Buletin Syalom Online Edisi Oktober/THN I/001/PK/GMKI/FE/1999

R E N U N G A N: "TAHAN UJI"
Oleh :Naslindo R. B Sirait dkk
UPT PA GMKI FE-USU Medan

"Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berduka cita oleh berbagai pencobaan" (1 Petrus 1:6-7). Maksud semua itu untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu memperoleh piji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan dirinya.

Dalam realitas kehidupan umat Tuhan, ada banyak kita temukan berbagai persoalan-persoalan yang dihadapi oleh orang-orang yang secara aktif yang terlibat dalam suatu kepengurusan apakah itu di gereja, persekutuan, ataupun di lembaga-lembaga pelayanan kristen. Persolan-persoalan itu muncul pada akhir-akhir ini dengan dinamika yang berbeda-beda. Gereja dibakar, umat kristen dianiaya dalam penginjilan, sampai pada siksaan dan cemohan terhadap individu-individu yang terlibat dalam pelayanan Tuhan. Kejadian-kejadian ini bisa timbul oleh latar belakang politik dan diakibatkan oleh kondisi perekonomian. Dalam dunia ke kristenan, apa yang kita bicarakan tadi disebut dengan "pencobaan". Hal itu dalam alkitab bukanlah 'barang' baru, telah terjadi sejak dua ribu tahun yang lalu. Rasul Paulus juga dulunya seorang penganiaya jemaat, setelah ia bertobat juga dianiaya. Demikian juga jemaat yang dirintisnya juga menglami aniaya itu. Sebahagian dari murid-murid Yesus yang pertama mengalami hal serupa. Secara daging mengalami kesengsaraan.

Seringkali sikap protes kita sampaikan pada Tuhan kita sampaikan bila mengalami banyak pencobaan. Padahal ada maksud Tuhan atas semua hal tersebut.

Pertama, Penganiayaan merupakan penam-pian. Apabila kita melihat ibu kita sedang menampi beras, batu kecil, padi yang kopong, atau yang belum terkelupas kulitnya akan dipisahkan. Beras yang baik akan dipisahkan dan disimpan ditempat khusus untuk dimasak pada waktunya. Sikap seperti itu jugalah pencobaan penampian orang kristen. Orang kristen yang berhati batu, kopong imannya, dan belum terkelupas "kulit kedagingannya" akan terpisah dan dibuang. Allah hanya mau kristen yang berisi. Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan, mereka ditampi di padang gurun. Sebagian besar mereka terbuang tidak masuk ke tanah perjanjian. Tetapi dimurkai oleh Allah dan mayatnya bergelimpangan di padang gurun karena mereka tidak bersungguh-sungguh mengikut Tuhan. Begitu kesengsaraan datang mereka berontak kepada Musa. Dimanakah posisi kita ketika penampian itu terjadi ? Ini tergantung dari sebagai apa kita diatas alam penampian itu. Sebagai batu kecil, padi yang kopong, padi yang belum terkelupas kulitnya ataukah sebagai beras yang baik. Kedua, Pencobaan mengalami pemurnian Yesaya 48:10 berkata,"Sesungguhnya Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tapi aku telah memurnikan engkau dalam dapur kesengsaraan". Ada banyak alasan mengapa seseorang datang beriman kepada Yesus. Yang satu karena mengharapkan kesembuhan atas penyakit, yang lain oleh karena kesulitan keuangan. Beberapa orang karena jodoh dan yang lain menginginkan pekerjaan. Dapat saja hal itu Allah pakai untuk mempertemukan kita kepada kristus, tetapi jikalau hanya sekedar hanya alasan itu seseorang beriman kepada Yesus, maka dia tidak dapat setia. Begitu pencobaan datang, ia akan segera meninggalkan Yesus. 1 Kor 3:10-15 dikatakan bahwa, apa yang dibangun seseorang diatas dasar Kristus (pelayanan) suatu saat akan 'diuji' dengan api. Jika seseorang membangun dengan rumput kering, jerami, maka ketika api pengujian itu datang akan terbakar habis. Sebab apa yang dibangunnya tidak murni. Ketika pencobaan datang, reaksi apa yang kita berikan untuk menggambarkan motivasi apa yang mendasari penggiringan kita akan Tuhan. Kehendak Allah supaya kita memiliki iman yang murni. Allah bukanlah sekedar 'mesin penjawab masalah' atau kalkulator yang didatangkan jika ada problem dan setelah itu tinggal 'di-off'. Allah bukanlah mesin ATM, kita tinggal 'enter' maka keluarlah uang kita. Pernahkah kita memperlakukan Allah seperti itu? Allah itu suatu pribadi, dia dapat tersinggung, marah. Tetapi Dia juga dapat disukakan. Kenyataan banyak orang yang percaya menjadi murtad ketika terjadi pencobaan dan aniaya. Bukan semata-mata kesalahan mereka karena tidak memiliki iman, tetapi pendeta ikut terlibat didalamnya sebab dalam kotbahnya, pendeta hanya berbicara mengenai berkat dan muzijat. Ketika Yesus memanggil murid-muridnya, Yesus menetapkan standar harga pengiringan yaitu 'harus memikul salib'. Ia tidak berusaha bermanis kata bahwa kita akan menikmati segala kenyamanan di dunia. Yesus dengan tegas berbicara kepada murid-muridnya. Yoh 6: 60-66, " Mulai dari waktu itu banyak murid-muridnya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut dia". Sekarang bagaimana, apakah kita akan kecut dan tawar hati karena penganiayaan dan ujian? Rasul Paulus berkata, "Jika kemah kami dibongkar di bumi, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga". Oleh sebab itu, baiklah kita tetap setia berpegang teguh pada Yesus dan tidak undur, melainkan semakin tekun mengasihiNya. Sampaikan kapan ? Sampai Yesus menyatakan kemuliaanNya. Saat itu ia akan memberikan upah kepada kita. Amin ***