ANAK

Oleh: Renatha Savira Ridwansyah


Di Indonesia, pernah terjadi suatu kejadian yg spektakuler, yaitu seorang anak ingusan, tepatnya berumur sekitar 18 tahun. Ia membunuh kedua orang tuanya. kakak-kakanya secara sadis. masih tersisa memang seorang kakaknya yang tidak ikut terbunuh. ketika ia disidang,ia menjawab dengan santai dan tanpa rasa bersalah, katanya ia merasa tertekan selama ini dengan berlakuan kedua orang tuanya, dan juga kakaknya. ia berasal dari kelga yang berpendidikaayahnya mempunyai gelar Doktor, dan kakak-kakaknya adalah sarjana dangan nilai terbaik. ia merasa dituntut untuk menjadi orang idaman kedua orang tuanya. Ia tidak boleh bermain dengan kawan-kawannya, ia tidak boleh punya kawan wanita, singkatnya ia merasa masa remajanya begitu terisolir. Ia melihat kawan-kawannya dapat menghirup bebas udara dunia remaja, tapi ia sendiri tidak.  Sesungguhnya saya sendiri yakin bahwa apa yg diinginkan keluarga kepadanya adalah baik, tapi yang jadi permasalahan adalah bahwa penyampaiannya. Cara penyampaian yg sifatnya otoriter, tidak men ghargai pendapat dan gaya hidup anak. Di zaman sekarang seorang anak, sudah tidak dapat lagi ditegur dengan gaya yg keras, apalagi menggunakan alat seperti sapu, tongkat, cambuk atau kata-kata buruk lainnya.  

  Banyak hal ini terjadi di Indonesia, dan di negara lain, saya sebagai pengamat anak, merasa amat prihatin dengan hidup yg mereka lalui tersebut. Seharusnya mereka bermain, tertawa dan tidak ada rasa tertekan sedikitpun, hanya sayangnya , terkadang kita, sebagai orang dewasa, baik itu sebagai kakaknya, orang tuanya, pamannya selalu merasa  atau menyikapi mereka dengan pikiran dewasa, dengan bahasa dewasa, dengan gaya dewasa. Anak yg tidak mengerti bahasa rumit dipaksa menelan segala sesuatu dari orang dewasa tanpa ia paham atau diberi pengertian mengapa ia diperlakukan, ditegur, dimarahai seperti itu.   saya kira sesungguhnya mudah saja untuk mengatur, mendidik , memberi pelajaran bagi anak-anak. Pertama, masukilah dunia mereka, lalu bicara atau tegurlah mereka dengan gaya seolah-olah kita pun seorang anak, dan untuk itu kita harus mengerti bahasa anak. yang terakhir adalah tunjukilah cinta pada mereka dengan kelembutan dan kehalusan. anak tidak akan pernah paham jika cinta itu disampaikan dengan amarah dan tongkat yg melayang di tubuhnya. sampaikan kata hati kita  hingga benar-benar meresap ke dalam sanubarinya yg paling dalam sekali. secara tidak langsung kita pun mengajari mereka untuk merenung segala perbuatannya baik yang pantas maupun yang tidak pantas.   

  Tulisan ini memang terlalu sederhana, tetapi maknanya adalah berbicara tentang sosok generasi, dan ini menyangkut kehidupan di dunia ini pada masa yang akan datang....  

 Akan jadi apa nantinya, jika bocah-bocah dunia telah beranjak dewasa dan memimpin dunia ini  

 Semoga menjadi lebih baik, bahkan terbaik

  Tidak akan ada lagi peperangan...

  Tidak akan ada lagi kelaparan...


BALIK