oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
Kis 2:42,44a
- “(42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan
dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa. ... (44a) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu”.
1) Berbeda dengan
agama-agama lain, kristen sangat menekankan persekutuan.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘fellowship’
(= persekutuan) adalah KOINONIA, yang bisa berarti:
·
fellowship / partnership
(= persekutuan).
·
a
close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang
dekat).
·
participation (=
partisipasi).
·
sharing
in (= sama-sama menikmati / memiliki).
·
contribution (=
sumbangan).
·
gift (=
pemberian).
Matthew
Henry: “They kept up the communion of
saints. They continued in fellowship (v. 42), and continued daily with one
accord in the temple, v. 46. They not only had a mutual affection to each
other, but a great deal of mutual conversation with each other; they were
much together. When they withdrew from the untoward generation, they did
not turn hermits, but were very intimate with one another, and took all
occasions to meet” [= Mereka memelihara persekutuan
orang-orang kudus. Mereka terus dalam persekutuan (ay 42), dan setiap hari
terus bersatu hati di Bait Allah, ay 46. Mereka bukan hanya saling mengasihi
satu dengan yang lain, tetapi juga banyak berkomunikasi satu dengan yang lain; mereka
menggunakan banyak waktu untuk bersama. Pada waktu mereka menarik diri dari
generasi yang tidak baik, mereka bukannya menjadi pertapa, tetapi mereka sangat
akrab satu dengan yang lain, dan menggunakan semua kesempatan untuk bertemu].
Karena
itu:
a) Segala pertengkaran / keretakan harus
dibereskan.
Mat 5:21-25
- “(21) Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek
moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. (22) Tetapi
Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke
Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka
yang menyala-nyala. (23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu
di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu
terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan
pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan
persembahanmu itu. (25) Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau
bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan
engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan
engkau dilemparkan ke dalam penjara”.
Fil
4:2 - “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati
sepikir dalam Tuhan”.
b) Kita bukan hanya harus
mengusahakan untuk tidak bertengkar, tetapi juga harus mengusahakan hubungan
yang baik dengan sesama saudara seiman.
Ro 12:10
- “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan
saling mendahului dalam memberi hormat”.
Untuk
tujuan inilah kita sekarang banyak mengadakan piknik / acara yang tujuannya
mengakrabkan. Semua saudara harus berusaha untuk bisa ikut! Dan yang sudah
ikut, ajaklah yang belum pernah ikut. Jangan persoalkan saudara senang
tempatnya atau tidak. Kalaupun saudara tidak senang dengan tempat kemana kita
piknik, tetaplah ikut, dengan tujuan untuk memperbaiki persekutuan gereja ini.
2) Perbedaan ‘togetherness’ (=
kebersamaan) dan ‘fellowship’ (= persekutuan).
Kita
harus membedakan ‘togetherness’ (= kebersamaan) dan ‘fellowship’
(= persekutuan). Kalau hanya sekedar berkumpul dan bersenang-senang, maka itu
adalah ‘togetherness’ (= kebersamaan), bukan ‘fellowship’
(= persekutuan), dan seadanya perkumpulan yang duniawi / sekuler juga bisa
melakukannya. Persekutuan Kristen harus melibatkan Allah, dan bersifat
rohani.
Matthew
Henry: “See how these Christians love one
another. They were concerned for one another, sympathized with one another, and
heartily espoused one another’s interests. They had fellowship with one
another in religious worship. They met in the temple: there was their
rendezvous; for joint-fellowship with God is the best fellowship we can have
with one another, (1 Jn. 1:3).” [= Lihatlah bagaimana orang-orang
kristen ini saling mengasihi. Mereka peduli satu dengan yang lain, bersimpati
satu dengan yang lain, dan dengan sungguh-sungguh saling mendukung kepentingan
satu dengan yang lain. Mereka mempunyai persekutuan satu dengan yang lain dalam
ibadah agamawi. Mereka bertemu di Bait Allah: itu adalah tempat berkumpul
mereka; karena persekutuan gabungan dengan Allah adalah persekutuan terbaik
yang bisa kita dapatkan dengan yang lain (1Yoh 1:3)].
1Yoh
1:3 - “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu,
kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan
kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya,
Yesus Kristus”.
Adam
Clarke: “‘And fellowship’ Koinoonia,
community; meaning association for religious and spiritual purposes” (=
‘Dan persekutuan’ KOINONIA, komunitas; artinya perkumpulan untuk
tujuan agamawi dan rohani).
Tanpa
adanya hubungan yang dekat dengan Tuhan, kita tidak mungkin mempunyai hubungan
yang dekat satu dengan yang lain.
Dalam
persekutuan gereja mula-mula itu betul-betul ada kasih, yang bukan hanya di
hati / di mulut, tetapi dalam tindakan.
1Yoh 3:18
- “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan
perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.
Apa
wujud kasih mereka?
Kis 2:44b-45
- “(44b) segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
(45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing”.
Kis 4:34-35
- “Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara
mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya
itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki
rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan
keperluannya”.
Wycliffe
Bible Commentary: “One of the outstanding
characteristics of this Spirit-filled church was unity, a sense of oneness that
manifested itself in the sharing of material resources” (= Salah
satu ciri yang menyolok dari gereja yang dipenuhi Roh ini adalah kesatuan,
suatu perasaan kesatuan yang mewujudkan dirinya sendiri dengan membagikan
kekayaan / milik materi).
1) Ini bukan praktek
komunisme, dan kekristenan bukan komunisme, dan bahkan anti komunisme!
Adam
Clarke mengatakan bahwa dalam pesta-pesta agama / hari-hari raya Yahudi di
Yerusalem ada semacam ‘persekutuan’ / ‘sama-sama memiliki
harta benda’. Tidak ada orang yang menyewakan rumah, ranjang, oven, meja
dan semua peralatan, di Yerusalem, semua dipinjamkan secara cuma-cuma oleh
pemiliknya. Juga disediakan air yang biayanya ditanggung bersama. Jadi
‘persekutuan dalam kepemilikan harta benda’ itu bukan sesuatu yang
aneh di Yerusalem pada masa-masa seperti itu. Tetapi dalam gereja mula-mula hal
itu dilakukan lebih jauh lagi, karena dikatakan bahwa mereka menjual milik
mereka dan membagikannya sesuai dengan kebutuhan setiap orang. Mungkin karena
pertobatan dari orang-orang Yahudi yang datang dari tempat-tempat lain, mereka
lalu tertahan lebih lama di Yerusalem dari pada yang mereka rencanakan semula,
sehingga mereka tidan mempunyai uang. Dan juga jelas bahwa orang-orang Yahudi
yang tidak bertobat pasti tidak akan menerima orang-orang Yahudi yang telah
menjadi Kristen itu. Karena itulah maka orang-orang kristen yang kaya menjual
miliknya untuk bisa menolong mereka yang berkekurangan ini.
Barnes
mengatakan bahwa pada saat para rasul mengikut Yesus kelihatannya mereka
mengumpulkan semua uang / milik mereka untuk kepentingan bersama, dan Yudas
Iskariot menjadi bendahara. Tetapi ini tidak berarti bahwa mereka sama sekali
mempunyai milik pribadi apapun, dan ini juga tak berarti bahwa Yesus
memerintahkan mereka menjual segala sesuatu dan memberikannya kepada kelompok
tersebut. Ini terlihat dari:
·
Yohanes punya rumah (Yoh 19:27).
·
Kis 5:4 - “Selama
tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah
dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau
merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi
mendustai Allah.’”.
Jadi
mereka melakukan semua ini sepenuhnya secara sukarela. Mungkin ini disebabkan
oleh sikon pada saat itu.
Barnes’
Notes: “No community where all things were
held in common has long prospered. It has been attempted often, by pagans, by
infidels, and by fanatical sects of Christians. It ends soon in anarchy,
licentiousness, idleness, and profligacy; or the more cunning secure the mass
of the property, and control the whole. ... Still, this was a noble instance of
Christian generosity, and evinced the power of religion in loosing the hold
which people commonly have on the world. It rebukes also those professors of
religion, of whom, alas, there are many, who give nothing to benefit either the
souls or bodies of their fellow-men” (= Tidak
ada masyarakat dimana segala sesuatu dimiliki bersama-sama bisa bertahan lama.
Itu telah sering diusahakan, oleh orang-orang kafir dan sekte-sekte Kristen
yang fanatik. Itu segera berakhir dalam anarkhi, ketidak-bermoralan, kemalasan,
dan keborosan; atau orang-orang yang lebih cerdik / licik mendapatkan dan
menguasai seluruhnya. ... Tetap, ini merupakan contoh yang mulia dari kemurahan
hati orang kristen, dan menunjukkan secara jelas kuasa dari agama dalam
melepaskan pegangan orang-orang pada umumnya terhadap dunia ini. Itu juga
menegur para pengaku agama, yang banyak di antaranya yang tidak memberikan
apa-apa demi keuntungan jiwa dan tubuh dari sesama manusia mereka).
Barnes’
Notes: “This was an eminent and instructive
instance of Christian liberality, and of the power of the gospel in overcoming
one of the strongest passions that ever exist in the human bosom - the love of
money” (= Ini merupakan contoh yang menyolok dan
mengandung pelajaran tentang keroyalan / kedermawanan kristen, dan tentang
kuasa dari Injil dalam mengalahkan salah satu nafsu terkuat yang pernah ada
dalam dada manusia - cinta uang).
2) Praktek kasih yang menolong orang miskin ini
banyak diperintahkan dalam Kitab Suci.
·
Kel 23:11 - “tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau
membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu
dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan
binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun
zaitunmu”.
·
Im 19:10 - “Juga sisa-sisa
buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan
di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan
bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu”.
·
Im 23:22 - “Pada
waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai
ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu,
semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah
TUHAN, Allahmu.’”.
·
Ul 15:7-8 - “(7) Jika
sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam
salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,
maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap
saudaramu yang miskin itu, (8) tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar
baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk
keperluannya, seberapa ia perlukan”.
·
Ul 24:14-15 - “(14)
Janganlah engkau memeras pekerja harian yang miskin dan menderita, baik ia
saudaramu maupun seorang asing yang ada di negerimu, di dalam tempatmu. (15)
Pada hari itu juga haruslah engkau membayar upahnya sebelum matahari terbenam;
ia mengharapkannya, karena ia orang miskin; supaya ia jangan berseru kepada
TUHAN mengenai engkau dan hal itu menjadi dosa bagimu”.
·
Amsal 3:27 - “Janganlah
menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal
engkau mampu melakukannya”.
Perhatikan
kata-kata ‘yang berhak menerimanya’ itu. Ini jelas
menunjukkan adanya orang-orang yang tidak berhak menerimanya. Orang-orang yang
mengemis karena malas bekerja, tidak perlu dan bahkan tidak boleh ditolong.
Bdk. 2Tes 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan”.
Seseorang
mengatakan: “Charity is injurious unless it helps the
recipient to become independent of it” (= Amal /
kemurahan hati itu merugikan / berbahaya kecuali hal itu menolong si penerima
untuk menjadi tak tergantung padanya) - ‘The Encyclopedia
of Religious Quotations’, hal 69.
Dari
pada memberikan ikan kepada seseorang, lebih baik memberikan pancing, supaya ia
bisa bekerja dengannya.
·
Amsal 14:31 - “Siapa
menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas
kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia”.
·
Amsal 22:9 - “Orang yang
baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin”.
·
Amsal 19:17 - “Siapa
menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan
membalas perbuatannya itu”.
·
Amsal 28:27 - “Siapa memberi kepada orang miskin tak akan
berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki”.
·
Gal 2:10 - “hanya
kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang
sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya”.
·
Ef 4:28 - “Orang
yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan
melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat
membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan”.
Matthew
Henry: “We must labour in an honest
employment, not only that we may be able to live, but that we may be able to
give” (= Kita harus bekerja dalam pekerjaan yang jujur,
bukan hanya supaya kita bisa hidup, tetapi supaya kita bisa memberi).
·
1Tim 6:18 - “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik,
menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi”.
·
Ibr 13:16 - “Dan
janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab
korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah”.
·
Kis 20:35 - “Dalam
segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja
demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat
perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘It is more blessed to give
than to receive’ (= Adalah lebih diberkati memberi dari pada
menerima).
a) Pertama-tama, perlu
diperhatikan bahwa ‘menerima’ juga termasuk diberkati, dan
karena itu jangan menolak untuk menerima. Kalau semua orang menolak untuk
menerima, maka tidak ada orang yang bisa menjadi pemberi, yang merupakan
keadaan yang lebih diberkati. Dalam piknik, jangan merasa sungkan untuk menjadi
penerima, kalau saudara memang layak untuk itu, dalam arti saudara memang
adalah orang yang tidak mampu.
b) ‘Memberi’
lebih diberkati dari pada ‘menerima’.
Ini
jelas bertentangan dengan prinsip duniawi / kafir, yang lebih senang menerima
dari pada memberi.
J.
A. Alexander: “the spirit of
heathenism is no doubt much better embodied in the opposite maxim of an old
poet, ‘silly the giver, lucky the receiver.’” (= semangat /
kecenderungan dari kekafiran tidak diragukan diwujudkan dengan lebih baik dalam
pepatah yang berlawanan dari seorang penyair tua, ‘tolollah si pemberi,
beruntunglah si penerima’) - hal
256.
¨ Yang
memberi biasanya yang lebih kaya. Orang yang senang menerima, sebetulnya senang
untuk menjadi miskin.
¨ Memberi
merupakan suatu tindakan yang baik, yang bukan hanya memberi damai dan sukacita
dalam hidup ini, tetapi juga akan mendapatkan pahala dalam hidup yang akan
datang.
Matthew
Henry: “It is more blessed to give to others
than to receive from others; not only more blessed to be rich, and so on the
giving hand, than to be poor, and so on the receiving hand (every one will own
this); but more blessed to do good with what we have, be it much or little,
than to increase it and make it more” [= Adalah
lebih diberkati untuk memberi kepada orang lain dari pada menerima dari orang
lain; bukan hanya karena lebih diberkati untuk menjadi kaya, dan dengan
demikian menjadi tangan yang memberi, dari pada menjadi miskin, dan dengan
demikian menjadi tangan yang menerima (setiap orang mengakui hal ini); tetapi
lebih diberkati untuk melakukan hal yang baik dengan apa yang kita punyai,
apakah itu banyak atau sedikit, dari pada untuk menambahnya dan membuatnya
lebih banyak].
Barnes’
Notes: “‘It is more blessed to
give’. It is a higher privilege; it tends more to the happiness of the
individual and of the world. The giver is more blessed or happy than the
receiver. ... because it tends to promote the happiness of the benefactor
himself. There is pleasure in the act of giving when it is done with pure
motives. It promotes our own peace; is followed by happiness in the
recollection of it; and will be followed by happiness forever. That is the most
truly happy man who is most benevolent. He is the most miserable who has never
known the luxury of doing good, but who lives to gain all he can, and to hoard
all he gains. ... it is blessed in the reward that shall result from it. Those
who give from a pure motive God will bless. They will be rewarded, not only in
the peace which they shall experience in this life, but in the higher bliss of
heaven, Matt. 25:34-36” [= ‘Adalah lebih diberkati
untuk memberi’. Itu merupakan hak yang lebih tinggi; itu lebih
menghasilkan kebahagiaan dari individu dan dari dunia. Si pemberi lebih
diberkati atau berbahagia dari pada si penerima. ... karena itu cenderung untuk
memajukan kebahagiaan dari orang yang dermawan itu sendiri.
Old
Sanskrit Proverb: “All we can hold in our cold
dead hands is what we have given away” (= Semua
yang bisa kita pegang dalam tangan kita yang dingin dan mati adalah apa yang
telah kita berikan) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotations’, hal 243.
Billy
Graham: “God has given us two hands - one to
receive with and the other to give with. We are not cistern made for hoarding;
we are channels made for sharing ” (= Allah
telah memberi kita dua tangan - satu untuk menerima dan yang lain untuk
memberi. Kita bukanlah bak yang dibuat untuk menimbun; kita adalah saluran yang
dibuat untuk membagikan) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotations’, hal 241.
William
Penn: “Do good with what thou hast; or it
will do thee no good” (= Lakukanlah hal yang baik dengan
apa yang engkau miliki; atau itu tidak akan membawa kebaikan bagimu) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 243.
3) Contoh ketaatan terhadap perintah tersebut.
Mat 25:31-40
- “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam
kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan
bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan
di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama
seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan
domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34)
Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai
kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan
bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu
memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian;
ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya:
Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan,
atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau
sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami
memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam
penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Ro 15:26
- “Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan
untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara
orang-orang kudus di Yerusalem”.
2Kor 8:1-15
- “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada
kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di
Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita
mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam
kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut
kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan
sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh
kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.
(5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka
memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena
kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus,
supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia
telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala
sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan
untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya
kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai
perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu,
aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih
karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi
miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.
(10) Inilah pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang
sudah sejak tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan
untuk menyelesaikannya juga. (11) Maka sekarang, selesaikan jugalah
pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan
lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu. (12) Sebab jika kamu rela untuk
memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa
yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. (13) Sebab kamu
dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya
ada keseimbangan. (14) Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu
mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan
kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. (15) Seperti ada tertulis:
‘Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang
mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.’”.
2Kor 9:13
- “Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu,
mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus
dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka
dan dengan semua orang”.
4) Contoh ketidak-taatan terhadap perintah
tersebut.
·
Banyak orang senang bersahabat dengan orang
kaya, tetapi tidak dengan orang miskin.
Amsal 14:20 - “Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci,
tetapi sahabat orang kaya itu banyak”.
Amsal 19:4 - “Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi
orang miskin ditinggalkan sahabatnya”.
Amsal 19:7 - “Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya,
apalagi sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil
mereka tetapi mereka tidak ada lagi”.
·
Kambing-kambing dalam
Mat 25:41-46 - “(41) Dan Ia akan berkata juga kepada
mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang
asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak
memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat
Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau
sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan
menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak
melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan
yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
·
Orang kaya dalam cerita Lazarus dan
orang kaya (Luk 16:19-31).
·
Orang kaya yang bodoh (Luk 12:16-21).
·
Pemuda kaya yang datang kepada Yesus
(Mat 19:16-26).
·
Ananias dan Safira (Kis 5:1-11)
merupakan contoh orang yang memberi dengan motivasi yang salah. Celakanya dalam
kasus ini suami-istri ini sepakat untuk melakukan hal yang jahat. Suami istri
tidak boleh sepakat dalam hal-hal yang buruk, tetapi sebaliknya harus bisa
saling mengkritik / menasehati.
Calvin: “The
faithful did at that day give abundantly even of that which was their own, but
we are not only content at this day wickedly to suppress that which we have in
our hands, but do also rob others. They did simply and faithfully bring forth
their own; we invent a thousand subtile shifts to draw all things unto us by
hook or by crook. They laid it down at the apostles’ feet, we fear not
with sacrilegious boldness to convert that to our own use which was offered to
God. They sold in times past their possessions, there reigneth at this day an
insatiable desire to buy” (= Orang-orang yang setia / beriman
pada saat itu memberi secara berlimpah-limpah bahkan dari apa yang merupakan
milik mereka sendiri, tetapi kita pada saat ini bukan hanya puas dengan secara
jahat menahan apa yang ada dalam tangan kita, tetapi juga merampok orang-orang
lain. Mereka dengan sungguh-sungguh dan setia membawa ke depan milik mereka;
kita menemukan seribu cara / rencana yang cerdik / licik untuk menarik segala
sesuatu kepada kita dengan pengait atau dengan tipuan. Mereka meletakkannya di
kaki rasul-rasul, kita berani dengan keberanian yang berdosa mengubah untuk
penggunaan kita sendiri apa yang dipersembahkan kepada Allah. Mereka dahulu
kadang-kadang menjual milik mereka, tetapi pada saat ini bertakhta suatu
keinginan membeli yang tidak terpuaskan) - hal 192-193.
Tuhan
/ Kitab Suci mengecam orang yang tidak mau menolong orang lain dalam persoalan
makanan.
1Sam 25:10-11
- “(10) Tetapi Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya:
‘Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada
banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya. (11) Masakan aku mengambil rotiku,
air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang
pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari
mana mereka datang?’”.
Yeh 16:49 - “Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang
termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan
hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong
orang-orang sengsara dan miskin”.
Luk 14:12-14
- “Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia:
‘Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam,
janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum
keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya
dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin,
orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan
berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu.
Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang
benar.’”.
Kalau
kita piknik, dan setiap orang harus membayar yang seharusnya, maka akan ada
banyak dari kita yang tidak bisa ikut. Jadi kita menentukan tarif minimum,
biasanya Rp 10.000,- / orang, yang hanya mencakup makan siang dan tiket untuk
masuk tempat rekreasi. Sedangkan makan malam kita akan minta dari jemaat yang
lebih mampu untuk bersama-sama menanggung biayanya. Pada piknik-piknik yang
lalu kita ‘menodong’ orang-orang tertentu, untuk urunan membayar
makan malam. Tetapi saya lalu memikirkan akan adanya kemungkinan orang-orang
tidak senang ‘ditodong’ seperti itu, sehingga sekarang kita
sediakan kotak persembahan untuk makan malam. Kalau persembahan yang masuk
banyak, maka makan malamnya enak. Kalau persembahan yang masuk sedikit, maka
makan malamnya ‘sederhana’ saja.
Kepedulian
terhadap orang lain juga harus ada pada waktu acara makan bersama.
Dalam
acara makan bersama (khususnya dalam piknik) ada orang-orang yang sungkanan /
tahu diri sehingga nyaris tidak makan. Sebetulnya ini juga salah. Jangan
terlalu sungkanan, apalagi kalau itu disebabkan karena saudara adalah orang
tidak mampu, yang hanya bisa memberi persembahan Rp 10.000,-, sehingga merasa
diri sendiri tidak layak untuk makan malam. Ingat bahwa semua yang
dipersembahkan ke dalam kotak persembahan itu, berarti dipersembahkan kepada
Tuhan / gereja, dan oleh gereja digunakan untuk makan malam. Itu bukan lagi hak
dari orang yang memberi banyak, tetapi hak dari semua.
Ada
juga orang yang tidak sungkanan / tidak tahu diri sehingga makan
sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan apakah orang lain kebagian makanan atau
tidak. Kalau saudara adalah orang seperti ini, perhatikan text-text di bawah
ini:
1Kor 11:20-22
- “(20) Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul
untuk makan perjamuan Tuhan. (21) Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang
memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain
mabuk. (22) Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau
maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak
mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal
ini aku tidak memuji”.
1Kor 11:33-34:
“Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk
makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain. Kalau ada orang yang lapar,
baiklah ia makan dahulu di rumahnya, supaya jangan kamu berkumpul untuk
dihukum. Hal-hal yang lain akan kuatur, kalau aku datang”.
Latar
belakang dari semua ini adalah: orang-orang kristen di Korintus itu
menggabungkan / mencampur-adukkan Perjamuan Kudus dengan AGAPAE / ‘love feast’ (= perjamuan
kasih - bdk. Yudas 12). Perjamuan kasih ini adalah suatu pesta makan
dimana tiap-tiap orang harus membawa makanan ke gereja untuk dimakan bersama-sama.
Jadi, mula-mula tujuan mereka mengadakan perjamuan kasih itu baik, yaitu supaya
si miskin bisa ikut makan. Tetapi akhirnya yang terjadi adalah:
a) Tiap orang makan
makanannya sendiri. Karena itu, si kaya yang membawa banyak, menjadi mabuk, dan
si miskin yang membawa sedikit / tidak membawa apa-apa, tetap lapar.
b) Mereka tidak mulai
makan bersama-sama / yang seorang tidak menunggu yang lain (1Kor 11:21 bdk.
1Kor 11:33-34).
Sikap
tidak sungkanan / tidak tahu diri dan tidak peduli yang lain ini dikecam secara
keras oleh Paulus, dan karena itu, dalam acara makan bersama, selalulah
mempedulikan orang lain, khususnya orang yang sungkanan.
Karena
itu, kalau makan perhatikan orang-orang yang lain, apakah mereka dapat makan
yang cukup atau tidak. Dapat lauk pauknya atau hanya nasi tok. Khususnya kalau
makan di meja yang panjang, perhatikan apakah orang yang duduk di ujung dapat
makanan atau tidak, karena posisi mereka menyukarkan untuk mengambil lauk pauk
yang terletak jauh dari mereka, dan seringkali mereka sungkan untuk minta
tolong diambilkan lauk pauk.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Houses’
(1 Cor. 11:34) - ‘at home.’ There satisfy your appetite; not in the
house of God” [=
‘Rumah-rumah’ (1Kor 11:34) - ‘di rumah’. Di sanalah
puaskan nafsu makanmu; bukan di rumah Allah].
Marilah kita memperbaiki
persekutuan di gereja kita. Dan kalau ada acara persekutuan / pikinik,
usahakanlah untuk ikut. Dan dalam acara-acara seperti itu mari kita saling membantu
dan saling memperhatikan, supaya betul-betul terjadi suatu persekutuan yang
indah. Kiranya Tuhan memberkati saudara semua.
-AMIN-