Selasa, 29 September 1998

Pernyataan Gaffar Baba Mendapat Reaksi Keras

Jakarta, Kompas

Menteri Penerangan Muhammad Yunus menilai, kondisi kebebasan pers di
Indonesia dan Malaysia memang sangat berbeda, karena itu ia menganggap,
pers Indonesia tetap berhak mengungkapkan informasi tentang Malaysia,
sejauh informasi itu faktual dan benar. Penilaian itu dikemukakan Menpen
hari Senin (28/9) seusai memberikan pengarahan pada pembukaan Forum
Orientasi Wartawan Koordinat Deppen di Jakarta.

Sementara itu, Des Alwi dalam perbincangannya dengan Kompas di Jakarta,
mengecam pernyataan mantan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia Tun Abdul
Ghaffar Baba, yang dinilainya, sangat kasar dan tutur bahasanya kurang
berbudaya. Des Alwi adalah salah seorang tokoh kunci dalam pemulihan
hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia tahun 1966, serta mengenal dan
dikenal baik tokoh-tokoh berpengaruh di Malaysia.

Reaksi di atas muncul menyusul pernyataan Baba dalam jumpa pers hari Minggu
(27/9) di Jakarta, yang mengecam pers Indonesia yang dinilainya membela
mantan Wakil PM Malaysia Anwar Ibrahim. Dia juga mengatakan, kalau rakyat
Indonesia menghendaki figur seperti Anwar," Ambil saja dia, jadikan dia
pemimpin kalian. Barangkali dia memang cocok sebagai pemimpin Indonesia,
karena di Indonesia orang yang terlibat homoseks tidak melanggar hukum."
(Kompas, 28 September 1998)

Reaksi keras terhadap pernyataan Ghaffar Baba juga datang dari kalangan
pers Indonesia dan Komisi I DPR. Mereka menuntut Baba meminta maaf kepada
pers Indonesia.

Tak benar

Des Alwi mengatakan, tuduhan yang ditimpakan Gaffar kepada Anwar Ibrahim
sama sekali tidak benar. Ia sangat lemah dalam menjelaskan situasi
sebenarnya," ungkap Des, yang menyebut intelektualitas Baba rendah.
 Des Alwi                              ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
juga menguraikan buruknya citra Baba di dunia bisnis.

Pernyataannya Gaffar Baba dalam jumpa pers di Hotel Shangli-La, Jakarta,
Minggu (27/9) itu dinilai banyak pihak sebagai sangat merendahkan pers dan
menyinggung perasaan bangsa Indonesia.

"Ini menyinggung martabat bangsa Indonesia. Sepantasnya dia tidak
melontarkan ucapan itu," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Farida Syamsi
Chadaria.

"Dia harus minta maaf kepada pers Indonesia. Ucapannya harus dicabut,"
tegas Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sofyan Lubis.

Sementara anggota Komisi I Yasril Ananta Baharuddin menyatakan bahwa meski
ucapan Baba disampaikan sebagai individu, namun hal itu merupakan
intervensi pihak luar terhadap sikap wartawan Indonesia. "Substansi
pembicaraannya sangat mengganggu," ujarnya.

Ketua Umum PWI Pusat Sofyan Lubis menegaskan, pers Indonesia membela
demokrasi dan reformasi. "Jadi tidak ada urusan dengan Anwar Ibrahim. Ini
harus dipahami," tegasnya.

Sementara itu, Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI)
meminta agar utusan Malaysia, Gaffar Baba, dipulangkan ke negaranya. Ketua
Pelaksana Harian KISDI, Sumargono SE, seperti dikutip Antara, mengatakan,
ia telah melakukan konfirmasi dengan staf kedutaan bahwa delegasi yang ia
bawa akan diterima oleh Dubes Malaysia, Selasa ini (29/9), pukul 10.00 WIB.
(gg/ely)