TIGA SISTEM DALAM SHOLAT

(disalin dari buku "As-Salam fil Islam", edisi Indonesia Penerbit Al Wa'yu Al Islami tahun 1992)

 

Pada salah satu ceramah, saya pernah berkata gurau kepada para pendengar yang cukup mendapat sambutan. Saya mengatakan ; bahwa sholat dalam agama Islam yang kita lakukan lima kali sehari semalam tidak lain kecuali latihan harian dalam rangka melaksanakan sistem sosial ; yaitu suatu kegiatan yang mencakup kebaikan sistem komunis, demokrasi dan diktatoris.

Para pendengar terheran-heran, lalu mereka bertanya ; "mengapa ?". Saya jawab ; sesungguhnya sesuatu yang paling baik dalam sistem komunis menopang arti persamaan dan menghapus segala perbedaan sosial serta memerangi kebanggaan terhadap milik pribadi yang dapat menimbulkan jurang pemisah. Tidak ada yang berhasil menunjukkan sistem pemerintahan ini kecuali bentuk-bentuk yang dirasakan dan disadari oleh seorang Muslim ketika ia berada dalam masjid. Semenjak ia memasukinya, ia merasakan bahwa masjid itu hanya milik Allah, bukan milik salah seorang makhluq-Nya. Tidak ada perbedaan antara bangsawan dan gelandangan., besar maupun kecil, pemimpin maupun rakyat. Tidak ada pilih kasih dan diskriminasi sosial. Bila muadzin mengangkat suaranya ; "Qodqomatisholah-Qodqomatisholah", semuanya sama di belakang imam bagaikan bangunan yang kokoh dan kuat.

Tidak ada seorangpun yang ruku' sebelum imam ruku', tidak ada yang sujud sebelum imam sujud, tidak ada yang bergerak atau diam kecuali mengikuti imam. Ini adalah suatu sistem yang paling baik dalam sistem diktator.

Bersatu dan disiplin dalam kehendak dan bentuk, akan tetapi imam itu sendiri terikat dengan ketentuan sholat dan undang-undangnya. Bila salah atau keliru dalam bacaan atau gerak, bagi anak kecil, orang tua, ataupun wanita yang sholat di belakangnya mempunyai hak penuh untuk menegurnya. Dan, bagi imam, walau bagaimanapun kedudukannya, harus menerima petunjuk itu dan memperbaiki kesalahannya. Tidak ada dalam sistem demokrasi yang lebih menarik dari kebaikan-kebaikan ini. Kelebihan apa yang terdapat pada sistem-sistem itu atas Islam ? Sedangkan Islam telah mengumpulkan kebaikan ini, lalu menjauhkan semuanya dari keburukan.

"Seandainya (Al-Qur'an) datang dari selain Allah, tentu mereka mendapatkan perselisihan di dalamnya" (QS An Nisaa : 82)

Back to List of Articles" Page