WASPADAI ANJING YANG MENGIGIT
Oleh :
Chin Ning Chu
(Disalin dari buku Thick Face Black Heart - edisi Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo - halaman 195)
Konon seorang guru Zen Jepang pernah berkata, "Segala sesuatu itu bertumpu pada cinta kasih Tuhan. Dari cinta kasih itulah, alam semesta diciptakan. Tuhan menciptakan jagad raya tanpa bahan lain kecuali dirinya sendiri".
Setelah mengakhiri ceramahnya, seorang muridnya memperoleh ilham dari ceramah yang disampaikan tadi, suasana hatinya dipenuhi rasa cinta kasih yang amat dalam saat itu. Ketika berjalan melalui sebuah desa, menuju rumahnya, seekor anjing galak menghadang jalannya dan mulai menyalak, memamerkan semua giginya. Sang murid tersebut menghibur dirinya sendiri, "Guru saya baru saja mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini diciptakan karena cinta kasih Tuhan. Karena Tuhan menciptakan dunia dengan keberadaannya sendiri, maka saya harus menyayangi dan menghormati semua makhluk ciptaannya." Sambil melewatinya, murid tersebut tersenyum ke arah si anjing disertai rasa kasih dan sayang dari dalam hatinya. Namun, begitu ia mendekat, anjing itu langsung menggigitnya.
Pada hari berikutnya, ketika mengunjungi rumah gurunya, ia menceritakan kejadian itu. Gurunya menanggapi dengan berkata, "Mungkin kau tahu, bahwa kau diciptakan berdasarkan citra Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan intisari dari alam semesta ini adalah cinta kasih. Namun tak seorangpun mengatakan hal ini kepada anjing."
(Ulasan Chin-Ning Chu)
Seperti halnya murid yang masih muda itu, kita berhasrat untuk berbuat baik dan melihat hanya yang terbaik dalam diri setiap orang, namun seringkali penilaian kita terhadap situasi saat itu pada tahap tertentu didasari oleh ketidaktahuan dan, karena itu, kita salah bereaksi. Murid muda itu seharusnya bisa menghindar dari si anjing atau mungkin menakut-nakutinya dan membuatnya lari terbirit-birit. Tak ada artinya sama sekali kalau sampai digigit anjing, karena anjing akan mengigit siapa saja yang melewatinya. Anjing jalanan layaknya tukang copet, yang tidak bisa membedakan kondisi batin orang-orang yang menjadi korbannya. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, ketika seorang tukang copet berpapasan dengan seorang yang berhati emas sekalipun, yang dilihatnya bukan isi hati orang itu, melainkan isi dompetnya.
(AAF = Seringkali, kekeliruan kita dalam mempersepsi sesuatu, membuat kita keliru pula dalam bertindak. Semoga Allah SWT memberikan kepada kita pemahaman yang benar dan kekuatan untuk bertindak benar. Amin)
Catatan AAF =
Tulisan ini pernah saya posting ke Mailing List Isnet pada tanggal 20 Juli 1998 dengan Subject "Chin-Ning Chu-TFBH - Pemahaman menentukan cara bertindak"
Berikut sedikit suplemen dari tulisan tersebut :
From: Istiqfar <istiqfar@cbn.net.id>
Date: 20 Juli 1998 20:00
Assalamu'alaikum,
Sekedar sharing pengalaman...
Kalau saja, si-murid itu benar-benar mentafakkuri, bahwa semua makhluk itu sebenarnya bertasbih kepada-Nya, niscaya, dia tidak akan digigit oleh anjing tersebut.
Aneh? Tapi saya pernah mengalaminya sendiri.
Wassalamu'alaikum,
From: Abu Al Fatih <abu-fatih@muslimfamily.com>
Date: 21 Juli 1998 9:04
Assalamu 'alaikum wr.wb.
Untuk Istiqfar / Isa,
Terima kasih atas sharing pengalamannya. Tentunya itu memperkaya pemahaman kita tentang ilustrasi kisah "digigit anjing" itu.
Sekedar tambahan dari saya,
Mungkin yang dimaksud oleh Chin Ning Chu dengan ilustrasi anjing dan tukang copet itu adalah, bahwa seringkali kita "berharap" bahwa setiap orang berpikir dengan cara seperti bagaimana kita berpikir. Padahal pada kenyataannya yang terjadi "tidak selalu" demikian.
Mungkin semacam nasehat Umar bin Khoththob r.a. ketika mengingatkan bahwa untuk berhindar dari kekufuran / kemunkaran, maka kita harus "mengenal" kekufuran / kemunkaran itu.
Mungkin ada kekufuran / kemunkaran yang bisa dirubah dengan "sentuhan hati", tapi mungkin juga ada kekufuran / kemunkaran yang baru bisa dirubah dengan kepalan tangan (kekuatan) ....
Wallahu a'lam.
Abu Al Fatih
Back to List of Articles" Page