oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I. Tetap berperang sekalipun dilarang (ay 29).
Yosafat tetap maju berperang sekalipun nabi Tuhan sudah melarangnya (ay 29). Mengapa? Ada banyak kemungkinan alasan yaitu:
Kalau ini alasannya, maka sebetulnya ia harus lebih mau menjilat ludahnya sendiri dari pada menentang Tuhan.
2. Hubungannya dengan Ahab (2Taw 18:1 - besan) menyebabkan ia tidak bisa membiarkan Ahab pada waktu Ahab memerlukan bantuannya.
Kalau ini alasannya, maka ia sebetulnya harus mengutamakan Tuhan di atas siapapun juga. Bdk. Mat 10:37.
3. Ia takut dianggap sebagai pengecut kalau batal berperang karena adanya nubuat Mikha.
Ini jelas adalah alasan tolol, karena ia lebih senang dianggap berani terhadap Tuhan.
4. Ia juga takut terhadap ancaman dari Syria / Aram. Jadi, mumpung sekarang ada teman untuk bersama-sama memerangi mereka, maka ia melakukannya.
Kalau ini alasannya, maka itu berarti ia sudah bersandar kepada manusia, bukan kepada Tuhan. Ia seharusnya belajar dari kata-kata Yonatan dalam 1Sam 14:6.
5. Semua orang termasuk anak buahnya lebih setuju pada suara nabi-nabi palsu yang banyak dari pada pada suara Mikha.
Sebetulnya bukan saja ia tidak boleh ikut-ikutan pada orang banyak, tetapi juga bahwa dalam hal ini akal sehat bisa menentukan siapa di antara 400 nabi-nabi itu dan Mikha yang harus dicurigai sebagai nabi palsu.
Pulpit Commentary: "Ahab’s prophets were interested in their testimony. They enjoyed the patronage of the king, and they said what they knew would gratify him. Their testimony, therefore, is open to suspicion. ... Micaiah, on the contrary, had nothing to gain, but everything to lose, in taking his course. He knew the temper of the king. ... He had already suffered for his faithfulness, for he seems to have been brought from the custody of Amon, in whose prison he had probably lain for three years. By flattering Ahab he might now obtain release, but by taking an opposite course he could only expect to go back to jail. ... Should the king of Israel now ‘return in peace’ what may Micaiah expect? ... Nothing but the consciousness that he was uttering the truth of God could account for the son of Imlah deliberately encountering all this. ... Suspicion, therefore, as to the honesty of Micaiah is out of the question" (= Nabi-nabi Ahab mendapat keuntungan dari kesaksian mereka. Mereka menikmati perlindungan / dukungan dari raja, dan mereka mengatakan apa yang mereka ketahui akan memuaskan / menyenangkannya. Karena itu, kesaksian mereka terbuka terhadap kecurigaan. ... Sebaliknya, Mikha tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, tetapi kehilangan segala-galanya, pada waktu menempuh jalannya. Ia mengenal watak sang raja. ... Ia telah menderita untuk kesetiaannya, karena ia kelihatannya dibawa dari tahanan Amon, dalam penjara siapa ia mungkin telah berada selama 3 tahun. Dengan menjilat Ahab mungkin sekarang ia bisa mendapatkan pembebasan, tetapi dengan mengambil jalan yang bertentangan ia hanya bisa mengharapkan untuk kembali ke penjara. ... Seandainya raja Israel kembali dengan selamat, apa yang diharapkan oleh Mikha? ... Tidak ada suatu apapun, kecuali bahwa ia sedang mengucapkan kebenaran Allah, bisa menerangkan mengapa Mikha bin Yimla secara sengaja melakukan konfrontasi ini. ... Karena itu, berkenaan dengan kejujuran Mikha, sama sekali tidak mungkin ada kecurigaan) - hal 549.
Selalu ada banyak alasan untuk tidak mentaati Firman Tuhan, tetapi berapapun banyaknya alasan untuk tidak taat, ketidaktaatan pada Firman Tuhan tetap adalah dosa.
Tidak ada gunanya ingin tahu
kehendak Tuhan (ay 5,7), kalau toh dilanggar / tidak ditaati. Banyak orang
seperti ini, dimana mereka mau belajar Firman Tuhan / mencari kehendak
Tuhan, tetapi tidak mau melaksanakannya.
Tetapi Keil & Delitzsch (hal 279) mengatakan bahwa Ahab tidak tahu akan rencana raja Aram itu. Pulpit Commentary juga menganggap bahwa tidak mungkin ada mata-mata Israel yang bisa mengetahui perintah dalam ay 31 itu dan juga tidak mungkin ada pengkhianat di kalangan Aram yang mau menyampaikan berita itu kepada Ahab. Ahab menyamar, karena nubuat Mikha membuatnya takut. Jadi, sekalipun kata-katanya dalam ay 27 (’sampai aku pulang dengan selamat’) menunjukkan ketidakpercayaannya terhadap nubuat Mikha, bagaimanapun juga hatinya merasa was-was, dan ini menyebabkan ia menyamar.
Penerapan: Ini perlu kita camkan dan manfaatkan pada waktu kita menghadapi orang yang menyatakan ketidakpercayaannya / ketidakpeduliannya terhadap Tuhan / Firman Tuhan. Jangan terlalu percaya akan ketidakpercayaannya / ketidakpeduliannya terhadap Tuhan / Firman Tuhan, dan teruslah memberitakan Injil kepadanya.
Mungkin sebetulnya Ahab ingin absen saja dari peperangan, dan hanya menyuruh tentaranya dan Yosafat untuk berperang. Tetapi ia tidak bisa tidak ikut perang, kalau ia tidak ingin dianggap sebagai pengecut. Apalagi peperangan ini terjadi atas inisiatifnya sendiri (ay 3-4). Juga perlu diingat bahwa sejak semula Israel menghendaki raja supaya raja itu bisa memimpin dalam perang (1Sam 8:20).
b. Cara penyamaran (ay 30).
Ahab menyamar, dalam arti ia tidak memakai pakaian kebesaran / pakaian raja, dan ia berkata kepada Yosafat: ‘tetapi engkau, pakailah pakaian kebesaranmu’ (ay 30).
Dalam LXX / Septuaginta: ‘pakailah pakaian kebesaranku’.
Tetapi ini merupakan permintaan yang sangat tidak masuk akal, dan lebih tidak masuk akal lagi kalau Yosafat mau menuruti permintaan itu. Perlu diperhatikan bahwa ay 10 menunjukkan bahwa raja Yosafat mempunyai pakaian kebesarannya sendiri.
Pulpit Commentary: "by his disguise Ahab, unwittingly, helped the prophecy. ... Suppose Ahab had been in Jehoshaphat’s place, and had fallen into the hands of the captains, what would have become of the words of Elijah?" [= oleh penyamarannya, tanpa disadarinya Ahab membantu nubuat itu. ... Andaikata Ahab ada di tempat Yosafat, dan ia jatuh ke tangan para kapten / panglima (Aram), apa yang akan terjadi dengan nubuat Elia?] - hal 552.
Maksudnya dalam perang itu Ahab haruslah dijadikan tujuan utama serangan mereka. Mungkin kekalahannya dahulu membuatnya mendendam terhadap Ahab. Segala ‘kebaikan / kemurahan hati’ Ahab kepadanya sama sekali tidak diingatnya.
Matthew Poole: "this he ordered either in policy, truly supposing this to be the best way to put an end to the war; or with design to take him prisoner, that thereby he might wipe out the stain of his own captivity, and recover the honour and advantage which then he lost; or rather by the power and providence of God, which disposeth the hearts of kings as he pleaseth, and inclined them to this course, that they might, though ignorantly, accomplish his word and counsel" (= ini diperintahkannya atau sebagai suatu kebijaksanaan / siasat, dimana ia betul-betul menganggap bahwa ini adalah cara terbaik untuk mengakhiri peperangan; atau dengan rencana untuk menjadikannya tawanan, sehingga dengan itu ia bisa menghapus noda dari penawanan terhadap dirinya sendiri, dan memulihkan kehormatan dan keunggulan yang hilang darinya pada saat itu; atau lebih mungkin oleh kuasa dan providensia Allah, yang mengatur / mencondongkan hati dari raja-raja sekehendakNya, dan mencondongkan mereka pada jalan ini, supaya mereka, sekalipun tanpa sepengetahuan mereka, bisa mengerjakan firman dan rencanaNya) - hal 714.
3. Yosafat hampir jadi korban (ay 32-33).
Karena Yosafat memakai pakaian
kebesaran, maka tentara Aram mengira bahwa ia adalah Ahab, dan mereka menyerang
dia. Teriakan Yosafat, yang rupanya merupakan teriakan kepada Allah / doa
menyebabkan Allah menolongnya dengan membuat tentara Aram menyadari bahwa
itu bukanlah Ahab sehingga mereka undur dari padanya (2Taw 18:31).
Mula-mula kelihatannya Ahab sukses dengan taktik penyamarannya itu. Tetapi lalu terjadi ay 34 yang menghancurkan kesuksesannya itu.
Ada tradisi yang mengatakan bahwa pemanah ini adalah Naaman (bdk. 2Raja 5:1-dst), tetapi ini adalah anggapan yang tidak berdasar.
Ay 34: ‘menembak dengan sembarangan’.
KJV/RSV: ‘drew a bow at a venture’ (= menarik busurnya secara untung-untungan).
NIV/NASB: ‘drew his bow at random’ (= menarik busurnya secara sembarangan).
Catatan: Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Sam 15:11 dan dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘tanpa curiga’.
NIV: ‘quite innocently’ (= dengan tak bersalah).
NASB: ‘innocently’ (= dengan tak bersalah).
KJV/RSV: ‘in their simplicity’ (= dalam kesederhanaan mereka).
Pulpit Commentary: "An unknown, unconscious archer. The arrow that pierced Ahab’s corselet was shot ‘in simplicity,’ without deliberate aim, with no thought of striking the king. It was an unseen Hand that guided that chance shaft to its destination. It was truly ‘the arrow of the Lord’s vengeance.’" (= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang tak menyadari tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan ‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa pikiran untuk menyerang sang raja. Adalah Tangan yang tak kelihatan yang memimpin panah kebetulan itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan ‘panah pemba-lasan Tuhan’) - hal 545.
Pulpit Commentary: "how useless are disguises when the providence of Omniscience is concerned! Ahab might hide himself from the Syrians, but he could not hide himself from God. Neither could he hide himself from angels and devils, who are instruments of Divine Providence, ever influencing men, and even natural laws, or forces of nature" (= betapa tidak bergunanya penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab bisa menyembunyikan dirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari malaikat dan setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang selalu mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa / kekuatan alam) - hal 552.
Di bagian depan ada 2 tempat yang memungkinkan yaitu: dada atas dekat dengan leher, atau perut. Kalau tempat pertama yang terkena, mungkin sekali ia akan langsung mati. Bahwa ia masih bisa berbicara (ay 34b), menunjukkan bahwa rupanya ia terkena panah di perut.
2. Ay 35-38:
b. Ay 35b: Ahab ditopang untuk tetap berdiri supaya tentaranya tidak kecil hati.
c. Ay 36-37: rupanya ini adalah teriakan untuk menghentikan perang, karena Ahab sudah mati.
Dalam 1Raja 20 Israel menang melawan Aram. Dalam 1Raja 22 Israel yang dibantu oleh Yehuda / Yosafat kalah melawan Aram! Jelas bahwa faktor Tuhanlah yang menentukan menang atau kalah.
d. Ay 35-38:
Pulpit Commentary: "The prophecies of Elijah and Micaiah seem to be in conflict. The one speaks of the dogs licking the blood of Ahab at ‘Samaria;’ the other of Ahab falling at ‘Ramoth-Gilead.’ Who but God could so order events that there should be no conflict here?" (= Nubuat-nubuat dari Elia dan Mikha kelihatannya bertentangan. Yang satu berkata tentang anjing yang menjilat darah Ahab di ‘Samaria’; yang lain tentang Ahab jatuh di ‘Ramot-Gilead’. Siapa kecuali Allah bisa mengatur kejadian-kejadian sehingga tidak ada pertentangan di sini?) - hal 553.
e. Ay 38: ‘sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu’.
KJV: ‘and they washed his armour’ (= dan mereka mencuci senjatanya).
Footnote NIV: ‘and cleaned the weapons’ (= dan membersihkan senjata).
Pulpit Commentary menolak terjemahan ini dengan alasan bahwa kata Ibraninya selalu diterjemahkan ‘perempuan sundal’ dalam Perjanjian Lama.
Ini kelihatannya tidak menunjukkan bahwa ini adalah hukuman yang baru, setelah yang lama dibatalkan. Kelihatannya ini adalah hukuman yang lama, yang diucapkan dengan perantaraan Elia dalam 21:19. Lalu mengapa tempat kejadian tidak sesuai dengan 21:19? Ada bermacam-macam jawaban:
Keberatan: Matthew Poole (hal 710) mengatakan bahwa Yizreel termasuk wilayah Isakhar, sedangkan telaga Samaria termasuk wilayah Efraim. Bagaimana mungkin darah Nabot dijilati anjing di telaga Samaria, yang termasuk wilayah Efraim, sedangkan ia dibunuh di Yizreel, yang termasuk wilayah Isakhar?
Jawab: Ahab mati di Ramot-Gilead, yang termasuk wilayah Manasye, tetapi darahnya bisa dijilati anjing di telaga Samaria, yang termasuk wilayah Efraim. Kalau hal seperti ini bisa terjadi pada diri Ahab, mengapa tidak bisa terjadi pada diri Nabot?
2Raja 9:24-26 - "Tetapi Yehu menarik busurnya dengan sepenuh kekuatannya, lalu memanah Yoram di antara kedua bahunya, sehingga anak panah itu menembus jantungnya, maka rebahlah ia di dalam keretanya. Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar, perwiranya: ‘Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang Yizreel itu, sebab ketahuilah, bahwa pada waktu aku dan engkau berdampingan menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka TUHAN telah mengucapkan terhadap dia hukuman ini: Sesungguhnya, Aku telah melihat darah Nabot dan darah anak-anaknya tadi malam, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan membalaskannya kepadamu di kebun ini, demikianlah firman TUHAN. Oleh sebab itu angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun ini sesuai dengan firman TUHAN".
KJV: ‘thy blood, even thine’ (= darahmu, bahkan darahmu).
NASB: ‘your blood, even yours’ (= darahmu, bahkan darahmu).
NIV: ‘your blood - yes, yours!’ (= darahmu - ya, darahmu).
Lit: ‘your blood, also you’ (= darahmu, juga engkau).
Bagian ini kelihatannya menekankan bahwa yang dimaksud oleh nubuat Elia itu betul-betul adalah darah Ahab sendiri, bukan darah anak Ahab.
Keberatan: tetapi 22:38 ini mengatakan bahwa nubuat Elia itu digenapi dengan kematian Ahab sendiri.
Jawab: ini digenapi hanya sebagian dalam diri Ahab, karena sebetulnya bagian nubuat yang berhubungan dengan Ahab sudah dibatalkan karena pertobatan Ahab, tetapi karena dosa Ahab dalam 1Raja 22 maka hukuman itu diberlakukan lagi, tetapi tempatnya berbeda.
Pulpit Commentary: "The dogs licked Ahab’s blood (ch. 21:19), not in Jezreel, indeed, because the judgment then pronounced was that of the overthrow of the dynasty. This was delayed on account of Ahab’s repentance, and happened, as predicted, ‘in his son’s days’ (ch. 21:29). But the personal part of the prediction, ‘The dogs shall lick thy blood, even thine,’ was not revoked" [= Anjing-anjing menjilati darah Ahab (pasal 21:19), memang bukan di Yizreel, karena penghakiman yang diucapkan pada saat itu adalah kejatuhan dari dinasti. Ini ditunda karena pertobatan Ahab, dan terjadi seperti diramalkan, ‘dalam zaman anaknya’ (pasal 21:29). Tetapi bagian pribadi dari ramalan itu, ‘Anjing-anjing akan menjilati darahmu, bahkan darahmu’ tidak dicabut / ditarik kembali] - hal 557-558.
5. Gabungan dari point 3 dan point 4 di atas.
Pulpit Commentary: "But were not the words of Elijah ‘In the place where the dogs licked the blood of Naboth’ (viz., Jezreel) ‘shall dogs lick thy blood, even thine’? But the context there, the vineyard of Naboth is said to be in Samaria (see ch. 21:18,19), because Jezreel, like Bethel, was one of the ‘cities of Samaria’ (see ch. 13:32). In the very vineyard of Naboth did the blood of Ahab flow from the veins of his son (see 2Kings 9:25,26)" [= Tetapi bukankah kata-kata Elia ‘di tempat dimana anjing menjilat darah Nabot’ (yaitu Yizreel) ‘anjing akan menjilat darahmu, bahkan darahmu’? Tetapi kontex di sana, kebun anggur Nabot dikatakan ada di Samaria (lihat pasal 21:18,19), karena Yizreel, seperti Betel, adalah salah satu dari ‘kota-kota Samaria’ (lihat pasal 13:32). Persis di kebun anggur Nabot darah Ahab mengalir dari pembuluh darah anaknya (lihat 2Raja 9:25,26)] - hal 553.
Saya setuju dengan penafsiran
no 4.
Barnes’ Notes: "the fact is important as indicating the general prosperity of the country in his time, ... Prosperity, it is plain, may for a while co-exist with causes - such as, the decay of religion - which are sapping the vital power of a nation, and leading it surely, if slowly, to destruction" [= fakta ini penting karena menunjukkan kemakmuran secara umum dari negara itu pada jamannya, ... Adalah jelas bahwa kemakmuran untuk sementara bisa ada bersama-sama dengan penyebab-penyebab yang melemahkan kekuatan vital dari bangsa (seperti pembusukan agama), dan membawanya secara pasti, sekalipun secara lambat, kepada kehancuran] - hal 224.
2. Ay 38-39.
Menghubungkan ay 38 dengan ay 39, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai berikut: "And this ignominious death - in what sharp contrast it stands with the indolent, luxurious, sensual life! ‘The ivory house that he made,’ what an irony we may see in those words! ... The cities he built, the victories he won, how poor and empty do these exploits seem as we stand by the pool of Samaria, and see the livid, blood-stained corpse dragged from the chariot" (= Dan kematian yang memalukan ini, sangat kontras dengan kehidupan yang malas, mewah, dan menuruti hawa nafsu! ‘Rumah / istana gading yang dibuatnya’ - kita bisa melihat dalam kata-kata ini suatu ironi / ejekan! ... Kota-kota yang didirikannya, kemenangan-kemenangan yang dimenangkannya, alangkah miskin dan kosong kelihatannya hal-hal yang luar biasa ini pada waktu kita berdiri di dekat telaga Samaria, dan melihat mayat yang berwarna biru kehitam-hitaman dan berlumuran darah ini ditarik / diseret dari kereta) - hal 546.
Orang kaya yang bodoh dalam Luk 12:16-21 dan juga orang kaya dalam Luk 16:19-31 kelihatannya mengalami kematian biasa (tidak mengerikan), tetapi itu tetap merupakan hukuman Tuhan.
Jadi, dalam kasus Ahab, yang ditekankan adalah ‘kematian yang mengerikan sebagai hukuman Tuhan’. Apa artinya semua prestasi duniawi, kekayaan, dsb, kalau akhirnya ia mengalami kematian yang mengerikan sebagai hukuman Tuhan, dan lalu masuk ke neraka?
Karena itu: