Dari hp Ummu Itqon
Rasulullah saw biasanya menerima pendapat istri-istri beliau di saat bermusyawarah dengan mereka. Hal ini tentu saja bukan berarti Rasulullah tunduk pada pendapat seorang wanita. Dalam kisah perjanjian Hudaibiyah kita kenal ada dialog yang sangat penting antara Rasulullah dengan istri beliau, Ummu Salamah.
Pada saat itu Rasulullaah saw sedang gundah. Pasalnya para shahabat nabi merasa kecewa karena perjanjian Hudaibiyah dengan pihak Quraisy mereka anggap merugikan kaum muslimin. Akibat perjanjian itu Rasulullaah saw dan para sahabatnya tidak jadi berangkat haji, sementara saat musim haji telah tiba. Kekecewaan para sahabat membuat mereka agak lalai menerima perintah Rasulullaah saw untuk memotong hewan kurban. Mereka menjadi enggan melaksanakannya. Tentu saja hal ini membuat Rasulullaah saw gelisah. Maka Ummu Salamah menyampaikan pendapatnya. „Wahai Rasulullaah, mengapa baginda menjadi gundah. Lakukanlah pemotongan hewan kurban baginda sendiri. Kelak pada sahabat akan mengikuti", Kata Ummu Salamah.
Mendapat saran ini Rasulullaah saw bagaikan menemukan barang yang hilang. Beliau membenarkan pendapat Ummu Salamah dan segera melakukan penyembelihan hewan kurban seperti yang disarankan oleh istri beliau. Para sahabat pun kemusian mengikuti perbuatan Rasulullaah saw.
Rasulullaah saw sering berpuasa apabila di rumah Aisyah tidak sempat memasak apa-apa. Pernah suatu hari beliau bertanya kepada istrinya, „Wahai Khumairo (merah jambu) masak apakah Dinda hari ini ?" „Tidak ada apa pun ya Rasulullah," kata Aisyah. „Kalau begitu aku akan berpuasa," kata Rasulullah. Kisah dialog ini menjadi dasar bagi dibolehkannya berniat puasa di pagi hari sepanjang belum makan apa-apa sejak terbit fajar.
Demikianlah, hubungan Rasulullaah saw dengan istri beliau sangat harmonis. Perhatikanlah, bagaimana Rasulullaah saw memanggil istrinya dengan gelar yang mesra seperti khumairo (si merah jambu). Ini menunjukkan kemesraan Rasulullaah saw terhadap Aisyah. Bahkan sebutan Abu Bakar (yang artinya bapak Perawan) terhadap ayah Aisyah merupakan bagian kemesraan Rasulullaah saw kepada keluarga Aisyah.
Kendati ada beberapa istri Rasulullaah saw, sejarah mencatat bahwa hanya satu kali saja keluarga Rasulullaah saw bermasalah. Yaitu saat Hafsah membocorkan satu rahasia kepada istri Rasulullaah saw yang lain (Aisyah) kemudian peristiwa ini diketahui Rasulullaah saw pula, sehingga menimbulkan sedikit masalah dan turunnya ayat.
Peristiwa tersebut telah diselesaikan Allah dan diabadikan dalam Kitabullah surat At-Tahrim ayat 3 dan seterusnya. Kejadian ini tidak membawa dampak apa pun terhadap nabi maupun kaum muslimin di saat itu. Bahkan menjadi gambaran betapa Rasulullaah saw merupakan seorang nabi yang ma’shum hingga diproteksi Allah. Karena bila masalah rumah tangga saja diangkat di dalam kitab suci, bagaimana dalam masalah yang lebih berat ?
Kunci Keharmonisan
Salah satu kunci keharmonisan rumah tangga Islam adalah dialog yang intensif dan sehat antara suami dan istri. Dialog ini telah dicontohkan Rasulullaah saw pada banyak kesempatan. Hadits-hadits Rasulullaah saw yang diriwayatkan dari Aisyah dan Ummu Salamah umumnya berisi dialog tentang memahaman suatu hukum tertentu dari ajaran Islam.
Pada banyak keluarga muslim sekarang ini, suami istri sering kali kurang berdiaolog atau bermusyawarah di antara keduanya. Di antara mereka ada yang beralasan dengan kesibukan kerja, bisnis dan lain-lain. Bahkan, saking sibuknya, ada yang bertatap muka pun tidak sempat. Jika suami pergi pagi pulang malam, mereka hanya bertemu di malam hari saja. Boleh jadi kondisi suami istri telah sangat letih. Akibatnya tentu saja mereka tidak mampu berdialog satu dengan lainnya.
Dialog yang hambar biasanya mengakibatkan hubungan kemesraan menjadi berkurang. Bahkan tidak jarang kemesraan menjadi hilang, timbul ketegangan dan terjadilah perselisihan. Kalau sudah begini, kedua suami istri itu akan mengalami penderitaan. Sangat disayangkan apabila hubungan yang hambar seperti ini terjadi pada keluarga muslim yang dibangun dalam rangka beribadah kepada Allah.
Diperlukan pengertian yang mendalam dari kedua suami istri agar dialog dapat berjalan secara kontinyu dan menyenangkan. Suami istri hendaknya memiliki kesamaan persepsi tentang betapa pentingnya membangun hubungan harmonis antara keduanya.
Dalam rumah tangga Islam, hubungan harmonis memberi dampak yang sangat banyak, antara lain bahwa hubungan harmonis : 1. membahagiakan kedua pihak. Karena keduanya akan semakin menyadari fungsi dan peranan rumah tangga dalam ibadah kepada Allah. 2. memungkinkan kedua suami istri mendidik anak secara lebih konsentrasi. Sebab kerukunan kedua orang tua merupakan modal utama bagi pembentukan generasi muslim yang kuat. 3. dapat melahirkan produktifitas keluarga yang sangat menguntungkan. Usaha keluarga yang sukses biasanya hanya tumbuh dari rumah tangga yang harmonis. 4. merupakan syarat utama dalam membentuk keluarga yang berorientasi taqorrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). 5. dapat menjadi pendorong suami istri dalam meningkatkan peranannya dalam dakwah islam di tengah masyarakat. Karena sesuangguhnya kerukunan rumah tangga merupakan satu basis dakwah pada dai dan daiyah.
Menumbuhkan Iklim Dialog
Suami Istri Islam sangat memperhatikan keutuhan keluarga dan memberi rangsangan pada kaum muslimin untuk terus menerus meningkatkan hubungan rumah tangga yang harmonis ini. Dalam rangka menekankan betapa pentingnya dialog suami istri dalam rumah tangga Rasulullaah saw bersabda :
„Wanita itu belahan (teman akrab) dari pria." (HR Abu Dawud dan Ahmad)
„Sebaik-baik kalian adalah orang yang terbaik terhadap istrinya. Dan aku merupakan orang terbaik di antara kalian terhadap istri. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tak tahu budi." (HR Abu Asakir)
Islam memberi berbagai jalan dalam rangka membentuk keluarga harmonis, diantaranya menumbuhkan iklim dialogis atau dialog yang mesra antara suami istri.
Berikut ini adalah gambaran bentuk-bentuk dialog yang dapat dilakukan dalam rangka menumbuhkan iklim dialogis dalam rumah tangga Islam.
Dialog Rahasia Keluarga
Yaitu dialog yang hanya dilakukan berdua. Dialog ini hendaknya dilakukan 4 mata, antara suami istri saja. Termasuk jenis ini adalah :
Dialog jenis ini sangat penting dan dapat mempengaruhi hubungan batin antara kedua suami istri. Karena itu hendaknya dibiasakan dan dihidupkan, kendati harus mengeluarkan sedikit biaya.
Dialog Umum
Yaitu dialog yang melibatkan anggota keluarga yang lain atau orang lain sebagai peserta percakapan. Antara lain :
Dialog Jarak Jauh
Yaitu dialog yang dilakukan dengan menggunakan wasilah (sarana) di kala berjauhan, seperti telpon, surat dan sebagainya. Misalnya :
Bahasa yang digunakan dalam berbagai dialog ini hendaknya bahasa yang sopan dan santun. Suami hendaknya menyampaikan maksud hatinya dengan panuh kasih sayang. Sedangkan istri pun menyambut dengan penuh penghargaan dan gairah cinta.
Diangkat dari Ummi 2/VII/1995 Karya Ummu Abduh