HERMENEUTICS : Ilmu Penafsiran Alkitab
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Supaya kita tidak melepas ayat dari kontexnya, maka kita harus:
1) Memperhatikan
seluruh kontex, dan kadang-kadang kita bahkan harus memperhatikan juga kontex
sebelum dan sesudah kontex yang kita bahas. Ini penting sekali kita lakukan
pada waktu mendengar suatu pelajaran atau membaca buku. Pada saat pengajar /
penulis mengajarkan sesuatu dan memberikan satu ayat Kitab Suci sebagai dasar,
maka kita perlu melihat kontex dari ayat itu untuk melihat apakah ayat itu
ditafsirkan secara out of context
atau tidak. Perlu diingat bahwa banyak sekali orang menggunakan / menafsirkan
ayat tanpa mempedulikan kontexnya.
Contoh:
a) Mat 28:20b
- “Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”,
sering dikutip oleh pendeta dalam upacara pemberkatan nikah untuk memberikan
janji penyertaan Tuhan bagi orang-orang yang menikah. Tetapi kalau kita lihat
dari kontexnya (baca mulai Mat 28:18), maka jelaslah bahwa janji
penyertaan Tuhan dalam Mat 28:20b itu hanya berlaku bagi orang-orang
kristen yang mengabarkan Injil. Ini tidak berarti bahwa Yesus tidak menyertai
orang kristen yang tidak memberitakan Injil. Yesus memang menyertai semua orang
kristen, tetapi untuk itu harus digunakan ayat yang sesuai seperti Ibr 13:5b
atau Yoh 14:16.
b) Mat 5:37a,
yang berbunyi: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak”, sering dikutip untuk
menekankan kejujuran / melarang dusta, tetapi kalau kita lihat kontexnya (baca
mulai Mat 5:33), maka jelaslah bahwa Mat 5:37a sama sekali tidak
berhubungan dengan kejujuran, tetapi berhubungan dengan sumpah (demikian juga
dengan Yak 5:12).
c) Mat 15:24
(Yesus berkata: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari
umat Israel”) dan Kis 11:2-3,19 (dimana orang-orang
kristen hanya memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja) dikutip dalam
pembukaan suatu Kitab Suci agama lain, untuk menyerang kekristenan dan
menunjukkan bahwa Yesus sebetulnya datang hanya untuk bangsa Yahudi saja.
Tetapi, kalau kita membaca seluruh kontexnya, yaitu Mat 15:21-28 dan
Kis 11:1-20, maka jelaslah bahwa bagian-bagian itu sama sekali tidak
mengajarkan demikian.
d) 1Kor 14:33,40
sering dikutip oleh banyak orang untuk menyerang aliran lawannya, yang
dianggapnya sebagai ajaran yang kacau.
Contoh:
·
Orang Saksi Yehovah menggunakan ayat ini untuk
menyerang doktrin tentang Allah Tritunggal yang dianggapnya sebagai suatu
kekacauan.
“Tetapi, dengan berkukuh bahwa Tritunggal adalah misteri
yang begitu membingungkan karena berasal dari wahyu ilahi, mereka menciptakan
problem besar lain. Mengapa? Karena dalam wahyu ilahi itu sendiri tidak ada pandangan
demikian mengenai Allah: ‘Allah ... bukan Allah yang suka pada kekacauan,’ - 1
Korintus 14:33” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’,
hal 4-5.
·
Pdt. dr. Yusuf B. S. menggunakan ayat ini
untuk menyerang ajaran Calvinisme / Predestinasi yang dianggapnya sebagai
kekacauan.
“Itu (doktrin
Predestinasi) bertentangan dengan tawaran yang sudah diberikanNya
kepada manusia misalnya: Yoh 1:12 / 3:16 dan sebagainya. Ia selalu
berkata: ‘Barangsiapa yang mau percaya ...’, ‘Siapa yang mau ...’ Kalau ternyata
sudah ditentukan lebih dahulu, itu berarti Allah bohong, ini tidak mungkin! Allah
itu tidak kusut (1Kor 14:33), dan tidak mungkin berdusta (Tit 1:2 / Ibr
6:18 / Bil 23:19)” - ‘Keselamatan Tidak Bisa Hilang?’, hal 42.
Padahal kalau dilihat kontexnya (seluruh 1Kor 14), maka jelas
terlihat bahwa yang dimaksud dengan ‘kekacauan’ dalam 1Kor 14:33 adalah
‘kekacauan dalam kebaktian’ [misalnya kalau semua orang berbahasa Roh
(1Kor 14:27-28) atau semua orang bernubuat (1Kor 14:29-32)], dan yang
dimaksud dengan ‘Allah menghendaki damai sejahtera dan keteraturan’ adalah
‘Allah menghendaki keteraturan / ketertiban dalam kebaktian’. Jadi
ayat-ayat tersebut tidak berhubungan dengan ajaran yang kacau atau hidup
seseorang yang kacau, atau rumah tangga yang kacau, tetapi dengan kebaktian
yang kacau dan tidak tertib. Menggunakan ayat ini untuk menyarang ajaran yang
dianggap kacau, merupakan suatu penasfiran / penggunaan ayat yang out of context!
e) 2Kor 8:9
sering dipakai oleh para pengajar Theologia Kemakmuran untuk mengatakan bahwa
orang kristen harus kaya secara jasmani. Tetapi kalau saudara membaca kontexnya
mulai 2Kor 8:1, maka saudara akan melihat bahwa yang Paulus maksudkan
dengan ‘supaya kamu menjadi kaya’ dalam 2Kor 8:9 adalah kaya secara
rohani.
f) Mat 6:33
juga sering digunakan oleh para pengajar Theologia Kemakmuran untuk mendukung
ajaran mereka. Mereka menafsirkan bahwa kata-kata ‘semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu’ dalam Mat 6:33 itu menunjukkan bahwa Allah akan
memberikan segala sesuatu kepada mereka sehingga mereka akan menjadi kaya.
Tetapi ini lagi-lagi merupakan suatu penafsiran yang tidak mempedulikan
kontexnya / out of context, karena
kalau saudara membaca kontexnya, yaitu Mat 6:25-34, saudara akan melihat
bahwa yang dibicarakan adalah kebutuhan pokok manusia, seperti makanan,
minuman, dan pakaian. Jadi, berdasarkan kontex, haruslah ditafsirkan bahwa kata
‘semuanya’ dalam Mat 6:33 itu menunjuk pada kebutuhan pokok manusia.
g) Banyak
orang menggunakan Mat 10:19-20 untuk mengatakan bahwa kalau pendeta mau
berkhotbah ia tidak perlu mempersiapkan khotbah, karena Tuhan berjanji akan
memberikan pimpinan dalam berkhotbah. Ini lagi-lagi merupakan penafsiran yang out of context, karena kalau kita
membaca Mat 10:17-18 maka kita akan melihat dengan jelas bahwa janji itu
diberikan oleh Tuhan pada saat kita ditangkap dan diadili karena iman kita
kepada Yesus. Jadi jelas bahwa janji ini tak berlaku untuk pendeta yang mau
berkhotbah dalam kebaktian biasa.
h) Dalam
bukunya yang berjudul ‘Jangan Batasi Allah Bila Ingin Bahagia Sejahtera’,
Morris Cerullo berkata:
“Kehendak
Tuhan ialah mencurahkan berkatNya atas diri anda dan memenuhi segala kebutuhan
anda. Tuhan menghendaki agar anda dapat hidup sehat, berbahagia dan serba
berkelimpahan” (hal 34).
Sebagai dasar Kitab Sucinya, Morris Cerullo lalu mengutip
3Yoh 2 (terjemahan lama), yang berbunyi: “Hai kekasihku, aku berdoa supaya engkau
selamat dan sehat walafiat di dalam segala sesuatu, sebagaimana jiwamupun
selamat”.
Padahal kalau saudara melihat ayat itu dalam surat 3 Yohanes,
maka saudara bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah salam yang diberikan
oleh rasul Yohanes kepada Gayus, kepada siapa surat itu sebetulnya ditujukan.
Menggunakan salam yang ditujukan kepada individu tertentu,
sebagai suatu dasar dari ajaran yang berlaku untuk semua orang / umum, jelas
merupakan suatu penafsiran yang out of
context.
2) Memperhatikan
fokus / arah / tujuan dari kontex itu.
Dalam menafsirkan suatu ayat, kita harus menafsirkannya sesuai /
searah dengan fokus / arah / tujuan kontex, contohnya:
a) 1Kor 6:19
penekanan kontexnya adalah bahwa kita harus suci karena Allah diam di dalam
tubuh kita. Tetapi orang yang tidak mempedulikan fokus dari kontex ini lalu
bisa mendapatkan ajaran Trichotomy dari ayat ini, dengan menafsirkan bahwa Bait
Allah terdiri dari 3 bagian, yaitu: Pelataran / halaman, Ruang Suci, Ruang Maha
Suci. Jadi manusia yang adalah Bait Allah juga terdiri dari 3 bagian: tubuh,
jiwa, dan roh.
Penafsiran seperti ini bukan hanya tidak sesuai dengan arah
kontex yang berbicara tentang keharusan menguduskan diri, tetapi juga tidak
sesuai dengan arti kata Yunaninya, karena dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang
bisa diartikan Bait Allah. Kata yang pertama adalah HIERON dan kata yang kedua
adalah NAOS. Kata HIERON menunjuk pada seluruh Bait Allah beserta pelatarannya,
dan kata ini digunakan misalnya dalam Yoh 2:14,15 (orang-orang itu
berjualan di Pelataran / halaman Bait Allah, bukan dalam Ruang Suci atau Ruang
Maha Suci). Tetapi kata NAOS hanya menunjuk pada Ruang Suci dan Ruang Maha Suci,
dan tidak mencakup Pelataran / halamannya, dan kata inilah yang digunakan dalam
1Kor 6:19 (juga dalam 1Kor 3:16), sehingga sebetulnya ‘Bait Allah’ di
sini hanya terdiri dari 2 bagian, bukan 3 bagian!
b) Luk 15:1-32
penekanan kontexnya adalah: Tuhan mau menerima orang berdosa yang bertobat. Ada
beberapa ajaran yang ‘aneh / lucu’ yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak
memperhatikan penekanan kontex ini, misalnya:
·
William Barclay memberikan komentar bahwa
Yesus tidak percaya ‘total depravity’
(= doktrin Calvinisme yang mengatakan bahwa manusia itu bejad total), karena
dalam ay 17, anak bungsu itu sadar sendiri.
·
Domba menggambarkan orang yang tersesat karena
kebodohannya, ia dicari oleh Tuhan. Mata uang menggambarkan orang yang tersesat
bukan karena kesalahannya, ia juga dicari oleh Tuhan. Anak bungsu menggambarkan
orang yang sesat secara sengaja, ia tidak dicari oleh Tuhan.
·
Pelagianisme mengatakan bahwa anak bungsu
kembali pada bapanya tanpa perantara; jadi, manusia bisa kembali kepada Allah
tanpa melalui Kristus.
c) Yoh 15:1-7
penekanan kontexnya adalah: kita harus terus bersekutu dengan Tuhan. Ada ajaran
sesat, yang tanpa mempedulikan fokus ini, lalu berkata: Bapa adalah pengusaha
dan Yesus adalah pokok anggur, maka jelaslah bahwa Yesus diciptakan oleh Bapa.
1) Calvin:
“Scripture interprets Scripture” (=
Kitab Suci menafsirkan Kitab Suci). Jadi kita harus membanding-bandingkan semua
bagian-bagian Kitab Suci yang berhubungan dengan ayat yang sedang kita
tafsirkan, untuk bisa mendapatkan arti yang benar dari ayat tersebut.
Contoh:
a) Banyak
orang yang menggunakan ayat-ayat seperti Mat 7:7 Mark 11:23-24
Yoh 15:7b untuk mengajarkan bahwa asal kita betul-betul berdoa
dengan iman, maka Tuhan pasti akan mengabulkan semua permintaan kita, apapun
adanya permintaan itu.
Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat
seperti:
·
Mat 7:11 yang mengatakan bahwa Tuhan hanya
memberi yang baik kepada kita. Jelas bahwa yang dimaksud ‘baik’ adalah
dari sudut Tuhan, bukan dari sudut kita.
·
1Yoh 5:14 yang mengatakan bahwa Tuhan hanya
mengabulkan permintaan kita kalau hal itu sesuai dengan kehendakNya /
rencanaNya. Bdk. Mat 6:10 Mat
26:39b dimana Yesus mengajar kita supaya menundukkan doa kita kepada kehendak
Allah.
·
2Kor 12:7-10 yang menunjukkan bahwa orang
seperti rasul Pauluspun doanya bisa tidak dikabulkan.
b) Banyak
orang menyoroti ayat-ayat seperti Mat 12:15b Mat 14:36
Mat 15:30 (yang menunjukkan bahwa Yesus menyembuhkan semua orang), lalu
mengatakan bahwa Tuhan selalu mau menyembuhkan semua orang, dan karena itu
orang kristen harus sembuh dari penyakit. Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa
menghiraukan ayat-ayat seperti:
·
2Kor 12:7-10 yang menunjukkan bahwa Paulus
tidak disembuhkan dari duri dalam dagingnya.
·
Yoh 5:1-9 dimana sekalipun ada banyak
orang yang sakit (Yoh 5:3), tetapi hanya satu orang yang disembuhkan
oleh Yesus, yaitu orang yang lumpuh selama 38 tahun.
·
Luk 5:15-16 dimana pada waktu ada banyak
orang datang kepadaNya untuk disembuhkan, Yesus justru meninggalkan mereka dan
mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi.
c) Banyak
orang berdasarkan Mat 19:6 dan Mal 2:16 mengatakan bahwa orang kristen mutlak
tidak boleh bercerai. Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat
seperti Mat 5:32 dan Mat 19:9 yang mengatakan secara jelas bahwa ada
satu keadaan dimana seorang kristen boleh menceraikan pasangannya, yaitu kalau
pasangannya berzinah (perzinahan fisik). Bdk. Yer 3:8.
d) Dalam
Perjanjian Lama ada banyak tokoh saleh, seperti Daud, Salomo, Abraham, dsb yang
menganut polygamy. Dan Tuhan tidak mengapa-apakan mereka, bahkan memberkati
mereka. Berdasarkan hal ini banyak orang lalu berkata bahwa polygamy memang
diijinkan oleh Tuhan. Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan
ayat-ayat seperti Ro 7:2-3 yang mengatakan bahwa pernikahan kedua
merupakan suatu perzinahan, kecuali kalau pasangannya telah mati..
e) Banyak
orang berdasarkan Mat 7:1-2 mengatakan bahwa kita sama sekali tidak boleh
menyalahkan orang, menganggapnya sesat dsb, karena ini semua adalah menghakimi.
Tetapi penafsiran seperti ini bertentangan dengan:
·
Yoh 7:24 dimana Yesus berkata: “Janganlah
menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil”.
·
bagian-bagian dimana Yesus, rasul-rasul, nabi-nabi
menyalahkan orang, menganggapnya sesat dsb.
f) Banyak
orang yang secara extrim mengharuskan untuk menghan-curkan semua patung, tak
peduli itu adalah patung berhala atau patung seni. Ini mereka dasarkan pada
Kel 20:4. Tetapi penafsiran seperti ini bertentangan dengan Kel 25:18-20
dan Bil 21:4-9 dimana Tuhan sendiri menyuruh membuat patung.
g) Banyak
orang berdasarkan Mat 5:34 melarang sumpah secara mutlak. Tetapi penafsiran ini
bertentangan dengan:
·
ayat-ayat dimana Paulus berulangkali bersumpah
(Ro 1:9 Ro 9:1 2Kor 1:23 dsb).
·
Kel 22:10-11 dimana dalam kasus tertentu
Tuhan justru mengharuskan sumpah.
·
Ibr 6:16.
h) Banyak
orang berdasarkan Mat 18:15-17 mengatakan bahwa semua peneguran harus dilakukan
di bawah 4 mata. Tetapi ini bertentangan dengan:
·
Gal 2:11-14 dimana Paulus menegur Petrus
di depan banyak orang.
·
1Tim 5:20 yang jelas menunjukkan bahwa
ada kasus dimana penegurannya harus dilakukan di depan orang banyak.
Charles Hodge: “The Bible, however, is the word of God and therefore
self-consistent. Consequently if a passage admits of one interpretation
inconsistent with the teaching of the Bible in other places, and of another
interpretation consistent with that teaching, we are bound to accept the
latter. This rule, simple and obvious as it is, is frequently violated, not
only by those who deny the inspiration of the Scriptures, but even by men
professing to recognize their infallible authority” (=
Bagaimanapun juga Alkitab adalah Firman Allah dan karena itu konsisten dengan
dirinya sendiri. Sebagai konsekwensinya jika suatu text memungkinkan satu
penafsiran yang tidak konsisten dengan ajaran Alkitab di tempat-tempat lain,
dan suatu penafsiran lain yang konsisten dengan ajaran itu, kita harus menerima
penafsiran yang terakhir. Peraturan ini, sekalipun kelihatannya sederhana dan
jelas, sering dilanggar, bukan hanya oleh mereka yang menyangkal pengilhaman
Kitab Suci, tetapi bahkan oleh mereka yang mengaku mengenali otoritasnya yang
tidak bisa salah) - ‘Systematic
Theology’, vol III, hal 167.
2) Dari
semua ini jelas sekali terlihat bahwa hafalan ayat Kitab Suci adalah sesuatu
yang penting! Karena itu berusahalah untuk bisa menghafal banyak ayat Kitab
Suci. Satu kunci dalam kesuksesan menghafal ayat adalah banyak menggunakannya /
memberitakannya. Kalau saudara menjadi pengkhotbah, guru sekolah minggu, atau
penginjil pribadi dan saudara banyak menggunakan ayat Kitab Suci dalam mengajar
/ menyampaikannya kepada orang lain, maka saudara pasti akan bisa mengingat /
menghafal banyak ayat Kitab Suci.
3) Hal-hal
yang bisa menolong kalau kita belum banyak hafal ayat Kitab Suci:
a) Menggunakan
headnote atau footnote dalam Kitab Suci untuk melihat bagian paralel dari bagian
yang kita bahas.
Contoh: Apa artinya kata ‘benci’ dalam
Luk 14:26? Kita bisa melihat pada footnote
(di bawah Luk 14:35) tertulis Mat 10:37-38, yang menjelaskan arti
kata ‘benci’ dalam Luk 14:26.
Catatan:
·
Dalam hal ini ada keuntungannya kalau saudara
menggunakan Kitab Suci bahasa Inggris, karena footnotenya lebih lengkap, dengan catatan saudara memilih Kitab
Suci bahasa Inggris yang mempunyai footnote
(ada Kitab Suci bahasa Inggris yang sama sekali tidak mempunyai footnote).
·
headnote
dan footnote bukan termasuk Firman
Tuhan, dan karenanya tidak mutlak benar.
Contoh pemberian headnote
yang salah:
*
Mat 25:14-30 (perumpamaan tentang
talenta), pada headnotenya tertulis
Luk 19:12-27 (perumpamaan tentang uang mina), padahal 2 perumpamaan itu
berbeda.
*
Yoh 2:13-25 (Yesus menyucikan Bait Allah),
pada headnotenya tertulis
Mat 21:12-13
Mark 11:15-17
Luk 19:45-46, padahal penyucian Bait Allah dalam Injil Yohanes
berbeda dengan penyucian Bait Allah dalam Matius, Markus dan Lukas, karena yang
dalam Yohanes terjadi pada awal pelayanan Yesus, sedangkan yang dalam Matius,
Markus dan Lukas terjadi pada akhir pelayanan Yesus.
b) Menggunakan
Concordance (= konkordansi) / Nave’s Topical Bible, Thompson Bible, dsb.
Misalnya: kita mendengar khotbah tentang persembahan persepuluhan.
Kita bisa mengechek pada Nave’s Topical
Bible dengan melihat pada bagian ‘TITHES’ (= persembahan persepuluhan) dimana
tertulis:
“TITHES. Paid by Abraham to Melchizedek,
Gen 14:20; Heb 7:2-6. Jacob vows a tenth of all his property to God,
Gen 28:22. Mosaic laws instituting, Lev 27:30-33; Num 18:21-24;
Deut 12:6,7,17,19; 14:22-29; 26:12-15. Customs relating to,
Neh 10:37-38; Amos 4:4; Heb 7:5-9. Tithe of tithes for priests,
Num 18:26; Neh 10:38. Stored in the temple, Neh 10:38,39; 12:44
13:5,12; 2Chro 31:11,12; Mal 3:10. Payment of, resumed in Hezekiah's
reign, 2Chro 31:5-10. Under Nehemiah, Neh 13:12. Withheld,
Neh 13;10; Mal 3:8. Customary in later times, Matt 23:23;
Luke 11:42; 18:12. Observed by idolators, Amos 4:4,5.” (= Persembahan
persepuluhan. Dibayarkan oleh Abraham kepada Melkisedek, Kej 14:20; Ibr 7:2-6.
Yakub menazarkan sepersepuluh dari semua miliknya kepada Allah, Kej 28:22.
Hukum Musa menetapkannya, Im 27:30-33; Bil 18:21-24; Ul 12:6,7,17,19; 14:22-29;
26:12-15. Kebiasaan yang berhubungan dengan, Neh 10:37-38; Amos 4:4;
Ibr 7:5-9. Persembahan persepuluhan dari persembahan persepuluhan untuk
imam, Bil 18:26; Neh 10:38. Disimpan di Bait Allah,
Neh 10:38,39; 12:44 13:5,12; 2Taw 31:11,12; Mal 3:10. Pembayaran
dari, dilanjutkan dalam pemerintahan Hizkia, 2Taw 31:5-10. Di bawah
Nehemia, Neh 13:12. Ditahan, Neh 13;10; Mal 3:8. Kebiasaan pada
masa belakangan, Mat 23:23; Luk 11:42; 18:12. Ditaati oleh penyembah
berhala, Amos 4:4,5).
Dengan melihat bagian ini kita bisa melihat semua ayat-ayat
dalam Kitab Suci tentang tithe /
persembahan persepuluhan, sehingga kita dengan mudah bisa mengecheck apakah
khotbah itu bertentangan dengan bagian lain dari Kitab Suci atau tidak.
c) Menggunakan
buku-buku tafsiran, tetapi tentu saja harus memilih buku tafsiran yang baik.
Disamping itu, kalau menggunakan buku tafsiran, sedapat mungkin
gunakan beberapa buku tafsiran, bahkan sebanyak mungkin buku tafsiran, karena
dengan demikian kalau ada satu yang memberi penafsiran yang salah, maka yang
lain bisa mengoreksi.
Kalau Tuhan yang berbicara, itu pasti betul. Kalau manusia yang
berbicara, bisa betul, bisa salah. Kalau setan yang berbicara, bisa betul, bisa
salah.
Contoh:
·
dalam Ayub 22:4-dst, kata-kata Elifas
salah.
·
dalam Ayub 4:17, kata-kata Elifas betul.
·
dalam Luk 4:6, kata-kata setan salah.
·
dalam Luk 4:41, kata-kata setan betul.
Satu hal yang perlu dicamkan di sini adalah: sekalipun Kitab
Suci mengandung kata-kata manusia dan setan yang adalah kata-kata yang salah,
itu tidak berarti bahwa Kitab Sucinya salah / tidak inerrant. Manusia / setan itu mengatakan hal-hal yang salah, dan Kitab
Suci mencatatnya secara akurat! Jadi, Kitab Sucinya tetap benar.
Untuk ini saya akan mengutip ulang kata-kata E. J Young yang
sudah saya kutip di depan.
E.
J. Young: “All that the
Bible-believing Christian asserts when he declares that the Bible is inerrant
is that the Bible in its statements is not contrary to fact. It records things
as they actually were” (= Semua yang ditegaskan oleh orang kristen yang percaya
Alkitab pada waktu ia menyatakan bahwa Alkitab tidak ada salahnya adalah bahwa
Alkitab dalam pernyataannya tidak bertentangan dengan fakta. Alkitab mencatat
hal-hal sebagaimana adanya hal-hal itu) - ‘Thy Word Is Truth’, hal 135.
Ada orang kristen yang berkata bahwa semua janji Tuhan adalah Ya
dan Amin untuk dirinya. Kelihatannya hebat dan beriman, tetapi sebetulnya
salah! Mengapa? Karena tidak semua perintah maupun janji Tuhan berlaku untuk
setiap orang.
1) Ada
bagian-bagian yang memang ditujukan untuk semua orang, misalnya: Kel 20:3-17
(10 Hukum Tuhan), Yoh 3:16, dsb.
2) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk bangsa Israel pada masa itu saja, atau pada
jaman Perjanjian Lama saja, misalnya:
·
perintah untuk menumpas habis suatu bangsa (Ul
7:1-2). Holy War (= Perang suci) seperti
ini tidak mungkin ada lagi dalam jaman sekarang.
·
bagian-bagian seperti Kel 23:20-33 Im 26:1-46 (berkat dan kutuk).
·
perintah untuk mendirikan Kemah Suci (Kel
25-dst). Kalau pada jaman Perjanjian Baru orang Yahudi mendirikan lagi Kemah
Suci / Bait Allah, maka itu justru adalah dosa.
·
perintah untuk sunat dan mengadakan Perjamuan
Paskah (Kej 17:10-dst Kel 12-13).
·
perintah untuk mengorbankan binatang pada
waktu berbuat dosa (Im 4-5).
·
perintah untuk menggunakan abu lembu merah
untuk penyucian dosa (Bil 19:1-10).
Ef 2:15
merupakan dasar penghapusan ceremonial
law (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan). Kalau ini masih
kurang meyakinkan, bacalah Ibr 10:1-18, yang membandingkan korban binatang
dalam Perjanjian Lama, dan korban Kristus dalam Perjanjian Baru. Lalu
perhatikan secara khusus:
*
Ibr 10:9b yang berbunyi: “Yang pertama
Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua”.
‘Yang
pertama’ jelas menunjuk pada korban binatang dalam Perjanjian Lama, sedangkan
‘yang kedua’ jelas menunjuk pada korban Kristus.
*
Ibr 10:18 yang berbunyi: “Jadi apabila
untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban
karena dosa”.
Kalau
saudara masih juga belum puas, bacalah Ibr 8-9, dan perhatikan khususnya:
*
Ibr 8:7 - “Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama
itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua”.
*
Ibr 8:13 - “Oleh karena Ia berkata-kata tentang
perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang
telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada
kemusnahannya”.
*
Ibr 9:9-10 - “Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai
dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat
menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka,
karena semuanya itu, di samping makanan dan minuman dan pelbagai macam
persembahan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya
berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.
Semua
ini jelas menunjukkan bahwa ceremonial
law, termasuk korban dan penyucian Perjanjian Lama sudah tidak berlaku lagi
pada jaman Perjanjian Baru sekarang ini.
Karena
itu, kalau pada jaman sekarang (jaman Perjanjian Baru) orang melakukan kembali ceremonial law seperti itu, maka itu
merupakan penghinaan terhadap pengorbanan Kristus. Kalau hal ini dilakukan oleh
bangsa Yahudi yang non kristen, maka sekalipun ini tetap salah, tetapi ini
tidak mengherankan, karena mereka memang hidup dalam jaman Perjanjian Lama dan
tidak mengakui Perjanjian Baru. Tetapi kalau ada orang kristen, lebih-lebih
pendeta kristen, yang menyetujui hal itu, ini betul-betul kegilaan dan
kesesatan! Tidak ada orang / bangsa manapun dalam jaman Perjanjian Baru ini
yang bisa disucikan dengan apapun (termasuk dengan ‘lembu merah’) selain dengan
darah Kristus. Dengan kata lain, supaya seseorang atau suatu bangsa (termasuk
bangsa Israel / Yahudi) bisa disucikan, maka ia / mereka harus percaya kepada
Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan!
Mungkin
ada orang yang menggunakan Bil 19:10, yang menunjukkan bahwa itu adalah ‘ketetapan
kekal’, untuk menentang apa yang saya katakan di sini. Untuk menjawab
ini saya ingin mengingatkan bahwa dalam Kej 17:11,13 sunat juga disebut
sebagai ‘perjanjian kekal’! Apakah saudara mau mengatakan bahwa jaman
sekarang kita juga harus disunat? Ini jelas tidak mungkin (bdk.
Gal 5:2-6 Gal 6:12-15).
Calvin menganggap bahwa yang kekal bukan pelaksanaan sunat itu, tetapi artinya.
Juga sunat merupakan TYPE / gambaran / bayangan dari baptisan, dan karena itu
pada waktu baptisan tiba maka sunat harus disingkirkan. Demikian juga dengan
perayaan Paskah Perjanjian Lama (Passover),
yang dalam Kel 12:14 disebutkan sebagai ‘ketetapan untuk selamanya’. Ini
merupakan TYPE / gambaran / bayangan dari Kristus (1Kor 5:7 - “Sebab anak
domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”),
dan karena itu pada waktu Kristusnya datang, mati dan bangkit, maka hal ini
harus disingkirkan.
Jadi,
sekalipun sunat dan Paskah disebut perjanjian / ketetapan ‘kekal’, itu tidak
berarti pelaksanaan sunat dan Paskah itu kekal. Maka demikian juga dengan
persoalan lembu merah!
3) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk orang kristen / percaya saja, seperti:
Ro 8:28 1Kor 10:13 Yer 29:11.
Karena itu, dalam menghibur atau mengcounsel orang yang tidak kristen, jangan menggunakan ayat-ayat ini
bagi mereka.
4) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk orang-orang tertentu saja, misalnya:
·
Mat 28:20b, ditujukan hanya untuk orang
yang memberitakan Injil.
·
Mat 10:16-20, ditujukan hanya untuk
orang-orang kristen yang dihadapkan kepada penguasa-penguasa. Bagian ini tidak
berlaku untuk pengkhotbah yang mau berkhotbah dalam kebaktian biasa!
5) Ada
bagian-bagian yang ditujukan untuk 1 individu saja, mis:
·
Luk 1:26-35 - untuk Maria saja.
·
Mat 1:20,21 - untuk Yusuf saja.
·
Mat 14:28,29 - untuk Petrus saja.
·
Mat 19:21 - untuk pemuda kaya itu saja.
Catatan: Ini bukan berarti bahwa bagian-bagian yang
bukan untuk kita itu tidak ada artinya sama sekali. Kita bisa menarik
‘pelajaran’ yang berharga dari bagian-bagian itu, misalnya:
¨
Mat 14:28-29 memang tidak berarti bahwa
kita boleh mencoba untuk berjalan di atas air, tetapi bagian itu mengajar kita
untuk tetap percaya dan memandang pada Yesus dalam setiap keadaan.
¨
Mat 19:21 memang tidak berarti bahwa kita
harus menjual semua harta kita dan membagi-bagikannya pada orang miskin. Tetapi
bagian ini mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Kristus lebih dari harta
kita.
Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang mudah / jelas, tetapi ada
juga ayat-ayat yang sukar. Adanya ayat-ayat yang sukar dalam Kitab Suci diakui
oleh Kitab Suci sendiri (2Pet 3:15-16). Ada banyak pengajar sesat yang
senang menggunakan ayat-ayat yang sukar (misalnya dari kitab Wahyu), supaya
mereka bisa menafsirkannya semau mereka. Harus kita ingat bahwa kalau kita
menafsirkan ayat yang sukar, maka kemungkinan untuk salah adalah besar.
Sedangkan kalau kita menafsirkan ayat yang mudah, kemungkinan untuk salah
adalah kecil. Jadi kita harus menggunakan ayat-ayat yang mudah / jelas dalam
Kitab Suci untuk mengecheck penafsiran ayat-ayat sukar dalam Kitab Suci.
Contoh:
1) Wah 7:4-8
adalah ayat / bagian yang sukar. Ini dipakai oleh Saksi Yehovah untuk mengajar
bahwa nanti hanya ada 144.000 orang yang akan masuk surga. Tetapi dalam Kitab
Suci, ada ayat-ayat yang lebih jelas, yang jelas-jelas bertentangan dengan
ajaran itu. Wah 7:9 mengatakan “tak terhitung banyaknya”. Yoh 3:16
mengatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus akan mendapat hidup
kekal, dan mustahil bahwa dalam sepanjang jaman hanya ada 144.000 orang yang
percaya kepada Kristus.
2) Mat 5:5
adalah ayat yang sukar, dan ayat ini dipakai oleh Saksi Yehovah untuk mengajar
bahwa manusia (selain yang 144.000 orang yang masuk surga) akan tinggal di
bumi. Tetapi 2Pet 3:9-11 (bdk. Wah 21:1b) secara jelas mengatakan
bahwa pada hari kedatangan Kristus yang kedua-kalinya, semua (termasuk bumi)
akan dihancurkan.
3) 1Pet 3:19-20
dan 1Pet 4:6 adalah ayat-ayat sukar.
Ini dipakai oleh orang-orang tertentu untuk mengajarkan bahwa
setelah kematian masih ada harapan bagi orang-orang yang tidak percaya [adanya
penginjilan terhadap orang yang sudah mati, adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua) bagi mereka dsb]. Tetapi
Luk 16:19-31 (cerita Lazarus dan orang kaya) secara jelas menunjukkan
bahwa tidak ada lagi harapan bagi orang yang tidak percaya setelah mereka mati.
Dan Maz 88:12-13 juga secara jelas menunjukkan bahwa kasih Tuhan tidak
bisa diberitakan setelah kematian!
Jadi, supaya kita bisa menghindari ajaran-ajaran sesat / salah
yang menggunakan ayat-ayat sukar sebagai dasar, maka kita perlu belajar Kitab
Suci kita dan menghafalkan ayat-ayat yang mudah / jelas. Dengan demikian kita
bisa mengecheck ajaran-ajaran yang menggunakan ayat sukar sebagai dasar. Awas!
Ini tidak berarti, kita harus menghindari ayat-ayat sukar! Kita tidak
menghindarinya! Tetapi kita mempelajari yang mudah lebih dahulu dan lalu
menggunakan ayat-ayat yang mudah itu untuk menafsirkan ayat-ayat yang sukar.
Kata explicit berarti
‘tersurat’, sedangkan kata implicit
berarti ‘tersirat’.
Bagian yang bersifat explicit
adalah bagian yang memberikan pernyataan / ajaran langsung, sedangkan bagian
yang bersifat implicit adalah bagian
yang memberikan pernyataan / ajaran tidak langsung.
Contoh:
1) Dalam
pembicaraan sehari-hari:
Kalau si A berkata kepada si B: ‘Saya lapar’, maka si B dengan
yakin bisa tahu bahwa si A sedang lapar, karena itu dikatakannya secara explicit. Tetapi si B juga bisa
menduga-duga / menyimpulkan apa yang si A maksudkan secara implicit dengan kata-kata itu. Mungkin si A mengatakan dirinya
lapar, dengan maksud supaya si B mengajaknya makan. Tetapi penafsiran implicit ini tentu tidak pasti benar,
karena si B bisa saja salah dalam menarik kesimpulan seperti itu.
2) Dalam
penafsiran Kitab Suci:
Yoh 3:16 secara explicit
mengajarkan bahwa:
·
Allah mencintai dunia.
·
Allah telah mengaruniakan AnakNya yang
tunggal.
·
Yang percaya kepada Anak Allah tidak akan
binasa tetapi akan mendapat hidup kekal.
Sedangkan secara implicit
Yoh 3:16 mengajarkan bahwa: Yang tidak percaya kepada Anak Allah / Yesus
akan binasa / masuk neraka.
Jelas bahwa penafsiran yang explicit
lebih kuat dari pada penafsiran implicit,
dan karenanya, kalau sesuatu yang implicit
bertentangan dengan sesuatu yang explicit,
maka yang implicitlah yang harus
dibuang.
Tetapi bagaimanapun juga, mengambil pengajaran / arti secara implicit dari suatu ayat adalah penting
dan sah. Tuhan Yesus sendiri menggunakan bagian yang implicit dari suatu ayat untuk mengajar. Dalam Mat 22:23-33,
Ia menggunakan bagian yang implicit
dari Kel 3:6 untuk membuktikan adanya kebangkitan / kehidupan setelah
kematian.
Dan pada waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus mengutip Ul 6:13,
tetapi kalau dalam Ul 6:13 secara explicit
tidak ada kata ‘hanya’ (tetapi jelas ada secara implicit), maka waktu mengucapkan Mat 4:10 Yesus memberi kata
‘hanya’ secara explicit.
Bolehnya menarik ajaran implicit
ini menyebabkan adanya tindakan-tindakan yang bisa dinyatakan sebagai salah,
sekalipun tidak ada dasar secara explicit.
Contoh yang jelas adalah tentang merokok, menjadi morfinist, menggunakan ecstasy dsb. Sekalipun secara explicit tidak ada ayat yang melarang
hal-hal itu, tetapi secara implicit
ada, seperti:
¨
Mat 22:39 selain menyuruh kita mengasihi
sesama, juga menyuruh kita mengasihi diri sendiri. Merokok, menjadi morfinist,
menggunakan ecstasy, dsb jelas
merusak tubuh / kesehatan kita sendiri, dan karenanya jelas bertentangan dengan
ayat ini. Bahkan merokok juga merusak kesehatan orang-orang di sekitar si
perokok dengan memaksa mereka menjadi perokok pasif. Jadi tindakan merokok ini
juga tidak mengasihi sesama.
¨
1Kor 10:23 yang berbunyi: “‘Segala
sesuatu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala
sesuatu diperbolehkan,’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”.
Berdasarkan
1Kor 10:23 ini, maka merokok itu jelas tidak boleh dilakukan, karena
merokok itu bukan saja tidak berguna dan tidak membangun, tetapi bahkan merusak
/ merugikan kesehatan si perokok maupun orang-orang yang di sekitarnya, dan
juga merupakan penghamburan uang secara tidak perlu / tidak ada gunanya!
¨
1Kor 6:12 yang berbunyi: “Segala sesuatu
halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku,
tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”.
Ayat ini mempunyai kemiripan dengan 1Kor 10:23 di atas,
tetapi ada tambahannya yang berbunyi ‘aku tidak membiarkan diriku diperhamba
oleh suatu apapun’. Ini lebih-lebih lagi menentang tindakan
merokok, menjadi morfinist dsb, karena hal-hal itu jelas memperbudak orangnya.
Sekalipun mengambil pengajaran secara implicit adalah suatu tindakan yang sah, tetapi ada juga bahayanya,
yaitu kalau mengambilnya salah.
Contoh:
·
Mat 22:23-33 digunakan oleh banyak orang
untuk mengajar bahwa nanti di surga kita tidak punya jenis kelamin. Tetapi
bagian itu hanya mengatakan ‘tidak kawin dan tidak dikawinkan’, bukannya ‘tidak
punya jenis kelamin’. Bandingkan dengan Luk 16:19-31, dimana Abraham
disebut ‘Bapa’ (laki-laki).
·
1Tim 3:2,12 secara explicit mengajar bahwa penilik jemaat / diaken tidak boleh
beristri lebih dari satu. Lalu ada orang yang menafsirkan secara implicit bahwa jemaat biasa boleh
mempunyai istri lebih dari satu. Bandingkan ini dengan Ro 7:2-3 yang
secara explicit melarang polygamy / polyandry.
·
Yoh 12:6 secara explicit mengatakan bahwa rombongan Tuhan Yesus mempunyai bendahara.
Lalu para penganut Theologia Kemakmuran menafsirkan secara implicit dengan mengatakan bahwa Yesus itu kaya sehingga
membutuhkan bendahara. Bandingkan ini dengan Luk 9:58 yang jelas
menunjukkan kemiskinan Yesus.
Supaya terhindar dari penafsiran implicit yang salah, maka sesuatu yang implicit harus dicheck dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci,
kalau bisa yang bersifat explicit.
Contoh:
¨
Dalam Yoh 3:16, kata-kata '... setiap
orang yang percaya kepadaNya' ditafsirkan secara implicit untuk mengajar bahwa setiap orang mampu datang kepada
Kristus. Tetapi Yoh 6:44,65 menyatakan secara explicit bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan untuk datang
kepada Kristus (bdk. 1Kor 12:3). Manusia hanya bisa datang kepada Kristus,
kalau Allah menarik dia / mengaruniakan kepadanya. Jadi, di dalam hal ini,
penafsiran secara implicit dari
Yoh 3:16 tadi harus dibuang!
¨
Fil 2:12 dan Wah 2:10 ditafsirkan secara
implicit untuk mengajarkan bahwa
keselamatan bisa hilang. Tetapi Yoh 10:27-29 secara explicit menyatakan bahwa kita tidak
mungkin kehilangan keselamatan. Jadi, di sini penafsiran implicit dari Fil 2:12 dan Wah 2:10 itu harus dibuang!
¨
Ro 7:18-19 ditafsirkan secara implicit untuk mengajarkan bahwa
manusia bisa mempunyai kemauan yang baik, tetapi tetap tidak mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kemauan yang baik itu. Tetapi bandingkan dengan Fil 2:13 - ”karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan
menurut kerelaanNya”. Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan
terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV:
“For it is God which worketh in you both
to will and to do of his good pleasure” (= Karena Allahlah yang bekerja
dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari
kesenanganNya yang baik).
RSV:
“for God is at work in you, both to
will and to work for his good pleasure” (= karena Allah bekerja dalam
kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk
kesenanganNya yang baik).
NASB:
“for it is God who is at work in you, both
to will and to work for His good pleasure” (= karena Allahlah yang
bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan
untuk kesenanganNya yang baik).
NIV:
“for it is God who works in you to
will and to act according to his good purpose” (= karena Allahlah yang
bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut
rencanaNya yang baik).
Jadi
Fil 2:13 secara explicit
mengatakan bahwa bukan hanya kekuatan untuk melakukan, tetapi juga kemauan yang
baik, harus diberikan oleh Allah.
1) Bagian Kitab
Suci yang bersifat Descriptive (=
bersifat menggambarkan).
Bagian yang bersifat Descriptive
adalah bagian yang berupa cerita yang terjadi sungguh-sungguh dan
bersifat menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu. Ini tidak boleh dipakai
sebagai rumus / hukum / norma!
Illustrasi:
Dalam hal ini, membaca dan menafsirkan Kitab Suci mempunyai
persamaan dengan membaca dan menafsirkan surat kabar. Kalau saudara membaca
surat kabar, dan di sana diceritakan tentang adanya orang yang terkena serangan
jantung pada waktu nonton TV, maka hal ini tentu bukan norma / hukum. Cerita
ini tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang nonton TV pasti
terkena serangan jantung. Juga kalau di surat kabar diceritakan adanya satu keluarga
yang piknik ke Tretes dan lalu mengalami kecelakaan, sehingga mati semua. Ini
tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang piknik sekeluarga
akan mengalami kecelakaan dan mati semua.
Contoh:
a) Kel 14,
yang menceritakan peristiwa dimana Allah membelah Laut Teberau sehingga bangsa
Israel bisa menyeberang di tanah kering, adalah suatu bagian yang bersifat Descriptive (menggambarkan apa yang
terjadi pada saat itu). Ini bukan rumus / norma / hukum, artinya, kita tidak
diperintahkan untuk menyeberangi laut dengan cara seperti itu!
b) Yos
6 yang menceritakan robohnya tembok Yerikho setelah dikelilingi selama 7 hari
juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma dalam peperangan.
c) Kel 16:13-16
yang menceritakan pemberian manna kepada bangsa Israel di padang gurun, jelas
juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga tidak boleh dijadikan sebagai rumus / norma dalam kehidupan orang
kristen di padang gurun.
d) Kis
5:18-19 dan Kis 12:3-11 menceritakan bahwa pada waktu rasul-rasul
ditangkap dan dipenjarakan, Tuhan membebaskannya dengan menggunakan mujijat.
Ini lagi-lagi merupakan bagian yang bersifat Descriptive, dan tidak boleh diartikan seakan-akan setiap orang
kristen yang ditangkap / dipenjarakan pasti dibebaskan secara mujijat.
Kenyataannya Yohanes Pembaptis dipenjarakan lalu dipenggal (Mat 14:3-12); Yesus
sendiri ditangkap lalu disalibkan sampai mati, dan rasul Yakobus ditangkap lalu
dipenggal (Kis 12:2).
e) Yoh 11
menceritakan bahwa Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari.
Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga tidak boleh diartikan seakan-akan setiap orang kristen yang mati akan
bangkit pada hari ke 4.
f) Kis 28:1-6
juga bersifat descriptive dan tidak
dapat dipakai sebagai dasar untuk mengajar bahwa orang kristen tidak akan
mengalami bahaya apa-apa kalau digigit ular berbisa.
g) Ada
banyak bagian yang bersifat Descriptive
dalam Kitab Suci tentang hal-hal yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang bukan
merupakan norma / hukum, dan karenanya tidak harus kita lakukan. Misalnya:
·
Yesus tidak pernah menikah / pacaran. Ini
tentu tidak berarti bahwa semua orang kristen tidak boleh pacaran / menikah.
·
Yesus berpuasa 40 hari 40 malam di padang
gurun (Mat 4:1-11 Luk 4:1-13). Ini
tidak berarti bahwa semua orang kristen harus berpuasa 40 hari 40 malam di
padang gurun.
·
Yesus dan Petrus berjalan di atas air
(Mat 14:22-29). Ini tidak berarti bahwa setiap orang kristen harus bisa
melakukan hal itu.
·
Yesus hanya mempunyai 12 murid
(Mat 10:1-4). Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Sekolah Theologia /
gereja hanya boleh mempunyai 12 murid / jemaat.
2) Bagian Kitab
Suci yang bersifat Didactic (=
bersifat pengajaran).
Bagian yang bersifat Didactic
adalah bagian yang bersifat pengajaran (Yunani: DIDACHE), dan bisa berbentuk
suatu pernyataan, janji, perintah atau larangan. Ini adalah rumus / hukum /
norma bagi kita.
Contoh:
a) Kis 16:31
yang berbunyi “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan
selamat” adalah bagian yang bersifat Didactic.
Karena itu, ini merupakan hukum / norma, artinya setiap orang yang percaya
kepada Yesus pasti selamat.
b) Fil 4:4
yang berbunyi “Bersukacitalah senantiasa”
adalah bagian yang bersifat Didactic.
Ini adalah hukum / norma bagi kita, yang menyuruh kita bersukacita senantiasa.
c) 10
Hukum Tuhan dalam Kel 20:3-17 merupakan bagian yang bersifat Didactic, sehingga merupakan Hukum /
Norma bagi kita semua.
Jadi, pada waktu mendengar suatu khotbah / ajaran, telitilah
apakah text yang dipakai sebagai dasar itu adalah text yang bersifat descriptive atau didactic! Ini bisa menghindarkan saudara dari ajaran-ajaran yang
salah / sesat!
Jaman sekarang, khususnya dalam kalangan Pentakosta /
Kharismatik, karena kurangnya / tidak adanya pengertian tentang Hermeneutics,
yang menyebabkan mereka tidak membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive dan bagian yang bersifat Didactic, maka ada banyak pengajaran
salah yang ditimbulkan karena mereka menggunakan bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus / hukum /
norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic.
Contoh:
1. Mat 12:15b
dan Mat 15:30 memang menggambarkan bahwa pada saat itu Yesus menyembuhkan semua
orang sakit. Tetapi ini adalah bagian yang bersifat Descriptive, sehingga sebetulnya tidak boleh dijadikan hukum /
norma. Tetapi banyak orang menggunakan bagian yang bersifat Descriptive ini sebagai hukum / norma,
sehingga mereka berkata bahwa Yesus selalu menyembuhkan semua orang
sakit. Ini menyebabkan mereka lalu mengajarkan bahwa setiap orang kristen harus
sehat / sembuh dari penyakit, dan kalau tidak sembuh maka pasti orangnya kurang
beriman atau berdosa.
Bahwa ini salah bisa terlihat dari ayat-ayat seperti
2Kor 12:7-10
Fil 2:26-27
1Tim 5:23
2Tim 4:20 jelas menunjukkan bahwa orang kristen, yang beriman dan
saleh sekalipun, bisa sakit dan bahkan tidak disembuhkan dari penyakit itu.
2. Kis 2:1-11
menceritakan apa yang terjadi pada hari Pentakosta dimana rasul-rasul kepenuhan
Roh Kudus lalu berbahasa Roh / lidah. Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive, tetapi banyak orang yang
lalu menjadikan hal ini sebagai rumus / hukum / norma dan mereka mengajar bahwa
orang yang menerima / dipenuhi Roh Kudus harus berbahasa Roh / lidah.
Menghadapi ajaran seperti ini ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
·
Kis 2:1-11 bersifat descriptive, jadi tidak boleh dijadikan rumus / hukum / norma!
·
Ajaran tersebut tidak konsekwen karena mereka
mengharuskan bahasa Roh / lidahnya saja, tetapi tidak mengharuskan adanya
tiupan angin yang keras dan lidah-lidah api, yang jelas juga ada dalam bacaan
itu (Kis 2:2-3). Memang bahasa rohnya gampang dipalsukan, tetapi tiupan angin
dan lidah api sukar / tidak dapat dipalsukan!
·
1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didactic dan mengajarkan bahwa hanya
sebagian orang kristen yang menerima karunia bahasa Roh. Karena
1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didactic
maka bagian inilah yang harus dianggap sebagai norma / hukum / rumus!
3. Cerita
tentang tokoh-tokoh yang kaya dalam Perjanjian Lama, seperti Abraham, Daud,
Ayub, dsb merupakan bagian yang bersifat Descriptive,
sehingga tidak boleh dijadikan norma. Tetapi para penganut Theologia Kemakmuran
menggunakan bagian-bagian ini sebagai norma, sehingga mereka lalu mengatakan
bahwa orang kristen harus kaya.
Ada 2 hal penting yang perlu diketahui:
1) Bagian
yang bersifat Descriptive juga
mengandung pengajaran, karena kalau tidak, tentu tidak akan ditulis dalam Kitab
Suci.
Contoh:
a) Peristiwa
Petrus berjalan di atas air (Mat 14:28-31) mengajar bahwa:
·
Yesus / Allah berkuasa atas hukum alam,
sehingga pada saat tertentu bisa saja ‘melindas’ hukum alam itu.
·
Dalam menghadapi persoalan / bahaya, mata kita
harus ditujukan kepada Yesus, supaya kita tetap beriman dan tidak takut /
kuatir.
b) Peristiwa
pemberian makan kepada 5000 orang (Yoh 6:1-14), mengajar kita bahwa:
·
Allah sering tidak bisa diukur dengan
matematik!
·
Sesuatu yang tidak berarti (5 roti dan 2
ikan), pada waktu dipersembahkan kepada Tuhan dengan hati yang tulus, bisa
menjadi berkat bagi banyak orang.
c) Kita
bisa menggunakan orang-orang saleh sebagai teladan hidup, asal tidak
bertentangan dengan bagian Kitab Suci yang lain.
Misalnya kita boleh menjadikan iman Abraham dalam menantikan
janji Tuhan sebagai teladan dalm hidup kita. Juga keberanian Daud, kesalehan
Ayub, dsb. Tetapi polygamy yang dilakukan tokoh-tokoh saleh dalam Perjanjian
Lama (1Raja 11:3), dan juga dusta Abraham dan Ishak
(Kej 12:11-13
Kej 20:2
Kej 26:7), perzinahan Daud (2Sam 11), dsb, jelas tidak boleh
dijadikan teladan karena bertentangan dengan Kitab Suci.
2) Kalau
sesuatu yang bersifat Descriptive terjadi terus menerus tanpa kecuali,
maka itu memungkinkan kita untuk menjadikan bagian itu sebagai rumus / hukum /
norma.
Contoh:
a) Dalam
Kitab Suci baptisan selalu dilakukan dengan air, dan karena itu maka hal
ini menjadi rumus / norma.
b) Dalam
Kitab Suci Perjamuan Kudus selalu dilakukan menggunakan roti dan anggur,
dan karena itu maka hal ini menjadi rumus / norma.
c) Dalam
Kitab Suci semua kesembuhan ilahi:
·
terjadi secara sempurna (sembuh total).
·
terjadi secara langsung / pada ketika itu juga
(bukan secara proses perlahan-lahan).
Karena itu hal ini harus dijadikan norma / hukum.
Kalau kita tidak bisa membedakan kedua hal itu dalam Kitab Suci,
maka kita tidak bisa terhindar dari kontradiksi. Kalau kita bisa membedakan
kedua hal tersebut, maka kita bisa mengharmoniskan kedua bagian tersebut.
Contoh:
1) Dalam
Kej 6:5,6
Kel 32:10-14
1Sam 15:11
Yes 38:1,5 Yer 18:8 Yun 3:10 dikatakan bahwa Allah itu
menyesal dan mengubah keputusanNya. Ini merupakan ayat-ayat yang ditinjau dari
sudut manusia!
Dalam Bil 23:19
1Sam 15:29 & Yer 4:28 jelas dikatakan bahwa Allah tidak
akan menyesal dan tidak akan mengubah rencanaNya. Ini peninjauan dari sudut
Allah!
Jadi ditinjau dari sudut manusia, Allah memang kelihatannya bisa
menyesal dan mengubah RencanaNya, tetapi ditinjau dari sudut Allah itu tidak
mungkin.
Illustrasi:
Seorang
sutradara menyusun naskah untuk sandiwara, dan ia juga sekaligus menjadi salah
satu pemain sandiwara tersebut. Dalam sandiwara itu ditunjukkan bahwa ia mau
makan, tetapi tiba-tiba ada telpon, sehingga ia lalu tidak jadi makan. Dari
sudut penonton, pemain sandiwara itu berubah pikiran / rencana. Tetapi
kalau ditinjau dari sudut naskah / sutradara, ia sama sekali tidak
berubah dari rencana semula, karena dalam naskah sudah direncanakan bahwa ia
mau makan, lalu ada telpon, lalu ia mengubah rencana / pikirannya, dsb.
Pada
waktu Kitab Suci berkata ‘Allah menyesal’ maka memang dari sudut manusia,
Allahnya menyesal / mengubah rencanaNya. Tetapi dari sudut Allah / Rencana
Allah, sebetulnya tidak ada perubahan, karena semua perubahan / penyesalan itu
sudah direncanakan oleh Allah.
2) Kalau
kita melihat Yoh 10:26-29
1Kor 1:8-9
Fil 1:6
1Yoh 2:18-19 Yudas 24
maka jelas sekali bahwa orang kristen tidak mungkin murtad atau dengan kata
lain, sekali seseorang selamat ia akan tetap selamat. Ini peninjauan dari sudut
Allah!
Tetapi:
a) Dalam
Yoh 6:60-66
1Tim 1:19-20
2Tim 2:17-18 ada orang-orang yang murtad.
Ini peninjauan dari sudut manusia. Dari sudut manusia,
orang-orang itu kelihatannya sudah percaya tetapi lalu murtad.
Kalau kita mau mengharmoniskan bagian ini dengan ayat-ayat yang
meninjau dari sudut Allah, haruslah kita katakan bahwa orang-orang yang dari
sudut manusia itu kelihatannya sudah percaya, sebetulnya belum sungguh-sungguh
percaya. Karena itulah maka mereka bisa murtad.
b) Dalam
Kol 1:23 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Wah 2:10b ada peringatan supaya tidak murtad dan ada
perintah untuk terus ikut Tuhan.
Ini peninjauan dari sudut manusia!
Illustrasi dari Kitab Suci:
Bacalah Kis 27:22-25,34b lalu Kis 27:31,33-34a. Paulus
bukan menentang kata-katanya sendiri. Tetapi mula-mula ia berbicara dari sudut
pandang Allah (ay 22-25), dan sesudah itu ia berbicara dari sudut pandangan
manusia, untuk menekankan tanggung jawab mereka (ay 31,33-34a), lalu ia
berbicara dari sudut pandangan Allah lagi (ay 34b).
Kesimpulan dari semua ini: sekalipun keselamatan dijamin tidak
bisa hilang, manusia tetap bertanggung jawab untuk memelihara keselamatannya.
3) Dalam
Kej 6:9 Luk 1:6 Luk 2:25 Ayub 1:1,8 kita melihat adanya orang-orang yang saleh.
Ini dari sudut pandang manusia (manusia memandang mereka sebagai orang yang
saleh, atau, dibandingkan manusia yang lain mereka adalah orang yang saleh).
Dalam Ro 3:10-12,23
Yes 64:6 jelas dikatakan bahwa semua manusia adalah orang berdosa,
dan segala kesalehannya seperti kain kotor. Ini dari sudut pandangan Allah. Di
hadapan Allah yang maha suci, bagaimanapun salehnya seseorang, ia tetap penuh
dengan dosa!
-o0o-
email us at : gkri_exodus@lycos.com