oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
RASA
TAKUT YESUS
Mat 26:37: ‘sedih dan gentar’.
Ini salah terjemahan!
NIV: ‘to be sorrowful and troubled’ (= sedih
dan susah).
NASB: ‘to be grieved and distressed’ (= sedih
dan susah).
Jadi, dari ayat ini
hanya terlihat bahwa Yesus sedih,
tetapi tidak terlihat bahwa Ia takut.
Sekarang mari kita
perhatikan ayat-ayat paralelnya:
ˇ
Luk 22:44:
‘Ia sangat ketakutan’. Ini juga salah terjemahan!
NIV:
‘being in anguish’ (= ada dalam kesedihan).
NASB:
‘being in agony’ (= ada dalam penderitaan).
Jadi dari ayat inipun tak terlihat
bahwa Yesus takut.
ˇ
Mark 14:33: ‘sangat takut dan
gentar’.
NIV/NASB:
‘deeply / very distressed and
troubled’ (= sangat sedih
dan susah).
Tetapi di sini terjemahan NIV/NASB juga salah, karena
kata yang diterjemahkan ‘distressed’ (= sedih) itu dalam
bahasa Yunaninya adalah EKTHAMBEISTHAI yang berasal
dari kata EKTHAMBEOMAI,
yang sebetulnya berarti ‘be greatly alarmed’ (= sangat takut).
Jadi, dari ayat ini kita bisa
melihat bahwa Yesus bukan hanya
sedih tetapi juga takut.
¨ doa Yesus dalam ay 39 secara implicit menunjukkan bahwa Ia takut
terhadap ‘cawan’
itu.
¨ Luk 22:44b mengatakan
bahwa ia
mencucurkan peluh seperti darah.
¨ Ibr 5:7 (KJV): ‘... he had offered up prayers and supplications with strong
crying and tears unto him that was able to save him from death, and was heard in
that he feared’ (= Ia menaikkan doa dan
permohonan dengan tangisan keras dan air mata kepada
Dia yang bisa melepaskanNya dari maut, dan didengarkan
dalam hal yang Ia takuti).
Bahwa Yesus sedih, itu
bukan sesuatu yang aneh, karena saat
itu Ia sedang
dikhianati oleh Yudas, akan ditinggal
oleh murid-muridNya, akan disangkal oleh Petrus, akan
ditolak oleh orang-orang Yahudi, dan akan terpisah
dari Allah. Dan kesedihan
itu juga bukan dosa (Fil 4:4
memang tidak boleh dimutlakkan!).
Sekarang mari kita
bahas tentang rasa takut yang dialami oleh Yesus:
a) Ia
bukan takut pada kematian atau
penderitaan, tetapi takut pada murka
Allah yang akan menimpaNya pada saat Ia menanggung
hukuman umat manusia.
William
Hendriksen, dalam tafsirannya tentang Mark 14:33, berkata:
“Did
he, perhaps, here in
Renungkan: bahwa Yesus bisa takut
melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas betapa
hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu!
Penerapan:
ˇ
untuk saudara yang belum betul-betul percaya kepada Yesus, sadarilah
bahwa saudara akan ditimpa oleh
murka Allah yang mengerikan
itu! Karena itu, cepatlah datang
dan percaya kepada Yesus sebagai
Juruselamat / Penebus saudara, supaya saudara terhindar dari murka Allah itu.
ˇ
untuk saudara yang mempunyai suami / istri / orang tua / anak
/ saudara / teman yang belum percaya kepada
Yesus, sadarilah bahwa orang-orang yang saudara kasihi itu akan ditimpa
oleh murka Allah yang mengerikan itu! Karena itu doakanlah
mereka dengan tekun dan sunggguh-sungguh,
dan beritakanlah Injil kepada mereka,
supaya mereka bisa bertobat dan
terhindar dari murka Allah itu!
ˇ
untuk saudara yang seringkali bermain-main dengan dosa, meremehkan dosa dsb, maka
sadarilah bahwa murka Allah terhadap dosa adalah sesuatu
yang luar biasa! Karena itu, berhentilah
berbuat dosa!
b) Apakah rasa takut Yesus di
sini menunjukkan bahwa Ia
berdosa?
ˇ
Kitab Suci jelas menunjukkan
bahwa Yesus tidak pernah berbuat
dosa dalam bentuk apapun (Ibr 4:15
2Kor 5:21).
ˇ
1Yoh 4:18 kelihatannya
menujukkan bahwa rasa takut adalah
dosa, tetapi kalau saudara baca
mulai 1Yoh 4:17 maka saudara akan
melihat bahwa ayat itu mengecam
rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman.
Jelas bahwa ini tidak bisa
diterapkan terhadap rasa takut Kristus
pada saat ini.
ˇ
Calvin mengatakan:
“In
the present corruption of our nature it is impossible to find ardour of affections accompanied by moderation, such as
existed in Christ; but we ought to give such honour
to the Son of God, as not to judge him by what we find in ourselves” (= Dalam keadaan kita yang berdosa sekarang ini, tidak mungkin
untuk mendapatkan perasaan yang tidak berlebihan, seperti yang ada dalam Kristus;
tetapi kita harus menghormati Anak Allah dengan tidak menghakimiNya dengan apa yang kita dapatkan dalam
diri kita sendiri) - hal 232.
“When
Christ was struck with horror at the divine curse, the feeling of the flesh affected
him in such a manner, that faith still remained firm and unshaken. For such was
the purity of his nature, that he felt, without being wounded by them, those
temptations which pierce us with their stings” (= Ketika Kristus takut pada kutuk
ilahi, perasaan dari daging mempengaruhiNya
dengan cara sedemikian rupa sehingga iman tetap
teguh dan tidak tergoyahkan. Karena begitu murninya
hakekatNya, sehingga ia merasa
tanpa terluka oleh pencobaan-pencobaan yang akan menusuk kita
dengan sengatnya) - hal
234.
Jadi dengan kata-kata ini Calvin memaksudkan bahwa:
*
kita sebagai manusia yang berdosa, sangat berbeda dengan Kristus yang suci murni itu.
*
karena itu kita tak
boleh menghakimi Kristus dengan apa yang ada dalam
diri kita, karena Ia memang
beda dengan kita.
*
pada saat Kristus takut,
Ia bisa tetap
beriman (kita tak bisa seperti
ini), dan karena itu Ia
tetap tidak berdosa.
-AMIN-