oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Catatan: Baik
LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) maupun Josephus
(seorang ahli sejarah Yahudi) menempatkan perang ini setelah cerita tentang
Nabot.
I. Tuntutan Benhadad dan penolakannya (ay 1-12).
Contoh: Bambang Noorsena, dari Gereja Orthodox Syria, mengatakan bahwa dalam 1Sam 17 Goliat dibunuh oleh Daud, tetapi dalam 2Sam 21:19 dikatakan bahwa Goliat dibunuh oleh Elhanan. Ini ia anggap sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Kitab Suci ada salahnya (tidak inerrant). Kebodohan seperti ini muncul karena ia mengabaikan persamaan nama. Kalau kita melihat bagian paralel dari 2Sam 21:19 itu, yaitu 1Taw 20:5, maka dikatakan bahwa Goliat yang dibunuh oleh Elhanan itu namanya adalah Lahmi, dan ia adalah saudara dari Goliat yang dibunuh oleh Daud dalam 1Sam 17. Jadi, atau ia mempunyai 2 nama, yaitu ‘Lahmi’ dan ‘Goliat’, atau ‘Goliat’ adalah nama keluarga.
b. Penyerangan ini merupakan hukuman bagi Israel.
Tetapi, kalau ini memang merupakan hukuman, mengapa Tuhan menolong mereka? Karena Tuhan mau mereka bertobat oleh adanya pertolongan itu (ay 13 akhir dan ay 28 akhir). Dan disamping itu Tuhan mau menghukum Aram / Syria dan Benhadad.
Pulpit Commentary: "In the invasions we see the punishment of Israel and of Ahab; in the defeats the punishment of Syria and Ben-hadad" (= Dalam invasi / penyerbuan ini kita melihat penghukuman terhadap Israel dan Ahab; dalam kekalahan kita melihat penghukuman terhadap Syria dan Benhadad) - hal 493.
Catatan: kata
‘invasions’ dalam bentuk jamak karena mencakup juga invasi / penyerbuan
kedua yang ada dalam ay 26 dst.
Tuntutan tentang istri-istri Ahab ini jelas menunjukkan maksud Ben-hadad untuk mempermalukan / merendahkan Ahab, dan bahkan memaksakan suatu peperangan dengan Ahab, karena dalam adat Timur harem sangat dijaga, dan penyerahan istri-istri sama dengan penyerahan tahta (bdk. 2Sam 16:21-22 1Raja 2:21-22).
Pulpit Commentary (hal 499) mengatakan bahwa mungkin tuntutan pertama ini maksudnya bukan menuntut Ahab menyerahkan emas, perak, istri-istri, dan anak-anaknya, karena kalau demikian tidak terlalu ada perbedaan antara tuntutan pertama (ay 3) dan tuntutan kedua (ay 6). Yang dimaksud dengan tuntutan pertama ini adalah bahwa Ahab tunduk dan menjadi bawahannya seperti 32 raja yang lain (ay 1).
b. Ay 4: jawaban Ahab.
Ada yang mengatakan bahwa mungkin Ahab cuma pura-pura tunduk, dengan maksud mengambil hati Benhadad.
Bdk. Amsal 15:1a - "Jawaban yang lembut meredakan kegeraman".
Amsal 25:15 - "Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang".
c. Ay 5-6 : tuntutan kedua.
Ay 6 akhir: ‘maka segala yang mereka lihat dan ingini akan mereka ambil dan mereka bawa’.
NIV: ‘They will seize everything you value and carry it away’ (= Mereka akan merampas segala sesuatu yang engkau hargai dan membawanya).
KJV: ‘whatsoever is pleasant in thine eyes, they shall put it in their hand, and take it away’ (= apapun yang menyenangkan di matamu, akan mereka ambil dan bawa).
NASB: ‘whatever is desirable in your eyes, they will take in their hand and carry away’ (= apapun yang menarik dalam matamu, akan mereka ambil dan bawa).
RSV: ‘and lay hands on whatever pleases them, and take it away’ (= dan mengambil apapun yang menyenangkan mereka, dan membawanya).
Tetapi RSV memberi footnote yang mengatakan bahwa kata ‘them’ / ‘mereka’ diambil dari manuscript Yunani, Syria dan Latin. Sedangkan manuscript Ibrani mengatakan ‘you’ / ‘kamu’. Mungkin pengubahan ini dilakukan karena melihat bahwa terjemahan sebetulnya tidak masuk akal.
d. Ay 7-9: Setelah
berunding dengan para tua-tua, Ahab lalu menolak tuntutan yang dianggap
keterlaluan itu. Mereka merasa lebih baik mati dengan terhormat dari pada
hidup dengan tidak terhormat.
b. Ay 10: ‘rakyat
yang mengikut aku’.
Lit: ‘semua orang
yang ada di kakiku’. Ini menunjukkan orang-orang itu tunduk kepadanya,
dan ini jelas diucapkan secara sombong.
c. Maksud dari ay
10: kota itu akan dihancur-leburkan begitu rupa sehingga sisanya begitu
sedikit, sehingga kalau setiap tentaranya masing-masing mengambil segenggam
debu, maka debu itu tidak cukup.
Ay 11: kata ‘pedang’ seharusnya adalah ‘armor’ / ‘baju baja’ / ‘perleng-kapan senjata’ (NIV/RSV/NASB).
KJV: ‘harness’ (= perlengkapan perang).
Mungkin maksud dari ucapan ini adalah: kamu baru mulai perang; jangan menyombongkan diri seolah-olah sudah menang perang.
5. Benhadad lalu
menyuruh tentaranya bersiap menyerang Samaria (ay 12).
Tidak diketahui siapa nabi ini. Ada yang mengatakan nabi Mikha yang ada dalam 1Raja-raja 22:8-dst, tetapi ada yang menolak anggapan ini dengan alasan bahwa 1Raja 22:8-dst menunjukkan bahwa Mikha ada dalam penjara. Ada pula yang menganggap Elia atau Elisa yang menyamar, tetapi Pulpit Commentary (hal 485) mengatakan bahwa ini bukan Elia karena Elia adalah ‘minister of wrath’ (= pelayan murka).
b. Melalui nabi ini, Tuhan menjanjikan kemenangan dan memberi pimpinan dalam melakukan perang (ay 13-14).
KJV/RSV/NASB: ‘this great multitude’ (= orang yang sangat banyak ini).
Ini tentu menunjuk kepada pasukan musuh. Sekalipun mereka sangat banyak tetapi Tuhan berjanji akan memberikan mereka kepada Ahab / Israel (ay 13b).
Bahwa pada masa perang Benhadad dan ke 32 raja berani minum sampai mabuk (ay 12,16) menunjukkan keyakinan Benhadad bahwa ia pasti menang.
Pulpit Commentary: "Security is the certain usher of destruction. We have never so much cause to fear as when we fear nothing (cf. Dan 5:1,30; Luk 17:27; 1Thess. 5:3)" [= Keamanan adalah pengantar yang pasti dari kehan-curan. Kita tidak pernah mempunyai begitu banyak alasan untuk takut seperti pada saat kita tidak takut pada apapun (bdk. Dan 5:1,30; Luk 17:27; 1Tes 5:3)] - hal 497.
Ada rasa aman yang berasal dari Tuhan. Misalnya orang yang karena percaya kepada Yesus lalu yakin akan masuk surga. Atau orang kristen yang yakin akan pemeliharaan Tuhan pada masa sukar. Tetapi ada juga rasa aman yang bukan dari Tuhan dan yang membahayakan, yang berasal dari kesombongan / kesembronoan, dan rasa aman seperti ini bisa terjadi dalam hal apapun. Misalnya:
4. Persiapan dan strategi Aram / Benhadad (ay 23-25).
Ada beberapa hal
yang diusulkan oleh para penasehat Benhadad:
c. Menyiapkan tentara,
kereta dan kuda sebanyak yang dahulu (ay 25a).
‘Tali pada kepala kita’ (ay 31-32) maksudnya tali dilingkarkan di leher, untuk menunjukkan bahwa nasib mereka betul-betul ada di tangan Ahab, yang bisa saja menggantung mereka.
2. Ahab mengampuni
Benhadad (ay 32b-34).
Ingat bahwa Benhadad melakukan semua itu bukan karena ia bertobat dengan sungguh-sungguh, tetapi hanya karena takut dibunuh! Tetapi Ahab menganggap Benhadad, seorang kafir dan musuh umat Allah, sebagai saudaranya!
Ini merupakan sesuatu yang perlu kita hindari. Kalau berbicara dalam kontex rohani, maka janganlah menyebut orang yang non kristen (termasuk Katolik, dan semua sekte / bidat) sebagai saudara! Bdk. Yoh 1:12.
Kesaksian: Saya tidak mau menganggap Bambang Noorsena dari Gereja Orthodox Syria sebagai sekalangan, dan saya memprotes radio Suzana, yang menggunakan rekaman doa saya sebelum khotbahnya Bambang Noorsena, seakan-akan saya segolongan dengan dia!
b. Ahab menyambut Benhadad dengan baik / ramah, dan akhirnya mengadakan perjanjian dengan dia dan mengampuninya (ay 33-34).
Mungkin banyak orang
menganggap ini sebagai kasih kristen, tetapi benarkah demikian? Mari kita
melihat pembahasan ay 35-43 di bawah.
b. Nabi ini minta temannya memukulnya, dan pada waktu temannya menolak, temannya dihukum mati oleh Tuhan (ay 35-36). Apakah hukuman ini terlalu keras? Tidak, karena orang ini juga dari rombongan nabi, jadi mestinya ia tahu bahwa hal seperti itu harus ditaati. Bdk. Luk 12:47-48. Bandingkan juga dengan 1Raja 13:21-26.
Pulpit Commentary: "in each case the lesson is the same - that God’s commandments must be kept, whatever the cost, or that stern retribution will inevitably follow" (= dalam setiap kasus pelajarannya adalah sama - bahwa perintah-perintah Allah harus ditaati, apapun ongkosnya, atau pembalasan yang keras akan mengikuti secara tak terhindarkan) - hal 491.
Adam Clarke: "By this emblematical action he intended to inform Ahab that, as the man forfeited his life who refused to smite him when he had the Lord’s command to do it; so he (Ahab) had forfeited his life, because he did not smite Benhadad when he had him in his power" [= Oleh tindakan simbolis ini ia bermaksud memberitahu Ahab bahwa sebagaimana orang / nabi itu kehilangan nyawanya karena menolak untuk memukulnya pada waktu ia mendapatkan perintah Allah untuk melakukannya; begitu juga ia (Ahab) telah kehilangan nyawanya, karena ia tidak memukul Benhadad pada waktu ia ada dalam kuasanya] - hal 468.
Ay 38: kain pembalut (= RSV/NIV/NASB).
KJV: ‘disguised himself with ashes upon his face’ (= menyamarkan dirinya sendiri dengan abu pada mukanya).
Kata ‘ashes’ (= abu) dalam bahasa Ibrani adalah APHER, sedangkan ‘kain pembalut’ dalam bahasa Ibraninya adalah APHAD. Dua huruf pertama adalah sama, dan hanya huruf ketiga yang berbeda. Yang pertama menggunakan huruf Resh, yang kedua menggunakan huruf DALETH, dan kedua huruf ini mirip sekali.
Catatan: Ingat bahwa bahasa Ibrani tidak menggunakan huruf hidup!
d. Nabi itu menceritakan suatu cerita (ay 39-40a), dan tanpa disadari Ahab menjatuhkan hukuman atas dirinya sendiri (ay 40b-42). Hukuman ini digenapi dalam 1Raja 22.
Kasus ini mirip dengan
kasus Daud yang ditegur nabi Natan dalam 2Sam 12:1-6. Tetapi bedanya adalah
bahwa Daud bertobat, sedangkan Ahab menjadi kesal hati dan gusar (ay 43).
Elisa melakukan hal yang serupa dalam 2Raja 6:18-23, tetapi tidak dikecam. Mengapa? Mungkin karena dalam kasus Elisa, itu hanyalah tentara biasa, bukan rajanya. Disamping, Elisa pasti mendapatkan perintah itu dari Tuhan sendiri. Sedangkan dalam kasus Ahab, ia tidak mendapatkan perintah dari Tuhan, tetapi ia toh melepaskan.
Pulpit Commentary: "it is to be remembered, first, that Ahab was not free to do as he liked in this matter. His victories had been won, not by his prowess, by the skill of his generals, or the valour of his soldiers, but by the power of God alone. The war, that is to say, was God’s war: it was begun and continued, and should therefore have been ended, in Him. When even the details of the attack had been ordered of God (ver. 14), sure He should have been consulted as to the disposal of the prisoners. ... But Ahab, who had himself played so craven a part, and who had contributed nothing to these great and unhoped-for victories, nevertheless arrogated to himself their fruits, and thereby ignored and dihonoured God" [= pertama-tama harus diingat bahwa dalam hal ini Ahab tidak bebas melakukan apa yang ia inginkan. Kemenangannya telah dimenangkan bukan dengan kemampuannya, oleh keahlian dari jendral-jendralnya, atau keberanian tentaranya, tetapi oleh kuasa Allah saja. Itu berarti bahwa perang itu adalah perangnya Allah: itu dimulai dan dilanjutkan, dan karena itu seharusnya diakhiri, dalam Dia. Pada waktu bahkan hal-hal kecil tentang penyerangan telah diperintahkan oleh Allah (ay 14), tentu Ia harus dimintai pendapatNya berkenaan dengan penyelesaian tentang para tawanan. ... Tetapi sekalipun demikian Ahab, yang dirinya sendiri memainkan peranan yang begitu pengecut, dan yang tidak menyumbangkan apa-apa kepada kemenangan-kemenangan yang besar dan tidak diharapkan ini, merebut bagi dirinya sendiri buah kemenangan itu, dan dengan itu mengabaikan dan tidak menghormati Allah] - hal 492.
2. Juga perlu diperhatikan
bahwa penghukuman mati terhadap raja jahat yang dikalahkan sudah sering
terjadi sebelum saat ini, seperti dalam Yos 10:26 Hak 7:25 1Sam 15:33.
Adanya banyak kasus seperti ini memperberat dosa Ahab di sini.
Kesaksian: Waktu saya khotbah di suatu gereja, pada saat doa sebelum Firman, tahu-tahu ada orang yang menyela pada waktu doa belum selesai. Pada waktu saya selesai berdoa, orangnya masih terus berdiri sambil berbicara. Saya lalu menyuruh dia diam dan duduk, dan lalu mengatakan bahwa tindakannya itu melanggar 1Kor 14:26-40. Saya lalu mendapat keterangan dari seorang majelis bahwa orang itu bahkan melakukan hal seperti itu pada waktu pengkhotbah memberitakan Firman Tuhan, tetapi selama ini dibiarkan saja oleh pendeta / pengkhotbah. Saya berpendapat bahwa tindakan para pengkhotbah yang membiarkan saja hal seperti itu, merupakan sikap yang sama dengan yang dilakukan oleh Ahab terhadap Benhadad.
Hal seperti ini juga perlu diperhatikan oleh:
Kalau saudara menerima
kebaikan dari Tuhan, hati-hati untuk tidak meniru Ahab yang lalu mengabaikan
Tuhan dalam mengambil keputusan! Juga hati-hati untuk tidak bersikap sabar
pada saat seharusnya saudara bertindak dengan keras / tegas. Mintalah hikmat
dari Tuhan untuk bisa membedakan kapan harus bertindak dengan sabar / lembut
dan kapan harus bertindak dengan keras / tegas.