PILAR Copyright 1992 Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur


It Tito G Wiguno, MSA (PD III FT)

Keputusan ini sebagai langkah mengamankan

Pola dan konsep pembinaan Arsitek dan Sipil berbeda tapi mengapa kebijaksa- naannya disama-kan?

Ini mengarah pada kelembagaan TAA tingkat jurusan dan TAT tingkat fakultas kok, disamakan. Kita kembali pada kelembagaan, pembinaan kemahasiswaan hanya satu di fakultas, yaitu PD III, termasuk pembinaan jurusan, karena merupakan satu paket dan tidak dipisah-pisahkan. Di SK Rektor namanya adalah program OPSPEK untuk mahasiswa baru. Dari Universitas berangkai terus, jadi TAA dan TAT tidak dapat dipisahkan, itu satu rangkaian urut-urutan. Pertama ada OPSPEK universitas bersamaan P4 dilanjutkan OPSPEK fakultas dan jurusan. OPSPEK adalah program yang menerus dan kontinyu. Dalam pembinaan harus dimengerti bahwa pembinaan intra dan ekstra universiter tidak sama. Intra terkait erat dengan akademik, dosen, dan birokrasi yang ada. Kalau ekstra lebih bebas, tergantung senior-senior yang ‘ dipercaya.

Mengapa disebut OPSPEK bukan pembinaan?

OPSPEK adalah Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus, ini hanya untuk mahasiswa baru dan waktunya terbatas tergantung tiap fakultas dan jurusan. Kita mengenal di Fakultas Teknik, rangkaiannya adalah universitas bersamaan dengan P4 kemudian TAT, TAA-BIS tingkat jurusan dan ditutup dengan kemah. Itulah OPSPEK. Setelah itu mereka dilepas dan dianggap sudah siap mandiri. Kalau pembinaan bisa bermacam-macam. OPSPEK diadakan karena mereka baru lulus SMA dan masuk ke Perguruan Tinggi ; suasana, cara belajar, dan apa yang dituntut tidak sama itulah masa transisi. Tapi mahasiswa masih dibina sampai lulus.

Sejauh mana keterlibatan tim dosen dalam KAA ?

Kalau persisnya coba dilihat di SK-nya . Tim dosen diangkat settelah ada kasus TAT Karena kami dari pihak pembina mahasiswa kuatir dengan laporan-laporan yang masuk ke meja kami , kalao kami diam saja berarti kami tidak menerima laporan tersebut, dari arsitek pun ada kasus walaupun terjadinya di TAT. Karena itu kami bentuk tim dosen untuk mendampingi TAA-KAA, BIS-KAS. Keputusan ini diambil sebagai langkah untuk mengamankan karena kalau ditangani PD III sendiri tidak terpegang karena problemnya cukup kompleks. Dan kalau tidak ada langkah perbaikan, permasalahan yang disampaikan oleh orang tua seolah-olah tidak ditanggapi maka waktu itu timbul ide dalam bentuk mengamankan tapi kami tidak mengambil langkah itu, kami mengambil langkah membentuk tim dosen.

Menurut Bapak batasan-batasan KAA itu bagaimana ?

Kemah sudah berjalan dari tahun-tahunyang lalu, dengan adanya dosen kami tidak memutuskan tradisi yang ada dan PD III tidak mencampuri wewenang itu. Batasan-batasan itu diserahkan pada panitia dan tim dosen.

Sejauh mana porsi pembinaan di fakultas ?

Produk yang diharapkan dari pembinaan adalah timbulnya pimpinan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan mahasiswa itu sendiri yang berkualitas dan tidak hanya melihat pada diri sendiri tapi juga bisa membina teman-temannya.

Lalu apa kaitannya pembinaan di akademik ?

Saya kira cukup erat, artinya mahasiswa yang berprestasi di akademik jangan menjadi indivudualis, hanya pandai seperti menara gading dan terlepas dari masyarakat. Sebaliknya mahasiswa yang aktif jangan terlena dan lupa pada tujuan utamanya akademik. Jadi dua-duanya harus terpenuhi, itulah yang disebut sarjana paripurna. Banyak aktifis yang prestasi akademiknya payah, itu kita atasi bersama dengan dialog, jangan sampai kemahasiswaan menjadi pelarian.

Bagaimana pendapat Bapak bila pembinaan dihapus?

Tidak baik, karena kalau ini hilang Unpar akan menjadi universitas terbuka di mana orang datang hanya untuk kuliah, mendapat catatan lalu pulang. Kualitas kemahasiswaan diperbaiki. Ini kan generasi yang masih “fresh-fresh”-nya.

Sejauh mana Bapak mengetahui tentang sistem pembinaan di arsitek ?

Saya mendukung apa yang sudah ada; TM, Dekan Cup, Eksebisi Bursa, pembinaan lingkungan, dan pelatihan menggambar untuk masyarakat sekitar. Sistemnya sudah bagus. Kalau ada friksi dan sedikit benturan, kita jangan terlalu sensitif. (dw)


Click Here to Back