Magandiya adalah seorang gadis yang sangat cantik,
sehingga banyak pria kaya yang ingin menikahinya. Orang tua si gadis
selalu menolak para pelamar tersebut karena menganggap mereka tidak cukup
pantas bagi putrinya, bahkan ketika si orang tua gadis itu menemukan seorang
laki-laki yang pantas baginya, si gadis menolak untuk menikahi siapapun
kecuali seorang raja. Magandiya telah memutuskan untuk menggunakan kecantikannya
untuk menikah dengan kekayaan.
Suatu hari, ketika Sang Buddha sedang memantau dunia (dengan mata batinNya), Beliau melihat bahwa batin orang tua Magandiya telah berkembang secara spiritual. yang dibutuhkan adalah satu pernyataan dari Beliau untuk membuka mata mereka terhadap Kesunyataan. Sang Buddha pergi ke tempat di mana Brahmana tersebut sedang membuat upacara pengorbanan untuk dewa api di luar desanya.
Ketika ayah Magandiya melihat Sang Buddha datang,
dia begitu tertegun dengan keindahan fisik Sang Buddha, ketenangan serta
keanggunanNya. Tidak ada yang lebih baik dari pada orang ini untuk dinikahkan
kepada putriku, pikir sang Brahmana.
“Jangan pergi dulu, wahai pertapa”, kata dia, “tinggallah
di sini sampai aku membawa putriku menemuimu. Engkau adalah pasangan yang
ideal baginya, dan juga sebaliknya. Sang Buddha tidak berkata-kata dan
tetap diam, sebagai gantinya Beliau menandai jejak kakinya di tanah dan
kemudian pergi. Dengan sangat gembira sang Brahmana menyampaikan berita
tersebut kepada istrinya. “Cepat dandani putri kita, sayangku. Aku telah
menemukan seorang laki-laki yang pantas bagi putri kita”. Ketika ketiga
orang tersebut tiba di tempat tadi, Sang Buddha sudah tidak kelihatan.
Mereka hanya mendapati jejak kakiNya. Sang istri, yang sudah biasa dengan
tanda-tanda, membaca jejak kaki tersebut, dan berkata “Saya pikir, ini
bukanlah jejak kaki dari orang yang mau menikahi putri kita, jejak ini
adalah milik dari seseorang yang telah melepaskan kesenangan duniawi”.
“Lagi-lagi kamu dan tanda-tandamu itu. Kamu melihat buaya-buaya di dalam pot air, dan perampok-perampok di tengah rumah. Lihat, itu Dia sedang duduk di bawah pohon. Sayangku, pernahkah kamu melihat seseorang yang begitu mengagumkan penampilannya ?! Kemarilah, putriku. Kali ini pelamarmu demikian sempurna, di mana kamu tak dapat menemukan kekurangannya”.
Mendengar hal ini, Sang Brahmana dan istrinya langsung mengerti bahwa kehidupan duniawi adalah menyedihkan dan bukan sesuatu yang pantas untuk dilekati, tak peduli bagaimana menarik atau indah penampilannya. Saat itu juga, mereka berdua mencapai tingkat Anagami, yaitu tingkat kesucian yang ketiga. Tapi malangnya, Magandiya yang sombong, yang batinnya belum berkembang secara spiritual, tidak dapat mengerti arti yang sesungguhnya dari kata-kata ini. Ia mengira Sang Buddha menghina kecantikannya. “Bagaimana bisa Pertapa ini menghinaku, sementara begitu banyak laki-laki yang takluk kepada kecantikanku pada pandangan pertama. Meskipun jika ia tidak ingin menikahiku, ia tidak seharusnya mengatakan bahwa tubuhku ini penuh dengan kekotoran”. Sambil mengepalkan kedua telapak tangannya, ia menggeram di sela-sela nafasnya, “Kamu tunggu saja, hai pertapa. Bilamana aku menikah dengan seorang suami yang berkuasa, aku akan membalas semua ini”.
Singkat cerita, Magandiya kemudian menikah dengan
raja dari negeri Udena. Ketika ia mendengar bahwa Sang Buddha telah memasuki
kota tersebut, kebenciannya terhadap Sang Buddha muncul kembali. Lalu ia
menyogok dan menghasut orang-orang untuk menghina Sang Buddha dan untuk
mengusir Beliau. Ananda, yang sedang bersama Sang Buddha, tidak ingin berdiam
di sana dan menerima hinaan-hinaan tersbut, tetapi Sang Buddha menasihatinya
untuk mempraktikkan toleransi dan kesabaran. Sang Buddha berkata, “Seperti
seekor gajah di medan perang yang sanggup menahan anak-anak panah yang
dilepaskan dari busurnya, demikian juga Tathagata akan menahan cercaan
dari orang-orang yang tak beragama”. Sang Buddha berkata bahwa kata-kata
yang menyakitkan tersebut tak akan bertahan lama, karena adanya kekuatan
kesempurnaan yang dimiliki oleh Sang Buddha. Mereka akhirnya tetap tinggal
di Udena, dan semua cercaan tersebut berhenti dalam waktu yang singkat.