Hidup Ini Tidak Adil
oleh: Pdt. Budi Asali, MDiv.
HIDUP INI TIDAK ADIL
Mazmur 73:1-28
I)
Allah itu adil.
Kitab
Suci mempunyai banyak ayat yang menekankan keadilan dari Allah, seperti:
Maz 11:7
- “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi
keadilan; orang yang tulus akan memandang wajahNya”.
Maz 116:5
- “TUHAN adalah pengasih dan adil,
Allah kita penyayang”.
II)
Ada hal-hal yang seolah-olah menunjukkan Allah itu tidak adil.
Baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam Kitab Suci, kita sering melihat hal-hal yang seolah-olah
menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Misalnya:
1) Dalam penciptaan.
Dalam penciptaan, Allah
menciptakan sebagian makhluk sebagai binatang, sebagian lagi jadi manusia. Yang jadi manusia, sebagian hitam, sebagian
putih; sebagian ganteng / cantik, sebagian jelek; sebagian pandai, sebagian
bodoh; sebagian dalam keluarga kaya, sebagian dalam keluarga melarat; sebagian
utuh anggota-anggota tubuhnya, sebagian cacat; dsb. Kalau
saudara diciptakan ganteng / cantik, dalam keluarga kaya, pandai, utuh
anggota-anggota tubuhnya, maka mungkin saudara tidak menganggap Allah tidak
adil. Tetapi bagaimana kalau saudara diciptakan
sebagai orang yang cacat, melarat, buruk mukanya dsb?
Untuk
menjawab problem ini perlu diketahui bahwa:
a) ‘Adil’ tidak berarti ‘memberi secara sama
rata’.
Bdk. Mat 20:1-16 -
“(1) ‘Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti
seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk
kebun anggurnya. (2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai
upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. (3) Kira-kira pukul
sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain
menganggur di pasar. (4) Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun
anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. (5)
Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan
sama seperti tadi. (6) Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati
orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja
di sini sepanjang hari? (7) Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang
mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. (8)
Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja
itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga
mereka yang masuk terdahulu. (9) Maka datanglah mereka yang mulai bekerja
kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. (10)
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih
banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. (11) Ketika
mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, (12) katanya:
Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan
mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik
matahari. (13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku
tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat
sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan
kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah
aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah
engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.’”.
Tuan dalam perumpamaan
ini jelas tidak berlaku sama rata. Ia lebih murah hati kepada pekerja-pekerja
yang datang belakangan. Tetapi toh ia berkata bahwa ia bukannya berlaku tidak
adil. Mengapa? Perhatikan hal-hal ini:
·
Kalau ia berjanji sedinar sehari, dan ia lalu memberi
kurang dari itu, maka itu tidak adil. Tetapi ia memberikan sedinar sehari, jadi
pekerja kelompok pertama tidak bisa menyalahkan tuan itu.
·
Ia memang berlaku lebih murah hati kepada pekerja-pekerja
yang datang belakangan, tetapi tidak berlaku tidak adil, sekalipun ia tidak
memberi dengan sama rata! Kelompok pertama mendapatkan keadilan, kelompok
terakhir mendapatkan kemurahan. Tidak ada yang mendapatkan ketidak-adilan.
·
Ia berhak menggunakan milik / uangnya sesukanya.
Seandainya ada kelompok yang lain lagi, yang sama sekali tidak bekerja, dan
lalu kepada mereka ia memberikan 5 dinar, ia tetap tidak bisa disalahkan. Ia
berhak bermurah hati kepada siapa ia mau bermurah hati.
Bdk. Ro 9:15,18a -
“(15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan
menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan
bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (18a) Jadi Ia menaruh belas
kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya ...”.
Dalam penciptaan, Tuhan
memang tidak memberi secara sama rata. Tetapi Ia berhak melakukan itu. Ini
kedaulatanNya! Jadi, bukanlah tidak adil kalau ada yang diberi banyak, dan ada
yang diberi sedikit; ada yang diciptakan jelek, ada yang ganteng / cantik; ada
yang pandai, ada yang bodoh; dan sebagainya.
b) Yang diberi banyak, bertanggung jawab banyak;
yang diberi sedikit bertanggung jawab sedikit. Di sini letak keadilannya!
Bdk. perumpamaan
tentang talenta (Mat 25:14-30). Pujian kepada hamba yang menerima 2
talenta dan yang menerima 5 talenta sama persis, padahal keuntungan yang mereka
hasilkan berbeda. Mengapa? Karena yang menerima banyak dituntut banyak, dan
yang menerima sedikit dituntut sedikit.
Juga bdk.
Luk 12:48b - “Setiap orang yang kepadanya
banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak
dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.
Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak
bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21)
‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan
di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu,
sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu:
Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke
langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika
di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota
itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada
hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu.’”.
2) Adanya banyak penindasan terhadap orang saleh
oleh orang jahat; dan ini rasanya dibiarkan oleh Allah.
Contoh:
·
Kasus Nabot dengan Ahab dan Izebel (1Raja 21).
·
Israel yang ditindas di Mesir (Kel 1 dst).
·
Daud dikejar-kejar Saul (1Sam 18 dst).
·
Yehuda / Israel yang ditindas oleh Babilonia / Asyur.
Hab 1:13 - “MataMu terlalu suci untuk melihat kejahhatan dan Engkau tidak
dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat
khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang
lebih benar dari dia?”.
Yes 10:5-7 - “(5) Celakalah Asyur, yang menjadi cambuk murkaKu dan
yang menjadi tongkat amarahKu! (6) Aku akan menyuruhnya terhadap bangsa yang
murtad, dan Aku akan memerintahkannya melawan umat sasaran murkaKu, untuk
melakukan perampasan dan penjarahan, dan untuk menginjak-injak mereka seperti
lumpur di jalan. (7) Tetapi dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak
demikian rancangan hatinya, melainkan niat hatinya ialah hendak memunahkan dan
hendak melenyapkan tidak sedikit bangsa-bangsa”.
3) Adanya banyak kasus dimana orang yang beriman dan
saleh menderita, sedangkan orang yang kafir dan jahat justru hidup enak.
Misalnya:
Ayub 19:6 - “insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap
aku, dan menebarkan jalaNya atasku”.
Ayub 21:7-15 - “(7) Mengapa orang fasik tetap hidup, menjadi tua, bahkan
menjadi bertambah-tambah kuat? (8) Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan
anak cucu diperhatikan mereka. (9) Rumah-rumah mereka aman, tak ada ketakutan,
pentung Allah tidak menimpa mereka. (10) Lembu jantan mereka memacek dan tidak
gagal, lembu betina mereka beranak dan tidak keguguran. (11) Kanak-kanak mereka
dibiarkan keluar seperti kambing domba, anak-anak mereka melompat-lompat. (12)
Mereka bernyanyi-nyanyi dengan iringan rebana dan kecapi, dan bersukaria
menurut lagu seruling. (13) Mereka menghabiskan hari-hari mereka dalam
kemujuran, dan dengan tenang mereka turun ke dalam dunia orang mati. (14) Tetapi kata mereka kepada Allah: Pergilah dari kami!
Kami tidak suka mengetahui jalan-jalanMu. (15) Yang Mahakuasa itu apa, sehingga
kami harus beribadah kepadaNya, dan apa manfaatnya bagi kami, kalau kami
memohon kepadaNya?”.
Yer 12:1-4 - “(1) Engkau memang
benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara
dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik,
sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? (2) Engkau membuat mereka tumbuh,
dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut
mereka, tetapi jauh dari hati mereka. (3) Ya TUHAN, Engkau mengenal aku, Engkau
melihat aku, dan Engkau menguji bagaimana hatiku terhadap Engkau. Tariklah
mereka ke luar seperti domba-domba sembelihan, dan khususkanlah mereka untuk
hari penyembelihan. - (4) Berapa lama lagi negeri ini menjadi kering, dan
rumput di segenap padang menjadi layu? Karena kejahatan penduduknya
binatang-binatang dan burung-burung habis lenyap, sebab mereka telah mengira:
‘Ia tidak akan melihat tingkah langkah kita!’”.
Pkh
8:10-17 - “(10) Aku
melihat juga orang-orang fasik yang akan dikuburkan boleh masuk, sedangkan
orang yang berlaku benar harus pergi dari tempat yang kudus dan dilupakan dalam
kota. Inipun sia-sia. (11) Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat
tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.
(12) Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup
lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh
kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadiratNya. (13) Tetapi orang
yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak
akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah. (14) Ada
suatu kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang
menerima ganjaran yang layak untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang
fasik yang menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar. Aku
berkata: ‘Inipun sia-sia!’ (15) Oleh sebab itu aku memuji kesukaan, karena tak
ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum
dan bersukaria. Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya
yang diberikan Allah kepadanya di bawah matahari. (16) Ketika aku memberi
perhatianku untuk memahami hikmat dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di
dunia tanpa mengantuk siang malam, (17) maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia
tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukanNya di bawah
matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak
akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia
mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya”.
Maz 73:1-20: “Mazmur Asaf.
Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang
bersih hatinya. (2) Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku
tergelincir. (3) Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat
kemujuran orang-orang fasik. (4) Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat
dan gemuk tubuh mereka; (5) mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan
mereka tidak kena tulah seperti orang lain. (6) Sebab itu mereka berkalungkan
kecongkakan dan berpakaian kekerasan. (7) Karena kegemukan, kesalahan mereka
menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. (8) Mereka menyindir dan
mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi
hati. (9) Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di
bumi. (10) Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka
seperti air yang berlimpah-limpah. (11) Dan mereka berkata: ‘Bagaimana Allah
tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?’ (12) Sesungguhnya,
itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
(13) Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh
tanganku, tanda tak bersalah. (14) Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan
kena hukum setiap pagi. (15) Seandainya aku berkata: ‘Aku mau berkata-kata
seperti itu,’ maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan
anak-anakmu. (16) Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi
kesulitan di mataku, (17) sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan
memperhatikan kesudahan mereka. (18) Sesungguhnya di tempat-tempat licin
Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. (19) Betapa binasa mereka
dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! (20) Seperti mimpi
pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang
hina”.
Saya hanya mengatakan
‘banyak kasus’, jadi tentu tidak selalu demikian. Kadang-kadang Allah
menunjukkan keadilanNya secara cepat. Misalnya dalam kasus dimana Allah
menghancurkan orang-orang yang mau menangkap Elia (2Raja 1). Juga dalam
penghancuran Korah, Datan dan Abiram (Bil 16).
Tetapi kadang-kadang
Allah menunda penghukuman sampai lama, tetapi tetap terlihat dalam kehidupan
ini. Misalnya dalam kasus Saul dan Daud. Daud harus menderita bertahun-tahun di
bawah pemerintahan Saul, tetapi akhirnya toh Tuhan menghancurkan Saul dan
meninggikan Daud.
Tetapi kadang-kadang
‘ketidak-adilan’ dalam hidup ini terus berlanjut, dan kelihatannya sampai akhir
tidak ada keadilan. Misalnya dalam kasus Lazarus dan orang kaya.
Hal-hal seperti ini
bisa menyebabkan terjadinya hal-hal yang negatif seperti:
a) Adanya orang-orang yang lalu tidak percaya akan
adanya Allah, atau menganggap Allah itu tidak adil.
b) Orang-orang yang tadinya saleh tetapi terus
menderita lalu:
·
marah kepada Allah, seperti dalam kasus Ayub.
·
menganggap tidak ada gunanya beriman dan berbuat baik,
sehingga mereka lalu meninggalkan Tuhan / hidup jahat.
c) Sebaliknya, orang-orang yang dari tadi jahat
tetapi karena hidup enak terus, tetap saja jahat, atau bahkan menjadi makin
jahat.
III)
Mengapa bisa terjadi hal-hal ini kalau Allah itu ada dan Dia adil?
Untuk menjawab problem
ini perlu diketahui bahwa keadilan yang sebenarnya memang belum dijalankan pada
saat ini / dalam kehidupan sekarang ini, tetapi baru akan dijalankan pada saat
kita mati / pada pengadilan akhir jaman.
Pkh
8:11 - “Oleh
karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka
hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat”.
2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhtaa pengadilan
Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai
dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Ro 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayyaan
kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa
maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh
kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu
sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan
dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7)
yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari
kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada
mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran,
melainkan taat kepada kelaliman”.
Pada pengadilan akhir
jaman Allah betul-betul akan memberikan keadilan, dimana Ia akan memberikan
pahala / hukuman sesuai dengan kehidupan manusia.
Tetapi semua itu belum
terjadi dalam kehidupan sekarang ini. Jadi, apa anehnya kalau kita melihat,
atau bahkan mengalami, ketidak-adilan?
Illustrasi:
Ada suatu negara yang
sangat hebat, dimana keadilan betul-betul ditegakkan. Suatu hari ada orang yang
memperkosa seseorang, dan pada waktu keluarga si gadis tahu dan marah, seluruh
keluarga si gadis juga ia bunuh. Sementara orang ini belum ditangkap polisi,
atau sudah ditangkap tetapi belum diadili, atau bahkan sudah diadili tetapi
belum dijatuhkan hukuman, maka keadilan memang belum terjadi. Tetapi selama
kita tahu bahwa negara itu pasti akan meneruskan pengadilan terhadap orang itu,
maka kita tidak bisa menganggap bahwa negara itu tidak adil. Kita harus
menunggu, sampai pengadilan betul-betul memutuskan hukuman dan melaksanakan
hukuman tersebut. Baru kita melihat keadilan.
Demikian juga dengan
hidup kita sekarang ini. Memang banyak ketidak-adilan, tetapi itu tidak berarti
Allahnya tidak adil. Karena apa? Karena Ia memang belum melakukan pengadilan.
Itu baru terjadi setelah kita mati / pada akhir jaman.
Jadi, apa / bagaimana
tanggapan kita yang seharusnya?
1) Kalau saudara adalah orang yang tidak beriman
dan saudara hidup jahat, karena melihat bahwa kejahatan saudara rasanya
dibiarkan terus, maka ingat bahwa Allah tidak untuk selamanya akan membiarkan
kejahatan saudara. Karena itu cepatlah bertobat. Datanglah dan percayalah
kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara, dan
bertobatlah dari kejahatan saudara.
2) Kalau saudara adalah orang beriman dan
sungguh-sungguh berusaha untuk hidup taat, tetapi terus menderita, maka:
a) Lihat pada Firman Tuhan tentang akhir dari
kehidupan orang-orang jahat itu.
Maz 73:16-20 - “(16) Tetapi ketika
aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, (17)
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan
mereka. (18) Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan
mereka sehingga hancur. (19) Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap,
habis oleh karena kedahsyatan! (20) Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya
Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina”.
b) Jangan marah / iri hati kepada orang-orang
jahat yang sekarang hidup enak itu.
Untuk apa iri hati
kepada orang-orang yang akan masuk neraka?
c) Bertekunlah dalam iman dan kesalehan saudara, karena
ada saatnya, entah di dunia ini atau di dunia yang akan datang, saudara akan
melihat keadilan Allah!
Bandingkan dengan
text-text di bawah ini:
·
Gal 6:7b-10 - “(7b)
Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (8) Sebab
barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,
tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh
itu. (9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang
waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (10) Karena itu,
selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua
orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.
Matthew Henry (tentang Gal 6:7): “Our present time is seed-time:
in the other world there will be a great harvest; and, as the husbandman reaps
in the harvest according as he sows in the seedness, so we shall reap then as
we sow now” (= Masa kita sekarang ini adalah masa menabur;
dalam dunia yang lain akan ada panen yang besar; dan, sebagaimana petani menuai
panen seperti yang ia taburkan dalam penaburan, begitu juga kita akan menuai
seperti yang kita tabur sekarang ini).
Matthew Henry (tentang Gal 6:9): “he assures us that there is a
recompence of reward in reserve for all who sincerely employ themselves in well
doing; that this reward will certainly be bestowed on us in the proper season -
if not in this world, yet undoubtedly in the next; but then that it is upon
supposition that we faint not in the way of our duty” (= ia
meyakinkan kita bahwa di sana ada imbalan pahala disimpan / dicadangkan bagi
semua orang yang dengan sungguh-sungguh menggunakan diri mereka sendiri dalam
berbuat baik; bahwa pahala ini pasti akan diberikan kepada kita pada waktu yang
tepat - jika tidak di dunia ini, pastilah di dunia yang akan datang; tetapi
dengan asumsi bahwa kita tidak menjadi lemah dalam jalan kewajiban kita).
Barnes’ Notes (tentang Gal 6:9): “Christians sometimes become
weary. There is so much opposition to the best plans for doing good; there is
so much to be done; there are so many calls on their time and their charities;
and there is often so much ingratitude among those whom they endeavor to
benefit, that they become disheartened. Such Paul addresses, and exhorts them
not to give over, but to persevere. ... It is implied here, that unless a man
perseveres in doing good to the end of life, he can hope for no reward.” (=
Orang-orang kristen kadang-kadang menjadi lelah /
bosan.
Wycliffe Bible Commentary: “The harvest will come in due season. One may well
faint if he expects to see the harvest immediately” (=
Panen akan datang pada waktunya. Seseorang
bisa menjadi lemah jika ia berharap untuk melihat panen dengan segera).
·
1Kor 15:58 - “Karena
itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.
·
Yak 5:7-11 - “(7)
Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!
Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia
sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. (8) Kamu
juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan
sudah dekat! (9) Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan,
supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.
(10) Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi
yang telah berbicara demi nama Tuhan. (11) Sesungguhnya kami menyebut mereka
berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar
tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya
disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas
kasihan”.
-AMIN-