PERANCANGAN PENGAJARAN TRAINING
Sebuah Pengantar
Oleh :
Munawar Kholil
(Disalin dari salah satu diktat materi pelatihan Megabit)
1. Komponen Rencana Pengajaran / Pelatihan
Pada dasarnya, komponen dari rencana pengajaran / pelatihan sama dengan komponen kurikulum. Tetapi untuk praktisnya, hanya ada tiga komponen yang diperlukan :
Komponen ini memberikan petunjuk tentang target yang ingin dicapai dari suatu proses. Tujuan yang diterakan bukanlah tujuan seperti pada kurikulum belaka. Tujuan dalam kurikulum itu kita sebut tujuan umum, sedangkan pada level pengajaran / pelatihan, diperlukan tujuan yang lebih spesifik untuk tiap materi / tujuan. Kita sebut tujuan ini sebagai tujuan khusus.
Komponen kedua memberikan prediksi arah perkembangan perilaku di dalam proses pengajaran / pelatihan. Termasuk di dalamnya adalah media yang digunakan, teknik / metode pengajaran / pelatihan, pendekatan logiknya, urutan proses yang diperlukan, serta kegiatan peserta dan guru / pemandu di dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Sub komponen ini terserah kepada kebutuhan belaka.
Komponen ini diperlukan untuk menilai apakah suatu proses telah berhasil atau belum. Instrumen di sini bisa berupa soal, lembaran isian / kuesioner, skala minat, lembar observasi yang diisi guru / pemandu, dan sebagainya. Jenisnya bergantung kepada kebutuhan.
2. Petunjuk Praktis Pembuatan Rencana
Untuk membuat rencana pengajaran / pelatihan, ikuti langkah-langkah berikut :
Dalam praktek pengajaran / pelatihan,kita mengenal adanya tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang ingin dicapai setelah menyelesaikan suatu bahan / pembahasan tertentu. Misal tujuan yang diinginkan setelah membahas tipe kepemimpinan delegating. Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang secara langsung dapat diamati dan diukur ada tidaknya. Tujuan umum adalah yang tertera pada Kurikulum, sedangkan tujuan khusus dirumuskan pada saat perencanaan pengajaran / pelatihan.
Tujuan khusus diturunkan dari tujuan umum.
Misalkan Tujuan Umum :
"Peserta Memahami konsep situasional leadership.
Tujuan ini dapat dijabarkan menjadi Tujuan Khusus :
Kita melihat ada dua hal yang harus dijabarkan dalam menguraikan tujuan umum menjadi tujuan khusus, yaitu kata kerja yang dipergunakan, serta objek dari kata kerja itu. Daftar yang memberikan gambaran tentang hal ini akan disertakan sebagai lampiran.
Contoh di atas sebenarnya kurang lengkap, karena tujuan khusus harus memiliki ciri :
Contoh yang benar :
Peserta dapat memahami konsep dasar manajemen
Contoh yang salah :
Peserta dapat mendiskusikan konsep dasar manajemen
Menunjukkan perilaku yang sifatnya operasional, karena dapat diukur secara langsung perubahan pada perilaku peserta.
Unsur ABCD ini meliputi : Audiens, Behavior, Condition dan Degree
A : Menunjukkan bahwa tujuan itu pada perilaku audiens, dalam hal ini siswa / peserta
B : Menunjukkan bahwa tujuan tersebut berupa perubahan perilaku pada peserta
C : Menunjukkan kondisi apa yang disyaratkan sebagai latar bagi tujuan tersebut, sehingga apabila kondisi berubah, dan tujuan tidak terpenuhi maka hal itu bukan berarti kegagalan.
D : Menunjukkan batas minimal tujuan yang ingin dicapai
Berikut ini adalah sebuah contoh perumusan tujuan khusus yang lengkap :
"Diberikan kasus-kasus kepemimpinan, peserta dapat menyebutkan paling sedikit dua contoh yang termasuk tipe kepemimpinan otoriter"
Apakah guna menguraikan tujuan hingga sedetil itu ? Untuk memastikan bahwa tujuan tersebut mungkin tercapai dan sudah tercapai atau tidak. Dengan penguraian yang detil, seorang guru / pemandu dengan segera mengetahui tujuan mana yang belum dicapainya pada proses belajar mengajar.
Langkah ini meliputi :
Misal pada materi situasional leadership, dipergunakan pendekatan deduktif, artinya konsep dikenalkan lebih dahulu, baru menyusul kemudian ilustrasi dan contoh dari dunia nyata. Langkah ini berguna untuk menentukan urutan logik dari materi yang disampaikan.
Misal pada materi situasional leadership, ditempuh langkah-langkah logik sebagai berikut :
- Pengertian kepemimpinan
- Pengenalan teori-teori kepemimpinan
- Teori Kepemimpinan Situasional
- Tipe pemimpin Menurut Teori Kepemimpinan Situasional
- Contoh-contoh perilaku tiap tipe kepemimpinan
- Penerapan Tipe Kepemimpinan
Langkah praktis itu menggambarkan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan agar step logik di depan dapat dipenuhi. Langkah ini merujuk kepada pendekatan yang dipergunakan oleh guru / pemandu.
Sebagai contoh untuk materi situasional leadership ditempuh langkah praktis sebagai berikut :
- Keterangan tentang kepemimpinan
- Pengisian lembar isian
- Penghitungan dan tafsiran
- Keterangan tentang kepemimpinan situasional
- Diskusi tentang tipe-tipe pemimpin
- Diskusi tentang penerapan teori ini
Dari langkah-langkah praktis tersebut, kita mengetahui apa saja yang akan kita jalankan, sesuai langkah logik yang telah dirumuskan. Tersirat juga di sana, masalah metode dan media.
Metode ini dipilih untuk tiap langkah praktis yang telah dirumuskan. Bisa saja dalam satu langkah digunakan beberapa metode, dan begitu pula sebaliknya. Berikut ini ada tabel yang barangkali bisa membantu pemilihan metode yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
No |
Metode |
Kognitif |
Afektif |
Psikomotor |
Ceramah |
F |
P |
No |
|
Tanya jawab |
G |
F |
No |
|
Diskusi |
E |
G |
No |
|
Presentasi / Seminar |
F |
F |
No |
|
Demonstrasi |
G |
F |
F |
|
Bermain peran |
F |
G |
No |
|
Simulasi |
F |
G |
F |
|
Sosiodrama |
F |
G |
No |
|
Evaluasi |
F |
E |
No |
|
Praktek |
G |
G |
E |
|
Modul |
G |
No |
No |
Keterangan :
P |
Poor |
Buruk |
F |
Fair |
Biasa |
G |
Good |
Baik |
E |
Excelent |
Baik Sekali |
No |
Tidak bisa dipergunakan |
Di samping pemilihan berdasarkan tujuan, kita juga bisa memilih berdasarkan jenis materi, jenis kegiatan, ukuran kelas, tingkat aktivitas yang diinginkan, maupun waktu yang tersedia. Metode diskusi, misalnya, bisa dimanfaatkan hanya pada kelas dengan ukuran kelompok kecil atau besar, biasanya memakan waktu cukup panjang, dapat meningkatkan aktivitas, cocok untuk materi afektif dan kognitif tingkat tinggi. Tabel bisa dibuat sendiri.
Pemilihan media dilakukan untuk setiap langkah. Dalam satu langkah bisa dipergunakan beberapa jenis media, dan juga sebaliknya. Pemilihan media juga didasarkan pada tujuannya ; aktivitas yang diinginkan, ukuran kelas, ketersediaan waktu, kesesuaian dengan metode, dan hakekat media itu sendiri.
Alat evaluasi / instrumen evaluasi dipergunakan dalam menilai proses maupun produk pengajaran / pelatihan yang dilakukan. Untuk menentukan alat evaluasi yang cocok bisa didasarkan kepada tujuan pengajaran / pelatihan maupun pertimbangan yang lain. Tentang jenis alat evaluasi yang banyak dipergunakan untuk tiap domain tujuan, diuraikan pada naskah perancangan kurikulum.
3. Mengapa Membuat Perencanaan
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan hal yang kompleks. Sangat berubah-ubah sifatnya, dan sangat bergantung situasi, baik dari sisi siswa / peserta maupun yang lain. Perencanaan seharusnya dilakukan setiap sebelum proses dijalankan. Akan tetapi bisa juga dilakukan dengan membuat rencana yang adaptif terhadap perubahan-perubahan situasional yang kecil.
Perencanaan yang detil demikian dapat membantu mengarahkan tugas guru / pemandu, karena sudah mempersiapkan apa yang akan dilakukan. Disamping itu, dengan melihat rencana ini, akan segera ketahuan jika ada suatu proses yang hilang. Proses yang hilang itu bisa membahayakan jika bisa menyebabkan tidak tercapainya salah satu tujuan. Agar rencana tersebut dapat diingat, maka perlu disusun dalam format standar yang memudahkan kita mengingat.
Lampiran :
RENCANA PENGAJARAN / PELATIHAN
Program Pengajaran / Pelatihan |
|
Pokok Bahasan |
|
Sub Pokok Bahasan |
|
Waktu |
Tujuan Umum |
|
|
Tujuan Khusus |
1 |
|
2 |
||
3 |
||
4. dst |
B.1. Ringkasan Materi
|
B.2. Rancangan Proses
Langkah |
Materi |
Proses |
Media |
Metode |
Keterangan |
1 |
|||||
2 |
|||||
3 dst |
C.1. Alat Evaluasi
Jenis |
|
Naskah |
( tuliskan di sini atau sebagai lampiran ) |
C.2. Cara Pengukuran
|
Bandung, dd-mm-yy
Pemandu / Guru
( . . . . . . . . . . . . )
Back to "Life Skill"