Sekelumit isi dari buku "Serial Musuh-musuh Darul Islam 01 : Sepak Terjang KW9 Abu Toto Menyelewengkan NKA-NII Pasca S.M. Kartosoewirjo"

Detail buku karangan Al-Chaidar berikut: "Serial Musuh-musuh Darul Islam 01: Sepak Terjang KW9 Abu Toto Menyelewengkan NKA-NII Pasca S.M. Kartosoewirjo" Berikut ini saya cuplikkan bagian dari buku tersebut, khususnya antara halaman 91-95: Ciri-Ciri Pengikut NII Abu Toto yang Sesat dan Menyesatkan Berbagai berita yang beredar di masyarakat awam, bahwa dalam lingkungan komunitas muslimin di Indonesia, sekelompok gerombolan di bawah pimpinan Toto Abdussalam ini punya garis perjuangan mentereng, yaitu mendirikan Negara Islam Indonesia. Ironisnya perilaku kelompok ini justru berbentangan dengan ajaran Islam. Mereka tidak mewajibkan shalat lima waktu, yang sebenarnya wajib. Mereka pun memiliki kriteria yang melenceng tentang ketentuan menutup aurat Bahkan mereka menilai kondisi saat ini sama dengan masa jahiliyah, oleh karenanya mereka merasa berhak mengambil harta siapapun (warga negara Indonesia, tak peduli pribumi atau non-pribumi, muslim atau non-muslim) dengan dalih dan cara apapun. Gerombolan ini (mereka menyebut dirinya KW9) mengklaim memiliki outlet di 27 propinsi. Untuk wilayah Jakarta, dipimpin oleh seorang bemama Syaifullah, salah seorang kader kepercayaan Toto Abdussalam yang sangat loyal. Meski memiliki outlet di 27 propinsi, Toto Abdussalam sendiri lebih cenderung ngendon di Jakarta. Sebagai pimpinan puncak di kelompoknya, Toto Abdussalam berhasil menjalin hubungan baik dengan kalangan Polisi dan Tentara.. Jadi, kalau pada suatu hari ada salah seorang anak buahnya yang terpaksa berurusan dengan Polisi dan Tentara, Toto Abdussalam tinggal menelpon petinggi kepolisian/tentara koleganya, maka urusan pun sudah tuntas. Cara-cara gerombolan ini mengumpulkan dana, selain ditempuh dengan cara mengambil harta siapapun, dengan dalih dan cara apapun, juga dengan menetapkan sejumlah target kepada setiap jemaahnya. Berikut adalah ciri-ciri lainnya kelompok Toto Abdussalam: (01) pengajian tertutup, dan dalam tempo singkat, terkesan pemaksaan. (02) calon pengikutnya diajak ke suatu tempat tertentu untuk dibai'at. (03) mata sang calon ditutup rapat dan penutup baru dibuka bila mereka sampai tiba di tempat tujuan. (04) mereka berdakwah dengan menjual ayat-ayat Al-Qur'an dan Dienul Islam, tetapi dalam pelaksanaannya sangat jauh dari Dienul Islam yang mereka ungkapkan. (05) mereka suka melakukan penyedotan dana jamaahnya, sedikit-sedikit bayar uang. (06) tidak ada kewajiban untuk menutup aurat bagi wanitanya. (07) tidak mewajibakan shalat dengan alasan belum Futuh Mekkah, padahal Nabi Muhammad SAW wafat setelah terjadi Futuh Mekkah. (08) tidak mampu berinfaq dianggap hutang. (09) mengkafirkan orang di luar kelompoknya. (10) menghalalkan bentuk pencurian. (11) Mereka mengatas- namakan NII untuk lebih mudah menjaring aktivis muslim, tetapi di sisi lain menghalalkan darah muslimin. (12) Isra Mi'raj, ketika Nabi naik langit ketujuh mereka artikan tentang tujuh tingkat struktur pemerintahan, yaitu RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur dan Presiden. (13) dan masih banyak bentuk-bentuk penyimpangan Al-Qur'an dan Sunnah lainnya. Disinyalir kelompok NII KW9 Abu Toto ini adalah misi terselubung untuk menghancurkan pemahaman nilai-nilai ajaran Islam dengan memakai Islam itu sendiri. Seperti sebuah teori politik dari Napoleon Bonaparte dikatakan, "Kalau ingin membunuh kuda, gunakanlah kuda". Dimunculkannya NII KW9 adalah usaha untuk menghancurkan NII dari dalam, dengan caca mempengaruhi image masyarakat bahwa NII sedemikian rupa. … …menonjol terlihat dewasa ini ada pada kelompok NII versi Abu Toto. Dalam kelompok ini mempunyai pemahaman da'wah yang mirip dengan ingkarussunnah, bukan dalam pengertian mengingkari sunnah (perjalanan) nabi dari mulai diberikan wahyu sampai futuh, namun dalam pengertian bahwa mereka telah banyak mengingkari hadits-hadits nabi sebagai hujjahnya. Bahkan sumber informasi menyebutkan bahwa dalam metode dakwah mereka mempergunakan gerakan Isa Bugis. Adapun Beberapa ciri dan keanehan gerakan ini adalah: Pertama, pengajiannya sangat eksklusif, misalnya disekap dalam sebuah kamar rumah yang tidak diketahui pemiliknya. Orang yang memberi pengajian seringnya tidak diketahui secara jelas alamatnya, bahkan namanya pun seringnya bukan nama asli.. Kedua, biasanya materi pertama adalah tentang kebenaran A1-Qur'an. Dari materi dasar ini, para peserta pengajian akan menerima materi-materi berikutnya dengan rujukan Al-Qur'an dan jarang menggunakan hadits, sebab mereka bertameng dengan sebuah sabda Nabi Shalallahu.'alaihi wassalam yang berbunyi: "Inna khaerul hadits kitaaballah..." Artinya: "Sebaik-baik hadits adalah kitabullah". Dari sini mulai nampak ciri ingkarussunnahnya, dan inilah hal-hal yang paradoks di dalam ajaran mereka. Menolak hadits tapi berdalil dengan hadits. Ketiga, A1-Qur'an ditafsirkan menurut kepentingan mereka sendiri. Pengambilan hujjah dari Al-Qur'an nampak sekedar mencari legitimasi atas sebuah pemahaman, tanpa rujukan dari hadits dan tafsir bahkan bahasa Arab yang benar. Keempat, menghalalkan harta di luar kelompoknya. Mereka menganggap di luar kelompok mereka halal hartanya, dengan menganggapnya sebagai harta fa'i.. Di sebuah SPK, bendahara kelas yang ikut kelompok KW9 ini menggelapkan uang milik teman-temannya. Kelima, tentang kewajiban Shalat. Mereka tidak menganggap bahwa ibadah shalat sebagai kewajiban setiap Muslim (fardhu 'ain). Terbukti banyak waktu shalat yang terlampaui ketika kegiatan pengajian. Misalnya, pengajian dimulai sebelum dhuhur dan selesai ba'da ashar, pada dua waktu shalat itu mereka tidak melaksanakannya. Mereka memberikan hujjah bahwa da'wah yang dilakukan sama dengan melakukan shalat, dan dengan da'wah-da'wah (tilawah) itulah sesungguhnya dapat tercegahnya manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Kalaupun ada yang melakukan shalat, shalatnya itu dirapel (digabung atau diborong) menjadi satu waktu. Dan berbagai keanehan pemahaman lainnya yang tidak perlu kami bahas lagi di sini, mengingat begitu jauhnya pemahaman tersebut dari pemahaman yang haq sebagaimana disampaikan oleh para ulama dan salafussaleh. Gerakan tersebut kontra produktif dengan aktifitas da'wah Islam. Berbagai sikap phobi masyarakat banyak diakibatkan oleh mereka, dan menganggap kalau ada pengajian rutin dan intensif disamakan dengan mereka (gerakan NII Abu Toto) sehingga dicurigai, dilarang dan sebagainya. Sekali lagi, tidak semua gerakan lembaga NII mempunyai ciri dan keanehan seperti tersebut di atas. Hanya saja, itulah diantara sebagian yang kami dapati dengan mengatasnamakan gerakan NII, yang menyebut nama Kartosuwiryo di dalam bai'atnya, bahkan menggunakan struktur dan kekuasaan mirip yang pernah dipraktekkan oleh S.M. Kartosoewirjo. Namun memiliki kejanggalan sebagai sebuah tatanan kenegaraan sehingga membuat rancu dalam legitimasi dan pelaksanaan programnya…(Jeffrey Ahmad Assyayyaf )