Assalamu'alaikum
ww.wb.
Berikut ini adalah wasiat Bp. Imam SMK
Dikutip dari buku mengikuti langkah-langkah jihad Imam SMK
Wassalam
Didalam kehidupan berjama'ah, masalah paling rawan dan sering
mengundang musibah adalah perpecahan. Untuk itu, sejak dini Imam
SM. Kartosuwiryo sudah mengantisipasi kemungkinan bakal timbulnya
permusuhan dan perpecahan dikalangan jama'ah mujahidin. Maka
beliau mewasiatkan perlunya setiap mujahid membersihkan niat,
ikhlas berjuang semata-mata untuk melaksanakan amanah Ilahy.
Untuk maksud ini hendaknya mereka membangun kebersamaan dan
mengokohkan persaudaraan berdasarkan iman dan kasih sayang.
Ikhlas dalam berjuang, seperti diceritakan oleh seorang ikhwan,
bahwa Abu Daud Beureuh, Imam NII yang kedua senantiasa
menasehatkan dengan kata-katanya: "Hendaknya kamu ikhlas
dalam berjuang. Bila kesuksesan menyertaimu, maka ummat akan ikut
menikmati hasil perjuanganmu. Tapi bila gagal dan musibah
menimpamu, janganlah menyusahkan ummat dengan keluhan-keluhanmu.
Sabar dan tabahlah menghadapinya sendirian. Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar". "Dalam kita ta'at dan
patuh, termasuk pula istilah disiplin dalam pengertian khusus
maupun umum. Ta'at dan patuh tanpa rasa cinta-setia, niscaya akan
terasa kaku, tegang, gersang dan tandus, laksana suara tanpa
irama. Bahkan adakalanya terasa sebagai sesuatu yang keras dan
kejam, kasar dan bengis. Maka untuk memperoleh hasil yang
sempurna, jiwa-jiwa yang besar manfa'at dan maslahatnya untuk
ummat, negara dan agama. Kuncinya terletak di dalam jiwa, atau
lebih jelasnya, jika mujahid yang harmonis selaras dengan
tugasnya. Dan pokok pangkal keselarasan jiwa itu terletak pada
rasa cinta, yaitu perasaan suci murni yang bersemayam di dalam
kalbu seorang mujahid sejati. Untuk kepentingan jihad, jiwa yang
berani bertindak menyalurkan tingkah laku dan amal perbuatannya
berdasarkan hukum-hukum jihad. Landasan pembinaan jiwa kesatriaan
itu antara lain :
1. Rasa cinta
setia pada Allah dalam makna dan wujud. sanggup dan mampu
melaksanakan tiap-tiap perintah-Nya dan menjauhi tiap-tiap
larangan-Nya, tanpa kecuali dan tawar menawar. Mendahulukan dan
mengutamakan pelaksanaan perintah-perintah Allah daripada sesuatu
diluarnya. Mendasarkan tiap-tiap tindakan dan amalnya atas
wahdaniyat Allah, tegasnya atas tauhid sejati dan tidak atas
alasan petimbangan atas dalih apapun, melainkan hanya berdasarkan
: Allah minded 100 %.
2. Rasa cinta setia kepada Rasulullah dalam makna dan wujud. Sanggup dan mampu merealisasikan ajaran dan sunnahnya, dengan kepercayaan serta keyakinan sepenuhnya, bahwa tidak ada contoh dan tauladan lebih utama daripada ajaran dan sunnahnya. Khusus dalam rangka jihad, tegasnya dalam rangka usaha membina "Negara Madinah Indonesia". Pantang melakukan sesuatu diluar ajaran dan hukum Islam sepanjang sunnah hingga mencapai tarap : Islam minded 100 %.
3. Rasa cinta setia kepada Ulil Amri Islam atau Imam Negara Islam Indonesia (NII), Penglima Tertinggi Angkatan Perang Yang didalamnya termasuk :
a). Rasa cinta setia kepada pemerintah NII dan tidak kepada sesuatu diluarnya.
b). Rasa cinta setia kepada NII dan tidak kepada suatu negara diluarnya.
c). Rasa cinta setia kepada undang-undang (Qanun Asasi) Negara Islam Indonesia dan tidak kepada undang-undang negara manapun. Kesemua itu tercakup dalam istilah : Negara Islam Indonesia minded 100 %.
Demikianlah beberapa peraturan dasar yang digariskan Imam NII,
SM. Katosuwiryo yang harus dipatui oleh segenap anggota jama'ah
besar mujahidin. Segala apa yang diwasiatkan oleh Imam hendaknya
direnungkan, diresapkan serta diamalkan dalam kenyataan. Sebab
jika tidak, niscaya wasiat itu hanya akan menjadi pengetahuan
yang mati. Sekalipun kata-kata itu sering dikutip, bila tidak
diamalkan, akan menjadi kurang berarti, setelah kita sendiri
tidak mengalami apa yang telah dialami oleh para pendahulu kita.
Pada akhirnya, nasehat-nasehat yang merupakan hikmah terpendam
itu hanya akan menjadi ilmu pengetahuan yang mati, yang tidak
memiliki daya guna dalam meneruskan langkah-langkah perjuangan.
Na'udzubillahi min dzalik !