--------------------------------------------------------------------------------

Sabtu, 4 April 1998

-------------------------------------------------------------------------------

Kodam Jaya tak Pernah Memburu Aktivis

Jakarta, Kompas

Kodam Jaya tidak pernah memburu orang atau aktivis termasuk yang selama ini memiliki pandangan kritis terhadap pemerintah. Sebab, tugas Kodam Jaya adalah menciptakan stabilitas dan rasa keamanan pada masyarakat, bukan untuk melakukan tindakan culik-menculik. Demikian Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Letkol (Inf) Drs DJ Nachrowi kepada wartawan di Makodam Jaya, Jumat (3/4).Ia ditanya mengenai hilangnya sejumlah orang atau aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terutama di Jakarta. Dia membantah adanya pandangan yang menuduh aparat keamanan (dalam hal ini Kodam Jaya) berada di balik hilangnya orang-orang tersebut. "Kami tidak mengenal istilah DPO (Daftar Pencarian Orang), tidak ada namanya sasaran target," katanya menggarisbawahi apa yang dikatakan Kapuspen ABRI Brigjen TNI AW Mokodongan sebelumnya.

Sejumlah orang hilang di Jakarta seperti diberitakan media massa, antara lain Desmond J Mahesa (Direktur LBH Nusantara, Bandung), Pius Lustrilanang (Sekjen Aliansi Demokrasi Rakyat-Aldera), Haryanto Taslam (Wakil Sekjen DPP PDI Megawati), Herman Hendrawan (Fisipol Unair), Faisal Riza (Fakultas Filsafat UGM), dan Andi Arief (anggota SMID).

Ditanya kemungkinan besar pihak keluarga atau kenalan justru tidak berani melaporkannya ke Kodam Jaya, Nachrowi mengatakan, "Masyarakat tak usah takut karena kami akan tetap menampung laporan mereka dan akan menindaklanjuti," katanya sambil menyebutkan nomor telepon 122 bagi mereka yang ingin melaporkan kehilangan anggota keluarganya.

Bawa pistol

Sementara itu, kemarin, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Kantor LBH Bandarlampung melaporkan kasus penculikan Andi Arief ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Dalam laporan itu disebutkan, dua saksi mata kasus penculikan Andi Arief, Ketua Umum Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) memastikan, salah seorang dari dua penjemput korban membawa pistol.

Laporan berisi kronologi penculikan Andi Arief itu ditandatangani Direktur LBH, Abi Hasan Mu'an dan Kepala Operasional, Iberahim Bastari.

"Kami mengirim informasi itu ke Komnas HAM untuk memohon bantuan melakukan investigasi. Dengan identifikasi itu diharapkan dapat membantu Komnas HAM," kata Iberahim dan Abi Hasan, yang juga kuasa hukum keluarga Arief Makhya, ayah Andi Arief.

Dihubungi terpisah, Dr Eddy Irawan SE MEc, kakak Andi yang jadi juru bicara keluarga ke LBH Bandarlampung mengatakan, salah satu saksi melihat bahwa pelat kendaraan kendaraan yang digunakan para penculik dimulai huruf B (Jakarta). Tetapi dia tidak sempat menghafal angkanya karena ketakutan menghadapi gertakan penculik," kata Iberahim.

Sementara tiga mahasiswa Universitas Lampung (Unila) yang dilaporkan hilang menyusul insiden medio Maret lalu, Jumat kemarin telah kembali ke kampus. Mereka menghilang dari kampus karena takut terhadap tindakan aparat keamanan yang dinilai kejam. Mahasiswa yang sebelumnya dilaporkan hilang itu adalah Umi Masrifa, Bahrul Arifin (Alam), Utami Pribadi. (ssd/cal)