oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I. Menjelang kenaikan Elia ke surga.
Pulpit Commentary: "The time is of God. ... There are no accidental deaths, no premature graves. ... The manner is of God. ... We are not crea-tures of chance" (= Waktunya adalah dari Allah. ... Tidak ada kematian yang bersifat kebetulan, tidak ada kubur yang bersifat prematur / terlalu pagi. ... Caranya adalah dari Allah. ... Kita bukanlah makhluk kebetulan) - hal 32.
b. ‘angin badai’.
KJV/RSVNIV/NASB: ‘whirlwind’ (= angin puting beliung / tornado).
Kata Ibraninya adalah
SEARAH, dan Pulpit Commentary mengatakan ini bukannya menunjuk
pada angin puting beliung tetapi menunjuk pada badai atau gangguan atmosfir.
Kata ini digunakan dalam Ayub 38:1 40:6 Yes 40:24 41:16 Yer 23:19 30:23
Zakh 9:14.
3. Elia mau meninggalkan dunia ini (bukan mati), tetapi ia tetap tenang.
Pulpit Commentary: "Many hundred years after this, when John Knox - the Elijah of Scotland - was on his death-bed, he said to those who stood around him, ‘Oh, serve the Lord in fear, and death shall not be terrible unto you!’ Something like this was Elijah’s experience. He had been faithful to God’s cause and commands during his life, and now he was not afraid that God would forsake him at its close" (= Ratusan tahun setelah ini, ketika John Knox, Elia dari Skotlandia, ada di ranjang kematiannya, ia berkata kepada mereka yang berdiri di sekelilingnya, ‘O, layanilah Tuhan dengan rasa takut, dan kematian tidak akan merupakan hal yang mengerikan bagimu!’ Sesuatu yang mirip dengan inilah yang merupakan pengalaman Elia. Ia telah setia pada perkara dan perintah Allah selama hidupnya, dan sekarang ia tidak takut bahwa Allah akan meninggalkannya pada akhir hidupnya) - hal 27.
4. Elia berusaha untuk meninggalkan Elisa (ay 2,4,6).
Atau ini dimaksudkan untuk betul-betul mendapatkan kesendirian, atau untuk mengetest kesetiaan Elisa. Keil & Delitzsch mengatakan bahwa ini dilakukan bukan untuk mengetest kesetiaan Elisa, tetapi karena kerendahan hati Elia, yang tidak ingin pemuliaannya dilihat orang lain, kecuali itu betul-betul kehendak Tuhan. Saya condong pada pandangan pertama atau kedua atau gabungan dari kedua pandangan itu, tetapi saya tidak setuju dengan pandangan ketiga.
3 x Elia berusaha melakukan hal ini, dan 3 x Elisa menolak untuk ditinggalkan (ay 2,4,6). Dalam keadaan normal seorang pelayan harus menuruti majikannya, tetapi pada saat ini, Elisa, yang tahu bahwa itu adalah saat-saat terakhir ia bisa bersama tuannya (ay 3b,5b), menolak untuk ditinggalkan.
5. Elisa tidak mau membicarakan persoalan kenaikan Elia ke surga (ay 3,5).
Mengapa?
Tentu ini tidak bisa dimutlakkan untuk semua problem. Problem antara suami - istri atau pendeta - majelis atau orang tua - anak, harus dibicarakan, untuk bisa dibereskan. Tetapi dalam problem-problem tertentu memang apa yang dikatakan Pulpit Commentary itu benar.
Tetapi saya meragukan bahwa ini merupakan alasan mengapa Elisa tidak mau membicarakan hal itu.
b. Pulpit Commentary: "There is time to speak, and time to be silent (Eccles. 3:7), and this was the hour for silence. Speech would jar on the solemnity of the occasion" [= Ada waktu untuk berbicara, dan ada waktu untuk berdiam diri (Pengkh. 3:7), dan ini adalah waktu untuk berdiam diri. Ucapan akan mengejutkan kekhidmatan dari peristiwa itu] - hal 36.
Penerapan: ada orang terlambat datang dalam kebaktian, lalu saling menyapa, bersalaman, omong-omong, dsb. Sekalipun bersekutu dengan sesama saudara seiman, ramah satu dengan yang lain, merupakan hal yang baik, tetapi kalau itu dilakukan pada saat kebaktian sudah berjalan, itu sangat tidak pada tempatnya!
Pulpit Commentary:
"The deeper experience of life are to be meditated upon rather
than much spoken about. The tongue has great power over the heart. The
effects of many a solemn hour have been dissipated by unseasonable talk
about them" (= Pengalaman yang lebih dalam dari kehidupan harus lebih
direnungkan dari pada dibicarakan. Lidah mempunyai kuasa yang besar terhadap
hati. Pengaruh dari banyak saat-saat yang khidmat telah hilang / dibuang
oleh pembicaraan yang tidak pada waktunya tentang mereka)
- hal 36.
Kata ‘roh’ di sini, dan juga dalam ay 15, tentu tidak bisa betul-betul diartikan sebagai ‘roh’, karena pada saat Elia naik ke surga, tentu rohnya juga naik ke surga sehingga tidak mungkin diberikan kepada Elisa. Lalu apa artinya ‘roh’ di sini?
Pulpit Commentary: "The spirit of Elijah was a spirit of fidelity to duty, a spirit of faithfulness in rebuking sin, a spirit of fearlessness and courage in the presence of opposition and danger, and at the same time also a spirit of tenderness and love. Such a spirit every Christian worker should seek to possess. ... We need more men with the spirit of Elijah, who will be faithful to God and conscience at any cost, who will rebuke sin in high places and in any place - the sins of the royalty and rank as well as the sins of the poor" (= Roh Elia adalah roh kesetiaan terhadap tanggung jawab, roh kesetiaan dalam mencela dosa, roh yang tidak takut dan berani di hadapan oposisi dan bahaya, dan pada saat yang sama juga roh kelembutan dan kasih. Setiap pekerja Kristen harus berusaha memiliki roh seperti itu. ... Kita membutuhkan lebih banyak orang dengan roh Elia, yang setia kepada Allah dan hati nurani berapapun ongkosnya / pengorbanannya, yang mencela dosa di tempat yang tinggi dan di semua tempat, dosa-dosa dari raja / keluarga raja dan orang berpangkat tinggi maupun dosa-dosa dari orang miskin) - hal 28.
b. ‘2 bagian dari roh Elia’.
Bahwa Elia lebih besar dari Elisa, juga terlihat dari fakta bahwa yang muncul bersama Yesus pada waktu pemuliaan di gunung adalah Musa dan Elia, bukan Elisa (Mat 17:3-4).
Saya lebih setuju dengan Keil & Delitzsch bahwa Elisa tetap tidak bisa melampaui Elia.
Barnes’ Notes: "Like Solomon, Elisha asks for no worldly advantage, but for spiritual power to discharge his office aright" (= Seperti Salomo, Elisa tidak meminta keuntungan duniawi, tetapi meminta kuasa untuk melaksanakan jabatan / tanggung jawabnya dengan benar) - hal 229.
Bahkan kalau seseorang meminta ‘hal duniawi’ seperti mobil, asalkan motivasinya untuk kemuliaan Tuhan, maka itu bukan ketamakan.
d. Berani meminta, seperti yang dilakukan oleh Elisa, merupakan sesuatu yang penting! Karena kalau kita tidak meminta, kita tidak mendapat (Yak 4:2b)!
Pulpit Commentary: "There is a holy boldness in seeking a blessing - the spirit of Jacob, ‘I will not let thee go except thou bless me’ (Gen. 32:26), which never fails of its reward" [= Di sini ada keberanian yang kudus dalam mencari berkat; roh / semangat Yakub: ‘Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku’ (Kej 32:26), yang tidak pernah gagal menerima upahnya] - hal 36.
Penerapan: Butuh tambahan guru sekolah minggu, pengkhotbah untuk kebaktian remaja, pengurus dsb? Mari kita minta kepada Tuhan! Bdk. Mat 9:37-38 - "Maka kataNya kepada murid-muridNya: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu’.".
e. Jawaban Elia (ay 10).
Ini disebut sukar,
karena ini tidak tergantung kepada Elia, tetapi tergantung kepada Tuhan.
Karena itu Elia lalu mengatakan bahwa kalau Elisa bisa melihatnya terangkat
ke surga, maka Elisa akan mendapatkan apa yang ia minta. Secara implicit
ini menunjukkan bahwa pengangkatan Elia dengan kuda dan kereta berapi dalam
ay 11-12 itu sebetulnya tidak terlihat oleh mata biasa. Ini sama seperti
pasukan malaikat yang mengawal Elisa dalam 2Raja 6:16-17, yang baru bisa
dilihat oleh bujang Elisa setelah Elisa berdoa untuk hal itu.
"dalam pembakaran demikian kita membuka kemungkinan ikut terbakarnya roh / jiwa disamping tubuh, sebab kita tidak tahu berapa lama roh / jiwa manusia masih mempunyai keterkaitan dengan tubuh jasmani setelah seseorang dinyatakan meninggal secara klinis, dan apa yang dirasakan roh / jiwa saat terbakar!" - hal 2, kolom 1.
"Ada kemungkinan bahwa roh / jiwa tidak langsung melepaskan keterkaitannya dengan tubuh setelah seseorang dinyatakan mati tetapi membutuhkan waktu beberapa hari, bila demikian pembakaran jenazah dapat berdampak serius terhadap roh / jiwa yang masih punya keterikatan dengan tubuh" - hal 4, kolom 2.
Saya berpendapat
bahwa orang ini kacau dalam pengertiannya tentang penebusan Kristus. Karena
kalau tidak, seharusnya ia tahu bahwa pada saat orang kristen mati, penebusan
Kristus menyebabkan ia tidak mungkin menderita lagi. Pada saat masih hidup
memang ada penderitaan, sebagai serangan setan, ujian Tuhan, hajaran /
didikan Tuhan, dsb. Tetapi setelah mati, semua itu tidak ada lagi, sehingga
tidak mungkin lagi ada penderitaan bagi orang percaya.
Pulpit Commentary: "It is recorded that he went up into heaven. There is no word of an intermediate state" (= Di sini dicatat bahwa ia naik ke surga. Tidak ada suatu katapun tentang keadaan diantara kehidupan dan surga) - hal 29.
Naiknya Elia ke surga menurut saya merupakan bukti tentang tidak adanya tempat penantian. Kalau ada tempat penantian, apakah Elia sendirian masuk surga?
Tetapi ini rasanya tidak mungkin, karena bagaimana ia bisa mempunyai tubuh kebangkitan sebelum Kristus memilikinya? Kristus yang pertama mempunyai tubuh kebangkitan, dan orang-orang lain baru memilikinya pada saat Kristus datang keduakalinya.
1Kor 15:20-23 - "Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya".
Ini berarti bahwa tanda yang tadi dikatakan oleh Elia (ay 10), terjadi.
3. Sikap Elisa (ay
12).
Ay 12b: penyobekan pakaian ini dilakukan untuk menunjukkan kesedihan (bdk. Kej 37:29,34 2Sam 13:19 Ayub 1:20 Ayub 2:12). Ini umum dalam jaman Perjanjian Lama yang selalu menunjukkan apa yang ada dalam hati melalui tindakan lahiriah.
Jangan tiru ini pada
jaman ini, apalagi pada masa krismon.
Mungkin ini ia lakukan untuk mencoba apakah ia betul-betul mendapatkan warisan 2 bagian roh Elia. Dan ternyata ia berhasil melakukan mujijat itu!
Dalam jaman Perjanjian Baru, setelah Yesus mengucapkan Mat 4:10, maka kita dilarang menyembah manusia, siapapun dia adanya.
3. Rombongan nabi
itu ingin mencari Elia atau mayatnya (ay 16-18).
Pulpit Commentary: "So the human heart is ever reluctant to submit to God’s purposes. Because we cannot see the meaning of some good man’s removal, we think it was ill-timed. Yet God’s work does not depend upon the human instruments whom he uses" [= Demikianlah hati manusia selalu segan untuk tunduk pada tujuan / rencana Allah. Karena kita tidak bisa melihat arti / maksud dari penyingkiran (kematian) dari orang yang baik, maka kita berpikir bahwa saatnya tidak tepat. Tetapi pekerjaan Allah tidak tergantung pada alat-alat manusia yang Ia gunakan] - hal 30.
NASB: ‘until he was ashamed’ (= sampai ia merasa malu).
NIV: ‘until he was too ashamed to refuse’ (= sampai ia merasa terlalu malu untuk menolak).
Mungkin maksudnya Elisa tidak mau mereka merasa bahwa ia mengabaikan tuannya (Elia), atau bahwa secara diam-diam ia senang kehilangan tuannya karena dengan demikian ia bisa menggantikan tuannya. Karena itu akhirnya Elisa mengijinkan mereka pergi.
Pulpit Commentary: "Besides being a signal honour put upon a great servant of God, and a striking Old Testament anticipation of the ascension of Christ, it gave to the Israelites, in midtime of their history, a powerful confirmation of the fact of immortality. ‘The impression made by the history of Enoch, that ‘God took him,’ is marked by the repetition of the word as to the ascension of Elijah’ (Pusey). It is noteworthy, also, that the immortality typified by these cases is an immortality in the body" [= Disamping merupakan tanda kehormatan yang diberikan pada seorang pelayan yang agung dari Allah, dan suatu antisipasi yang menyolok dari Perjanjian Lama tentang kenaikan Kristus ke surga, itu memberikan kepada Israel, di tengah-tengah sejarah mereka, suatu penegasan yang sangat kuat tentang fakta dari keabadian / ketidakbisa-binasaan. ‘Kesan yang dibuat oleh sejarah Henokh, bahwa ‘Allah mengambilnya’, ditandai oleh pengulangan kata berkenaan dengan kenaikan Elia ke surga’ (Pusey). Juga patut diperhatikan bahwa keabadian yang digambarkan oleh kasus-kasus ini adalah keabadian dalam tubuh] - hal 38.
Jadi menurut Pulpit Commentary ini ada 3 makna dari kenaikan Elia ke surga:
Saya meragukan hal ini, karena ada banyak hamba Tuhan lain yang juga hebat, seperti Abraham, Musa dsb, tetapi tidak mengalami kenaikan ke surga dengan tubuh jasmaninya.
2. Ini merupakan suatu bayangan (TYPE) dari kenaikan Kristus ke surga.
3. Ini menunjukkan keabadian manusia. Setelah kehidupan yang sekarang ini, kita hanya pindah tempat, karena ada kehidupan yang akan datang.