IndoProtest IndoProtest

From: "ipul99" ipul99@indosat.net.id
Subject: Indonesia-Semanggi, Black Friday, witness story
Date: Mon, 16 Nov 1998 01:18:48 +0700

Semanggi, Black Friday November 13 1998

Yth,

Saya merupakan satu dari sekian banyak orang yang menyaksikan langsung peristiwa penembakan serdadu abri terhadap para mahasiswa di depan kampus Unika Atma Jaya Semanggi Jl Jend. Sudirman.

Saya datang ke sekitar lokasi kejadian pukul 20.15 WIB dan berdiri di pinggir jalan masuk ke arah Rumah Sakit Jakarta. Para serdadu berada di depan kampus (sekitar 50-100 meter dari tempat saya berdiri) membentuk barisan sangat rapat. Dari tempat saya berdiri saya dapat melihat bahwa di belakang barisan serdadu masih terdapat serdadu lain yang meyakini saya bahwa barisan para serdadu berlapis-lapis. Para serdadu memegang perisai anti huru hara dan senjata api di depan dada.

Para mahasiswa yang menggunakan jaket-jaket almamater berdiri di depan para serdadu dalam jarak yang saya taksir kurang dari 5 meter, dalam barisan panjang ke belakang. Sebagian dari para mahasiswa memegang bendera dan hampir seluruhnya menggendong tas ransel kecil. Akibat barisan yang sangat rapat, di dalam kampus terdapat pula mahasiswa yang selalu menyiramkan air kepada rekan-rekan mereka yang berdiri di depan para serdadu untuk mendinginkan udara. Sementara massa yang terdiri dari rakyat berdiri di pinggir jalan di sekitar mahasiswa, di sisi jalur jalan arah sebaliknya dan di belakang barisan mahasiswa. Massa terlihat bersikap menunggu dan menonton, ada yang terus berdiri, duduk di trotoar jalan atau duduk di atas sepeda motor.

Suasana pada saat itu masih tenang, tidak terlihat ada pelemparan batu atau gelas air mineral dari kedua pihak, sesekali saya mendengar para mahasiswa menyanyi, bertepuk tangan, melambaikan bendera dan mengepalkan tangan ke atas sebagai tanda semangat. Penerangan yang ada membuat saya dapat melihat cukup jelas walaupun tidak seluruh lampu jalan dalam keadaan menyala.

Kurang lebih pada pukul 20.40 WIB, dari arah Jl Casablanca muncul barisan mahasiswa yang terdiri dari Keluarga Besar Universitas Indonesia (KBUI) dengan lambaian benderanya, dan mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Mereka berhenti tepat di depan saya. Hingga saat itu saya melihat ke arah serdadu dan mahasiswa yang berada di depannya, tidak terlihat atau terdengar suara-suara atau gerakan-gerakan yang menandakan akan dimulainya suatu bentrokan.

Sementara para mahasiswa KBUI sedang bersiap-siap memperbaiki keadaan barisannya, dan menutupi muka dengan sapu tangan yang dibasahi air, tiba-tiba saya melihat mahasiswa yang berdiri di depan para serdadu mundur ke belakang diikuti gerakan rakyat yang sama. Bersamaan dengan itu saya juga mendengar letusan-letusan dalam frekuensi yang panjang, bersahut-sahutan dan bising. THE ARMY OPEN FIRE!!!!!!!!!!!!!

Saya tertegun memandangi serdadu yang secara tiba-tiba sudah berada di tengah-tengah trotoar jalan dalam jarak sekitar 10-20 meter dari tempat saya berdiri, dan membidikkan senjatanya ke arah horizontal.

KBUI dan barisannya tetap berada di tempat, dan mereka memilih duduk daripada lari menghindar. Melihat kenyataan bahwa para serdadu ternyata menyerbu para mahasiswa dan berusaha maju lebih jauh lagi, saya segera melompati pagar gedung Central Plaza dan lari ke belakang ke arah bangunan parkir. Situasi sangat kacau, di sekeliling saya mahasiswa bercampur dengan rakyat berlari-larian dalam keadaan panik berteriak-teriak, berhamburan mencari tempat berlindung. Saya segera naik ke lantai atas dan berusaha menenangkan diri dengan merokok. Letusan-letusan terus terdengar dari arah kanan gedung, rupanya para serdadu terus maju, tidak berusaha mundur sama sekali!

Di tengah-tengah hiruk pikuk suara mahasiswa dan rakyat, beberapa saat kemudian saya mendengar suara sirine ambulance yang bersahut-sahutan, terlihat banyak ambulance yang berasal dari berbagai rumah sakit keluar masuk Rumah Sakit Jakarta (di sebelah bangunan parkir tempat saya berlindung). Tidak terlihat satupun ambulance yang berasal dari rumah sakit serdadu!

Saya bertanya kepada seorang mahasiswa UI yang saya temui, apa yang terjadi dengan barisan KBUI yang duduk di jalan, dan mendapat jawaban bahwa tidak ada seorangpun mahasiswa yang masih ada di jalan. Semuanya lari berhamburan dengan panik.

Kemudian saya naik satu lantai ke atas dan mendapati seorang mahasiswa STEI Rawamangun tergeletak di lantai dengan luka di pipi kiri yang ditutupi kapas berdarah (ia tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi kecuali mengeluh sakit kepala dan tidak kuat berdiri). Saya mencari kawan-kawannya yang segera datang dan memapah rekannya turun ke bawah. Saya terus naik dan mendapati satu lantai yang sebagiannya terdapat pakaian para serdadu yang sedang dijemur, saya menduga bahwa di lantai tersebut dijadikan tempat menginap oleh para serdadu namun saya tidak menemui seorangpun yang bertampang serdadu.

Dari lantai tersebut saya dapat melihat jelas Jl Jend Sudirman dan RS Jakarta.

Letusan senjata masih terus terdengar, diselingi dengan suara keras yang saya duga merupakan granat gas air mata (angin bertiup ke arah saya dan entah berapa kali saya menutupi mata dengan sapu tangan karena terasa perih dan pedas, tenggorokan sakit dan agak sulit menelan, ditambah dengan bersin-bersin), suara sirine ambulance tidak berhenti, dan teriakan lantang mahasiswa dan rakyat dengan nada yang terdengar sangat marah, "ABRI PKI ; ABRI PEMBUNUH ; ABRI BANGSAT"

Keadaan RS Jakarta sangat kacau, hilir mudik ambulance keluar masuk (dan banyak mobil pribadi yang ditempeli lambang Palang Merah juga hilir mudik), kumpulan mahasiswa yang berkumpul menjadi satu, mahasiswi yang berlindung di bahu rekan-rekan mahasiswa sementara rekannya terlihat berusaha keras menenangkannya, petugas-petugas palang merah dan para volunteer yang hilir mudik membawa tandu dan korban, dan sekumpulan mahasiswa yang mencoba untuk tenang dan memilih melewatkan waktu dengan memakan nasi bungkus, menjadi pemandangan yang luar biasa. Sekalipun demikian, para mahasiswa terlihat tetap tabah dan tawakkal (ada seorang mahasiswa yang bertanya kepada saya dimana letak mesjid di sekitar bangunan parkir tersebut)

Saya mengarahkan pandangan ke Jl Jend Sudirman, terlihat sepi, rupanya serdadu belum memutuskan untuk kembali ke jembatan Semanggi, suara letusan masih terus terdengar dalam frekuensi yang agak berkurang.

Beberapa saat kemudian saya melihat mahasiswa yang berada di dalam kampus Unika Atmajaya keluar dari kampus dan melempar bola api ke arah jalan, rupanya serdadu telah memutuskan untuk kembali. Lemparan bola api (yang hanya sekali terdengar & terlihat meledak) disambut serdadu dengan menembak langsung ke arah mahasiswa, bukan hanya itu, serdadupun terlihat berlari ke arah kampus sambil tetap mengarahkan senjatanya secara horizontal, saat itupun frekuensi letusan kembali meninggi dan bersahut-sahutan.

Untunglah hal itu tidak berlangsung lama, mahasiswa tidak terlihat lagi ke luar kampus.

Saat itu saya didatangi petugas keamanan gedung yang memberitahukan bahwa semua yang berada di gedung akan dievakuasi ke RS Jakarta. Saya segera turun.

Di depan pintu masuk RS Jakarta saya membeli minuman botol dan menikmatinya sambil duduk. Terlihat para mahasiswa sedang berusaha mengumpulkan rekan-rekannya, pimpinan rombongan mendiskusikan tindakan-tindakan yang akan ditempuh, mahasiswi dengan pandangan kosong dan letih, mahasiswa yang terlihat putus asa dan rakyat yang duduk /berdiri sambil mengobrol. Saat itu pukul 22.20 WIB, letusan senjata tidak terdengar lagi.

Sesuai perhitungan saya, para serdadu melepaskan tembakan terus menerus selama ± 1 jam 20 menit. Hal ini didukung oleh seseorang yang duduk di samping saya yang menyatakan bahwa penembakan dimulai pukul 21.00 WIB tepat.

Pada pukul 01.30 WIB dinihari, saya berbincang-bincang dengan seorang mahasiswi yang menjadi petugas volunteer palang merah, dia menceritakan kepada saya bahwa seorang mahasiswa yang ditolongnya agaknya telah meninggal dunia akibat terkena tembakan di bagian leher serta rahangnya yang luka (saya menduga mahasiswa tersebut ditembak dari belakang, mengenai bagian leher dan tembus hingga ke rahang), sementara rekan mahasiswa tersebut yang duduk di sampingnya tidak mempercayai keadaan temannya dan menangis terisak-isak. (Sri Bintang Pamungkas yang datang sebelumnya juga dikabarkan menangis melihat keadaan para mahasiswa).

Setiap kali lagu Gugur Bunga diperdengarkan di radio, banyak di antara para mahasiswa yang menangis sementara sebagian lagi meminta agar Wiranto dicopot dari jabatannya dan digantung.

Saat itu para serdadu masih membentuk blokade rapat di bawah jembatan Semanggi, dihadapi oleh ratusan mahasiswa yang marah, namun hingga beberapa saat tidak terjadi insiden berarti.

Bapak-bapak serdadu yang kabarnya sangat profesional dan gagah berani terhadap musuh,

MENGAPA ANDA MENEMBAKI MAHASISWA YANG TIDAK BERSENJATA DAN TIDAK MELAKUKAN TINDAKAN PROVOKASI YANG MENGANCAM???

MENGAPA ANDA TEGA MEMBUNUH DAN MEMBANTAI MEREKA SEOLAH-OLAH MEREKA ADALAH HEWAN???

Bapak-bapak serdadu yang kabarnya sangat profesional dan gagah berani terhadap musuh,

Anda akan dimintakan pertanggung jawaban perbuatan anda di dunia dan di akhirat.

(send comments to ipul99@indosat.net.id or youthanasia00@hotmail.com

Home

IndoProtest - https://members.tripod.com/~indoprotest