RIWAYAT PAROKI DAN GEREJA
SANTA MONIKA

 
Paroki Santa Monika adalah salah satu paroki dalam wilayah gerejawi Keuskupan Agung Jakarta. Saat ini berwilayah kerja pelayanan meliputi daerah dengan batas-batas:
- sebelah utara dengan Jalan Tol Jakarta-Merak, berbatasan dengan Paroki St. Agustinus Karawaci
- sebelah timur dengan Kali Angke, berbatasan dengan Paroki St. Bernadeth-Cileduk, Paroki St. Matius              Penginjil- Bintaro dan Paroki Rasul Barnabas-Pamulang
- sebelah selatan dan barat berbatasan dengan  wilayah Keuskupan Bogor.

Paroki Santa Monika juga dikenal sebagai Paroki Serpong, karena gedung induk gereja Santa Monika berada di Serpong, Kota Mandiri Bumi Serpong Damai.

Paroki ini adalah pemekaran dari Paroki St. Agustinus-Karawaci dengan peningkatan status dari Stasi Ascensio selaras dengan berkembangnya jumlah umat Katolik yang ada. Oleh karena itu riwayat Paroki tidak bisa lepas dari riwayat berdirinya Stasi Ascensio sebagai cikal bakal Paroki.

Stasi Ascensio
Semula ada 3 lingkungan di ujung selatan termasuk dalam Paroki St. Maria-Tangerang, terdiri Lingkungan Margaretta, Lingkungan Yohanes VI dan Lingkungan Yohanes V. Dengan pemekaran Paroki St Maria, berdirilah Paroki St. Agustinus-Karawaci. Ternyata kemudian Lingkungan Margaretta diserahkan pelayanannya kepada Paroki St. Agustinus.

Pada kesempatan Misa di Aula TK Strada Nusa Melati, sekarang Sekolah Strada di Villa Melati Mas, pada tanggal 13 Mei 1990 yang dihadiri Pastor Ign Putranto OSC. dari Paroki St. Agustinus dan menjelaskan bahwa akan ada pemekaran lagi menjadi Paroki meliputi wilayah Serpong dan sekitarnya dengan penggembalaan dari Ordo Salib Suci (OSC). Atas kesepakatan umat ketiga lingkungan itu dan prakarsa tokoh-tokohnya antara lain Agustinus Mariatmo, Robert Dwi Trisna (alm.), JB. Rahmat Heryanto (alm.), Sularso dan lain-lain serta kesediaan Pastor Ign. Putranto OSC. untuk menggembalakannya maka dibentuk stasi yang mandiri dengan menginduk pada Paroki St. Agustinus.

Formateur Pengurus Dewan Stasi terbentuk pada hari Kenaikan Tuhan Yesus tanggal 24 Mei 1990, sehingga stasi dinamakan Stasi Ascensio. Oleh Pastor Chris Tukiyat OSC., Pastor Kepala Paroki St. Agustinus, diminta membentuk pengurus lengkap untuk dilaporkan ke Keuskupan Agung Jakarta. Pada tanggal 19 September 1990 Pengurus Dewan Stasi diangkat resmi oleh Pastor Kepala Paroki St. Agustinus dan kemudian secara resmi pula Mgr. Leo Sukoto SJ (alm.), Uskup Agung Jakarta, menyetujui nama Stasi Ascensio dengan  surat No.493/3.27.39/01.

Stasi Ascensio makin berkembang terutama dengan umat-umat pendatang di pemukiman-pemukiman baru. Pertama dengan mekar bertambah Lingkungan Petrus Paulus di perumahan Bumi Serpong Damai. Terus berkembang dan bertambah sehingga Aula TK Strada yang digunakan untuk ibadah Misa mingguan menjadi terasa sempit. Terasa perlu ada bangunan untuk ibadah atau gereja yang lebih luas, di samping Aula TK akan dipakai untuk perluasan sekolah Strada.

Membangun Paroki dan Gedung Gereja
Stasi yang benar-benar mandiri dalam mengelola kehidupan stasi, keperluan liturgi, melengkapi barang-barang inventaris berupa bangku, kursi, pengeras suara dan lain-lain tanpa bergantung pada induk Paroki St. Agustinus. Sebagai Stasi hanya sekali-sekali dilibatkan tugas tata-laksana atau rapat pleno di Paroki yang akhirnya menginginkan adanya gedung gereja sendiri dan ditingkatkan menjadi Paroki.  Keinginan ini selaras dengan rencana PT Bumi Serpong Damai (BSD) dan Keuskupan Agung Jakarta dengan penghibahan tanah untuk lahan gereja seluas 3.407 m2 yang ditandatangani pada tanggal 25 Januari 1990.

Agar aktiviitas dan misa mingguan dapat diselenggarakan di BSD, maka sebelum membangun gedung gereja perlu membangun aula atau gedung serba-guna lebih dahulu yang relatif cepat dan pendanaan ringan. Dibentuklah Panitia Pembangunan Gedung Serba-guna atau PPGS yang diketuai Vincensius da Silva. Gedung Serbaguna terbangun dan misa perdana dapat diselenggarakan pada tanggal