DOKTRIN ALLAH
: Theologyoleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
THE EXISTENCE OF GOD
(KEBERADAAN ALLAH)
I) Penyangkalan terhadap keberadaan Allah.
1) Practical Atheist / Atheis praktis.
Ini adalah orang yang sekalipun sebetulnya percaya bahwa Allah itu ada, tetapi hidup seakan-akan Allah tidak ada (bdk. Ro 1:21). Mereka tidak berbakti kepada Allah ataupun memuliakan Allah, sebaliknya mereka hidup untuk dunia dan dirinya sendiri. Di dalam gerejapun ada banyak orang yang hidup seakan-akan Allah tidak ada, dan makin mendekati akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya, makin banyak orang ‘kristen’ yang seperti ini! Bdk. 2Tim 3:1-5 Tit 1:16.
2) Theoretical Atheist / Atheis teoritis.
Ini adalah atheisme yang bersifat intelektual dan berusaha untuk membe-narkan pernyataan bahwa Allah itu tidak ada dengan menggunakan argu-mentasi yang bersifat rasionil. Biasanya ketidakmampuan mereka dalam membuktikan keberadaan Allah dijadikan bukti rasionil bahwa Allah tidak ada. Karena itu ada seseorang yang mengatakan:
"An atheist is a man who looks through a telescope and tries to explain what he can’t see" (= Seorang atheis adalah seorang yang melihat melalui sebuah teleskop dan mencoba menjelaskan apa yang tidak bisa ia lihat).
Contoh: Yuri Gagarin pergi ke ruang angkasa dan tidak melihat Allah, lalu berkata Allah tidak ada.
Ada beberapa macam atheis teoritis:
a) Dogmatic atheist / atheis dogmatis.
Ini adalah orang yang secara terang-terangan menyangkal adanya Allah atau sesuatu makhluk yang bersifat ilahi.
Ini adalah atheis yang sejati / sungguh-sungguh.
b) Sceptical atheist / atheis skeptis.
Ini adalah orang yang meragukan kemampuan pikiran manusia untuk menentukan ada atau tidaknya Allah.
c) Critical atheist / atheis kritis.
Ini adalah orang yang beranggapan bahwa tidak ada bukti yang sah tentang keberadaan Allah.
Sekarang perlu dipersoalkan: adakah orang yang betul-betul atheis (dogmatic atheist)?
1) Ro 1:19-20 menunjukkan bahwa Allah menanamkan dalam diri setiap orang suatu perasaan tentang keberadaannya.
Tetapi Ro 1:19-20 versi Kitab Suci Indonesia salah / kurang tepat ter-jemahannya, dan karena itu saya memberikan Ro 1:19-20 versi NASB di bawah ini.
Ro 1:19-20 (NASB): "because that which is known about God is evident within them; for God made it evident to them. For since the creation of the world His invisible attributes, His eternal power and divine nature, have been clearly seen, being understood through what has been made, so that they are without excuse" (= karena apa yang diketahui tentang Allah nyata di dalam mereka; karena Allah telah membuatnya nyata bagi mereka. Karena sejak penciptaan dunia / alam semesta, sifat-sifatNya yang tak terlihat, kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, telah terlihat dengan jelas, dimengerti melalui apa yang telah diciptakan, sehingga mereka tidak mempunyai alasan).
Ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang terlahir sebagai atheist. Ide / pemikiran tentang adanya Allah adalah sesuatu yang bersifat universal, dan bahkan ada di antara suku-suku yang bersifat primitif / biadab.
Calvin berkata: "A sense of deity is inscribed on every heart" [= perasaan tentang adanya Allah dituliskan pada setiap hati].
2) Manusia berusaha menekan perasaan yang mengatakan bahwa Allah itu ada (Maz 10:4b Maz 14:1 Maz 53:2).
Keadaan manusia yang rusak / sesat secara moral dan keinginan manusia untuk menghindari Allah menyebabkan ia membutakan dirinya dengan sengaja dan menekan naluri yang paling dasari dari ma-nusia dan yang merupakan kebutuhan rohani yang terdalam (bdk. Yoh 3:19-20).
Seseorang mengatakan: "Fervid atheism is usually a screen for repressed religion" (= atheisme yang sungguh-sungguh biasanya merupakan layar dari agama yang ditekan).
Seseorang lain mengatakan: "Atheists put on a false courage in the midst of their darkness and misappprehensions, like children who, when they fear to go in the dark, will sing or whistle to keep up their courage" (= Orang atheis mengenakan / mengadakan suatu keberanian yang palsu di tengah-tengah kegelapan dan kesalahmengertian mereka, seperti anak-anak yang pada waktu takut berjalan dalam kegelapan, lalu menyanyi atau bersiul untuk membangkitkan keberanian mereka).
Ini mirip seperti orang yang takut mati, lalu tidak mau bicara tentang mati.
3) Bisakah mereka berhasil?
a) Ada yang berkata bisa.
Louis Berkhof: "Surely, there can be no doubt about the presence of theoretical atheists in the world. When David Hume expressed doubt as to the existence of a dogmatic atheist, Baron d’Holback replied: ‘My dear sir, you are at this moment sitting at table with seventeenth such persons’" (= Jelas, tidak ada keraguan tentang adanya atheis teoretis dalam dunia ini. Ketika David Hume menyatakan keragu-raguannya tentang adanya atheis dogmatis, Baron d’Holback menjawab: ‘Tuan, saat ini engkau sedang duduk dengan 17 orang seperti itu’) - ‘Systematic Theology’, hal 23.
b) Kebanyakan berkata tidak bisa.
"... the Bible never makes any attempt to prove the existence of God but assumes this; and it presupposes all along that man has an ineradicable idea of that existence" (= Alkitab tidak pernah berusaha untuk membuktikan keberadaan Allah tetapi menganggap bahwa Allah ada; dan Alkitab menganggap bahwa manusia mempunyai idee yang tidak dapat dihilangkan tentang keberadaan Allah itu) - ‘The Doctrine of God’, hal 14.
"Atheism is rather in the lip than in the heart of man" (= Atheisme lebih ada di bibir dari pada dalam hati manusia).
"In agony or danger, no nature is atheist. The mind that knows not what to fly to, flies to God" (= Dalam penderitaan yang hebat atau bahaya, tidak ada manusia yang atheis. Pikiran yang tidak tahu harus lari kemana, akan lari kepada Allah).
"An atheist is one who prays when he can think of no other way out of his trouble" (= Seorang atheis adalah orang yang berdoa pada waktu ia tidak bisa memikirkan jalan keluar dari problemnya).
"Some are atheists by neglect; others are so by affectation; they that think there is no God at some times do not think so at all times" (= Beberapa orang adalah atheis karena pengabaian; yang lain adalah demikian karena pura-pura; mereka yang pada satu saat berpikir bahwa tidak ada Allah tidak selalu berpikir demikian).
"By night, an atheist half believes in God" (= pada malam hari, seorang atheis setengah percaya kepada Allah).
"All atheists are rascals, and all rascals are atheist" (= semua atheis adalah bajingan, dan semua bajingan adalah atheis).
Karena itu kata-kata mereka tidak bisa dipercaya!
II) Bukti-bukti rasionil tentang adanya Allah.
1) Ontological Argument (Anselm, Descartes, Samuel Clarke).
Anselm berkata bahwa manusia mempunyai idee tentang sesuatu makhluk yang sempurna secara mutlak. Keberadaan adalah sifat dari kesempurnaan, dan karena itu makhluk yang sempurna secara mutlak itu pasti ada.
Keberatan:
Kita tidak bisa menyimpulkan pikiran yang abstrak menjadi keberadaan yang nyata. Fakta bahwa kita mempunyai ide / gagasan / pemikiran tentang Allah belum / tidak membuktikan keberadaanNya secara obyektif.
2) Cosmological Argument.
Setiap benda yang ada di dunia ini pasti mempunyai penyebab (cause), dan karena itu alam semesta ini pasti juga mempunyai penyebab, dan penyebab itu pastilah tidak terbatas besarnya, yaitu Allah.
Illustrasi:
Keberatan:
Kant berkata bahwa kalau setiap benda yang ada mempunyai penyebab, maka hal itu juga harus berlaku bagi Allah.
3) Teleological Argument.
Dalam dunia / alam semesta kita melihat adanya intelligence / kecer-dasan, keteraturan, keharmonisan, dan tujuan.
Misalnya:
Semua ini menyatakan secara tidak langsung keberadaan dari suatu makhluk yang mempunyai intelligence untuk menciptakan dunia / alam semesta yang seperti itu.
Illustrasi: adanya arloji menunjukkan pembuatnya mempunyai intelligence.
Keberatan:
Kant berkata bahwa adanya tujuan dan intelligence / kecerdasan di dunia ini menunjukkan adanya suatu makhluk yang mempunyai intelligence dan tujuan. Tetapi itu tidak / belum menunjukkan bahwa makhluk itu adalah Allah / Pencipta.
Seorang lain berkata: Teleological Argument ini hanya menunjukkan adanya suatu pikiran / mind yang mengontrol dunia / alam semesta.
4) Moral Argument.
a) Suara hati / hati nurani yang bisa membedakan baik dan jahat menun-jukkan adanya suatu hukum moral dalam hati, dan ini secara tidak langsung menunjukkan adanya seorang Pemberi Hukum, dan Pemberi hukum ini adalah Allah.
b) Adanya ketidakadilan dalam dunia ini, adanya banyak dosa yang tidak dihukum, adanya orang-orang saleh yang menderita dan orang-orang jahat yang hidup enak di dunia ini, menuntut / membutuhkan penga-dilan. Secara tidak langsung ini menunjukkan akan adanya seorang Hakim yang benar, yaitu Allah.
Keberatan:
Sekalipun argumentasi ini menunjukkan keberadaan ‘seseorang’ yang suci dan adil, tetapi tidak bisa menunjukkan adanya Allah, pencipta, atau makhluk yang sempurna secara mutlak.
5) Historical / Ethnological Argument.
Semua manusia mempunyai naluri tentang adanya sesuatu yang ilahi. Karena hal itu bersifat universal, maka itu pasti merupakan sesuatu yang bersifat dasari pada manusia. Dan kalau sifat dasar manusia itu mem-bawa manusia pada penyembahan yang bersifat agama, maka pastilah ada suatu makhluk yang lebih tinggi yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang religius. Makhluk yang lebih tinggi itu adalah Allah.
Keberatan:
Kesimpulan dan evaluasi:
a) Tidak satupun dari argumentasi tersebut di atas yang bisa memberi bukti yang meyakinkan tentang adanya Allah.
b) Sekalipun demikian, argumentasi-argumentasi tersebut mungkin bisa ber-guna untuk orang-orang tertentu.
Ingat bahwa yang bisa memberi keberatan adalah ahli-ahli filsafat, yang semuanya ‘gila’.
Contoh ke‘gila’an ahli filsafat: Saya pernah mendengar cerita tentang Aristotle dan temannya, yang sebut saja bernama si A. Suatu hari Aristotle pergi ke rumah temannya. Dari jendela Aristotle sudah melihat bahwa si A ada di rumah. Lalu ia mengetok pintu dan seorang pembantu muncul. Aristotle bertanya: ‘Si A ada?’. Pembantu masuk sebentar lalu keluar lagi dan berkata: ‘Si A tidak ada’. Aristotle merasa dibohongi, tetapi ia diam saja dan pergi. Suatu hari Si A pergi ke rumah Aristotle, dan setelah mengetok pintu ternyata Aristotle sendiri yang membukakan pintunya. Si A langsung menyapa ‘Hai Aristotle!’. Aristotle menjawab: ‘O kamu mencari Aristotle? Aristotle tidak ada!’. Temannya menjadi marah, tetapi Aristotle lalu menjawab: ‘Pada waktu aku pergi ke rumahmu, pembantumu mengatakan kamu tidak ada dan aku percaya kepadanya. Bagaimana mungkin sekarang kamu tidak percaya bahwa aku tidak ada, padahal bukan pembantuku, melainkan aku sendiri yang mengatakan hal itu kepadamu’.
Sekarang pikirkan: gila atau tidak?
Seorang mengatakan:
"Philosophers are people who talk about something they don’t understand and make you think it is your fault!" (= Ahli-ahli filsafat adalah orang-orang yang berbicara tentang sesuatu yang tidak mereka mengerti dan membuat kamu berpikir bahwa itu adalah kesalahanmu!).
c) Orang kristen tidak membutuhkan argumentasi-argumentasi tersebut.
Keyakinan akan adanya Allah didasarkan pada pernyataan Allah dalam Kitab Suci.
d) Orang yang mau percaya akan adanya Allah dengan adanya bukti yang rasionil adalah orang yang tidak menerima wibawa Kitab Suci.
email us at :
gkri_exodus@mailcity.com