Majalah Farmaseutik Volume 2, (1998), Number: 3
Article 1. (number of pages: 10; original language: indonesian)
PENGARUH ALKOHOL TERHADAP EFEK ANTIPIRETIK PARASETAMOL
INFLUENCE OF ALCOHOL TO THE ANTIPYRETIC EFFECT OF PARACETAMOL
Mimiek Murrukmihadi
Laboratorium Kimia Fisika dan Biofarmasetika, Fakultas FarmasiUGM
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan alkohol
5%, 10%, 15% dan 20% terhadap efek antipiretik parasetamol pada mencit.
Besarnya intensitas efek antipiretik parasetamol dengan adanya pengaruh
alkohol ditunjukkan dengan besarnya penurunan suhu. Sedang durasi efek
antipiretik parasetamol dapat dilihat dari lamanya parasetamol berefek
menurunkan suhu sampai hilangnya efek penurunan suhu. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa alkohol 5% dan 10% menyebabkan penurunan intensitas dan
pemendekan durasi efek antipiretik parasetamol, sedangkan alkohol 15% dan
20% menunjukkan penambahan intensitas efek parasetamol tetapi tidak terjadi
pemendekan durasi efek parasetamol pada mencit.
Kata kunci: parasetamol, antipiretik, alkohol
ABSTRACT
The influence of alcohol concentration to the antipyretic effect
of paracetamol on mice has been performed. The effect was indicated by
diminution of body temperature, and the duration of that effect.
The alcohol used was 5%, 10%, 15% and 20% concentration, respectively.
The results showed that 5% and 10% concentration of alcohol caused intensity
diminution and shortened the duration effect of paracetamol, while
15% and 20% concentration of alcohol showed the raise of intensity
but not to shorten the duration effect of paracetamol
----------------------------------------------------
Article 2. (number of pages: 7; original language: english)
THE DISPOSITION OF CLOFIBRIC ACID AND ITS MAJOR METABOLITE IN THE RAT ISOLATED PERFUSED RAT LIVER
DISPOSISI DARI ASAM KLOFIBRATE DAN METABOLITNYA PADA PERFUSI ORGAN HATI TIKUS YANG TERISOLIASI
Chairun W*, AM Evans** and RL Nation**
* Fak. Farmasi UGM, ** Pharmacy fac., South Australia University
ABSTRAK
Metode HPLC dengan detektor UV telah digunakan untuk penelitian tentang
disposisi dari asam klofibrate dan metabolitnya pada perfusi dari preparasi
in situ organ hati tikus yang telah diisolasi.
Hati tikus jantan dari golongan Sprague Dawley (n=5) diperfusi dengan
larutan perfusi berupa larutan bufer Krebs-bikarbonate tanpa protein dan
eritrosit; secara “single pass”. Larutan perfusi tersebut mengandung 0,001
mM (0,2mg/L) asam klofibrate, diperfusikan kedalam hati tikus selama 60
menit. Konsentrasi dari asam klofibrate dan metabolitnya pada outflow dari
larutan perfusate, dan ekskresi melalui bile semuanya mencapai keadaan
tunak pada sekitar 15 menit setelah perfusi dimulai.
Pada kondisi tunak, rata-rata (+SD) rasio ekstraksi hati dari asam
klofibrate adalah 0.49+ 0.041 dengan klirens 14.58+ 1.230, merupakan
setengah dari kecepatan aliran perfusi (30mL/menit). Asam klofibrate glukuronat
merupakan metabolit utama dari asam klofibrate dengan rasio ekstraksi melalui
bile adalah 0.53 + 0.114.
Kata kunci: asam klofibrat, asam klofibrat glukoronat, metabolisme hepatik
ABSTACT
An investigation of the disposition of clofibric acid and its major
metabolite (clofibric acid glucuronide) in the in situ rat isolated
perfused liver preparation has been developed using a specific HPLC method.
Livers of male Sprague-Dawley rats (n=5) were perfused under single
pass condition with protein and erythrocyte-free perfusate, containing
0.001mM clofibric acid for up to 60 minutes. The concentration of clofibric
acid and its conjugate in outflow perfusate, and the biliary excretion
of clofibric acid glucuronide, all reached steady-state levels within 15minutes
after commencing perfusion.
At steady-state, the mean (+ SD) extraction ratio of clofibric acid
was 0.49+ 0.041 and clearance 14.58+ 1.230, at the middle of perfusate
flow rate (30mL/minutes). Clofibric acid glucuronide was recovered as main
metabolite with the biliary extraction ratio of 0.53 + 0.114.
key words: clofibric acid, clofibric acid glucuronide, isolated
perfused liver, hepatic
metabolism
----------------------------------------------------
Article 3. (number of pages: 7; original language: indonesian)
PENGARUH WAKTU PENGGUNAAN ALUMINIUM HIDROKSIDA TERHADAP BIOAVAILABILITAS TEOFILIN
THE EFFECT OF ALUMINIUM HYDROXIDE ADMINISTRATION TIME ON THE BIOAVAILABILITY OF THEOPHYLLINE
Tri Murti Andayani dan Suwaldi Martodihardjo
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Almunium hidroksida merupakan senyawa yang banyak digunakan sebagai
komponen dalam antasida. Aluminium hidroksida menetralkan asam klorida,
juga dapat mengikat sebagian asam klorida secara adsorptif. Disisi lain,
aluminium hidroksida dapat menyebabkan terjadinya interaksi, yaitu obat
yang diberikan dalam waktu bersamaan akan diadsorpsi dalam kadar tertent.
Hal ini dapat menyebabkan adsorpsi obat tersebut berkurang dan menurunkan
bioavailabilitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penggunaan
antasida terhadap bioavailabilitas teofilin. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan kelinci jantan. Uji dilakukan secara invivo dengan perlakuan
sebagai berikut : perlakuan I aluminium hidroksida 35 mg/kg BB diberikan
2 jam sebelum pemberian teofilin 25 mg/kg BB; perlakuan II aluminium hidroksida
35 mg/kg BB diberikan bersama dengan teofilin 25 mg/kg BB dan perlakuan
III aluminium hidroksida 35 mg/kg BB diberikan 2 jam sesudah pemberian
teofilin 25 mg/kg BB. Kadar teofilin ditentukan dengan menggunakan KCKT.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bioavailabilitas teofilin menurun
apabila antasida diberikan bersamaan dengan teofilin secara bermakna (P>0,05).
Pemberian antasida dengan selang waktu dua jam dengan pemberian teofilin
tidak menunjukan perbedaan bioavailabilitas teofilin yang bermakna (P<0,05)
dibandingkan dengan kontrol.
Kata kunci: aluminium hidroksida, teofilin, bioavailabilitas
ABSTRACT
Aluminium hydroxide is a compound that usually used as antacid.
It acts to neutralize and can adsorpt acid chloride. Moreover, it may also
adsorpt other drugs. Therefore aluminium hydroxide may decrease the bioavailability
of other drugs used concurrentky.
The objective of this experiment is to know the effect of antacid
administration time on the bioavailability of theophylline. The experiment
was carried out by using rabitts with three treatments. First, the administration
of aluminium hydroxide 35 mg/kg b/w was two hours before theophylline 25
mg/kg b/w. Second, the administration of the aluminium hydroxide 35 mg/kg
b/w simultaneously with theophylline 25 mg/kg b/w. Third, the administration
of the aluminium hydroxide 35 mg/kg b/w two hours after theophylline 25
mg/kg b/w. Theophylline concentrations in plasma were determined by HPLC.
The result showed that concomitant administration of theophylline and
aluminium hydroxide decreased the bioavailability of theophylline significantly.
Giving theophylline two hours before and after administration of aluminium
hydroxide, the bioavailability of theophylline decreased compare control,
althoug if was not significant.
Key words: aluminium hydroxyde, theophylline, bioavailability
----------------------------------------------
Article 4. (number of pages: 6; original language: indonesian)
PENGARUH HIDROFILISITAS EMULGATOR DAN JUMLAH MINYAK TERHADAP TEMPERATUR INVERSI SUATU EMULSI
INFLUENCE OF EMULGATOR HYDROPHYLICITY AND QUANTITY OF OIL USED TO THE INVERSION TEMPERATURE OF AN EMULSION
Marchaban
Fakultas Farmasi UGM
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh hidrofilisitas emulgator
dan jumlah minyak yang dipergunakan terhadap perubahan temperatur inversi.
Penelitian dilakukan dengan membuat emulsi yang mengandung minyak kental,
volpo-N3 dan volpo-N10 sebagai emulgator dan air. Setelah itu dengan menaikkan
temperaturnya sehingga terjadi pembalikan fase dari tipe emulsi a/m ke
m/a.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin hidrofil atau makin tinggi
harga HLB makin tinggi temperatur inversi emulsinya. Jumlah minyak yang
dipergunakan dalam emulsi ternyata menaikkan temperatur inversi, sedangkan
jumlah air tidak.
Kata kunci: parafin, temperatur inversi, emulsi, emulgator
ABSTRACT
The influence of emulgator hydrophylicity and quantity of oil
used to the inversion temperature have been performed by producing an emulsion
containing viscous liquid paraffin, volpo-N3, volpo-N10 and water and then
the inversion temperature was observed by raising the temperature until
inversion phase from w/o to o/w emulsion type was obtained.
The results showed that the higher the HLB value caused the higher
the inversion temperature. The quantity of oil used raised the inversion
temperature obviously, but not for the quantity of water.
-------------------------------------
Article 5. (number of pages: 10; original language: indonesian)
HASIL KRISTALISASI MUSILAGO AMILI UNTUK BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG
CRYSTALIZATION PRODUCT OF STARCH MUCILAGE FOR FILLER-BINDER OF DIRECT COMPRESSION TABLET
Sri Sulihtyowati Soebagyo dan Siti Oemi Alifah
Fakultas Farmasi UGM
ABSTRAK
Pembuatan tablet kempa langsung memerlukan
bahan pengisi-pengikat yang sifat alir dan kompresibilitasnya baik. Umumnya
sifat yang demikian dipunyai oleh bahan yang berukuran partikel besar.
Amilum biasanya digunakan sebagai bahan pengisi,
pengikat maupun panghancur terutama dalam pembuatan tablet secara granulasi
basah. Amilum merupakan partikel halus sehingga sukar mengalir dan sukar
dikempa, akibatnya tidak bisa digunakan sebagai bahan pengisi selaigus
bahan pengikat tablet kempa langsung.
Kristalisasi musilago amili dengan metanol,
atanol, propanol-2 maupun dengan tertier –butanol menghasilkan partikel
berukuran relatif besar dengan bentuk yang berbeda dengan amilum aslinya.
Partilel-partikel tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengisi-pengikat
tablet kempa langsung dengan obat berdosis rendah dan tinggi. Hasil kristalisasi
musilago amili dengan tertier-butanol berupa partikel yang relatif paling
baik kompresibilitasnya.
Kata kunci : kristalisasi, musilago amili, pengisi-pengikat,
tablet kempa langsung.
ABSTRACT
Production of direct compression tablet needs
a filler-binder that has good flow ability and compressibility. Generally
of such characteristics is possessed by the large particles.
Starch is usually used for filler, binder
and also for disintegration agent of tablet production especially in wet
granulation process. Particles of starch are very small, it is difficult
to flow and to be compressed into tablets. Consequently, starch can not
be used for filler-binder of direct compression tablet.
Crystallization of starch mucilage using methanol,
ethanol, propanol-2 and tertier butanol produced particles that were
large and has different shape compared to the original starch. These particles
can be used for filler-binder of direct compression tablet both with low
and high dose of drug. Crystallization of starch mucilage using tertier
butanol yielded the best compressible particles.
Key words : crystallization, starch mucilage, filler-binder,
direct compression tablet.