobai Tuhan!
Bdk. Mat 4:5-7.
¨
buat persediaan makanan di rumah (bdk. Kej 41:34-36,47-49).
¨ menyiapkan pembelaan diri
kalau keadaan betul-betul sudah memaksa. Ingat bahwa kekristenan tidak
menentang pembelaan diri dalam keadaan terpaksa. Jangan menggunakan Mat 5:39
untuk mengatakan bahwa orang kristen tidak boleh membela diri. Ingat bahwa
‘tampar’ dalam Mat 5:39 itu adalah serangan yang tidak membahayakan
jiwa. Dalam hal itu kita tidak boleh membalas. Tetapi kalau kita mendapatkan
serangan yang membahayakan jiwa, kita boleh membela diri. Kita
bukan hanya harus mengasihi orang lain, tetapi juga diri kita sendiri (Mat 22:39).
¨ mengungsi
/ siap mengungsi kalau memang dibutuhkan (Mat 4:12 Kis 9:23-26).
5) Menolong saudara seiman.
Pada
waktu melihat ada orang kristen menderita, jangan berdasarkan Ro 8:28, saudara
lalu berpikir: ‘Dia menderita, tetapi itu kan untuk kebaikannya. Jadi
buat apa aku menolongnya?’. Ro 8:28 tidak pernah boleh digunakan dengan
cara seperti itu.
Sebetulnya
kita juga harus menolong orang non kristen, tetapi bagaimanapun kita harus
mengutamakan / mendahulukan saudara seiman, sesuai dengan Gal 6:10 - “Karena itu, selama masih ada
kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama
kepada kawan-kawan kita seiman”.
Kesimpulan:
Allah, yang adalah Gembala
dan Bapa kita yang mengasihi kitalah yang menetapkan, menguasai dan mengatur
segala sesuatu, dan Ia melakukan semuanya untuk kebaikan kita. Karena itu,
tetaplah tenang dan percaya, dan jangan takut / kuatir pada krisis / bahaya
apapun. Tetapi pada saat yang sama, tetap usahakanlah untuk melakukan hal yang
terbaik, sesuai dengan firman Tuhan.
-AMIN-