HERMENEUTICS : Ilmu Penafsiran Alkitab
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Sekalipun suatu nama ada artinya, tetapi tidak selalu ada hubungannya
dengan kontext. Jadi, kadang-kadang perlu / bisa dibahas (misalnya nama ‘Yesus’
dalam Mat 1:21); tetapi kadang-kadang tidak boleh dibahas karena memang
tidak ada hubungannya dengan kontext [misalnya nama ‘Teofilus’ yang berarti ‘a friend of God’ (= sahabat Allah)
dalam Kis 1:1 dan Luk 1:3].
1) Suatu
kata tidak selalu mempunyai arti yang sama.
Suatu kata sering mempunyai beberapa arti dan bisa saja pada
suatu bagian diambil arti yang pertama dan pada bagian yang lain diambil arti
yang kedua.
Misalnya kata ‘pencobaan / mencobai’, ‘iman’, ‘percaya’,
‘selamat’, ‘jiwa’, tidak selalu sama artinya.
Contoh: baca Yak 2:14-26.
Kalau
kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa
kelihatannya bagian surat Yakobus ini bertentangan dengan banyak bagian
surat-surat Paulus (Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan
Yak 2:24; Ro 4:1-4 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan
Yak 2:21).
Ada
beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamaikan / mengharmoniskan
Paulus dan Yakobus:
a) Mereka
mempunyai perbedaan tujuan.
Paulus
menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang
menekankan keselamatan karena perbuatan baik (bdk. Kis 15:1-2). Karena itu
Paulus justru menekankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan
kita diselamatkan (Ro 3:27-28 Gal
2:16,21 Ef 2:8-9).
Tetapi
Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang
kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia
justru menekankan perbuatan baik.
b) Mereka
menggunakan kata-kata yang sama tetapi dengan arti yang berbeda.
1. Istilah ‘pekerjaan / perbuatan
baik’.
Kalau
Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang
digunakan untuk menyelamatkan diri kita. Karena itu maka ia berkata bahwa
perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).
Tetapi
kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksudkannya sebagai akibat / hasil
dari keselamatan. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam
diri orang kristen.
2. Istilah ‘iman / percaya’.
Kalau
Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus
(saving faith / iman yang
menyelamatkan).
Tetapi
kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya
dengan mulut’ (bdk. Yak 2:14 - ‘seorang mengatakan bahwa ia
mempunyai iman’).
3. Istilah ‘dibenarkan’.
Kalau
Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan oleh
Allah’.
Tetapi
kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu
yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).
Kesimpulan:
Dalam
Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya
tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan
percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik.
Mungkin
ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh
iman) yang diajarkan oleh Paulus, atau mungkin ia menuliskan bagian ini untuk
memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang
memerdekakan’ (Yak 1:25
2:12). Dengan demikian secara keseluruhan ia mengajarkan bahwa
sekalipun orang kristen sudah dimerdekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus,
itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!
2) Kadang-kadang
suatu kata mengalami perkembangan dalam artinya.
Baik sekali untuk membahas perkembangan arti tersebut, tetapi
kita harus membahas dalam bahasa aslinya, bukan bahasa Inggris / Indonesianya.
Contoh yang benar: membahas perkembangan kata ‘mamon’ dalam
Mat 6:24.
Wiliam Barclay memberikan penjelasan tentang kata ‘Mamon’. Ia
mengatakan bahwa ‘mamon’ berarti ‘milik secara materi’ / ’material possessions’ dan ini sebetulnya bukanlah suatu kata yang
mengandung arti buruk.
Tetapi dalam sejarah ada perkembangan arti dari kata ‘mamon’
itu.
·
mamon berasal dari suatu kata yang berarti ‘to entrust’ (= mempercayakan). Jadi,
mula-mula mamon diartikan sebagai harta yang dipercayakan kepada bank /
orang lain.
·
lama kelamaan, mamon bukan lagi sesuatu yang dipercayakan
tetapi menjadi sesuatu yang dipercayai.
·
akhirnya, mamon menjadi dewa dalam hidup
manusia dan lalu ditulis dengan huruf besar (Mamon).
Jadi, dari perkembangan arti kata ‘mamon’ ini terlihat bahwa
mamon yang mula-mula tidak ada jeleknya itu makin lama makin menjerat manusia.
Contoh yang salah: membahas kata ‘kekuatan / power’ dalam Ro 1:16. Banyak orang
yang membahas kata bahasa Inggris ‘dynamite’
(= dinamit) yang diturunkan dari kata bahasa Yunani DUNAMIS (yang diterjemahkan
kekuatan / power dalam Ro 1:16
tersebut), padahal kata Yunani DUNAMIS belum tentu mengandung arti seperti dynamite. Ini dilakukan oleh sebuah buku
Saat Teduh (‘Streams in the Desert’,
vol I, April 8), yang menterjemahkan 2Kor 12:10, dengan mengubah kata-kata
‘maka aku kuat’ menjadi ‘then I am
dynamite’ (= maka aku adalah dinamit).
Suatu kata bisa diartikan secara:
1) Literal / hurufiah.
2) Figurative / kiasan.
3) Symbolic / lambang.
Kalau salah pilih, tentu saja artinya jadi kacau. Misalnya
seperti dalam Mat 16:5-12 Yoh
2:18-21 Yoh 11:11-13.
Contoh:
1) Kata
‘pedang’.
a) Bisa
diartikan secara hurufiah, dalam arti betul-betul menunjuk pada pedang biasa.
Contoh:
·
Mat 26:51 - Petrus membacok telinga hamba
imam besar dengan pedang.
·
Bil 22:29 - Bileam tidak mempunyai pedang
untuk membunuh keledainya.
b) Bisa
diartikan sebagai kiasan, dan menunjuk pada:
·
hukuman / hak menghukum (Ro 13:4 - “Tidak percuma
pemerintah menyandang pedang”).
·
peperangan / pertengkaran / perpisahan
(Mat 10:34 - “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”).
·
peperangan / pertumpahan darah
(2Sam 12:10 - karena Daud berzinah dan membunuh, maka Tuhan memberi
hukuman yaitu: “pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu
sampai selamanya”).
c) Bisa
diartikan sebagai lambang dan menunjuk pada Firman Tuhan.
Contoh:
·
Ef 6:17 - “pedang Roh, yaitu Firman Allah”.
·
Ibr 4:12 - “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan
lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam
sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita”.
Kadang-kadang
tidak mudah untuk mengatakan apakah suatu kata termasuk hurufiah, kiasan atau
lambang. Contohnya kata ‘pedang’ dalam Luk 22:35-38, yang akan saya jelaskan di
bawah ini.
a. Dalam
Luk 22:35-36a, Yesus dan murid-muridNya membicarakan peristiwa dalam:
·
Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15.
·
Luk 10:1-12,17-20.
Saat
itu orang-orang yang diutus oleh Yesus tidak kekurangan apa-apa sekalipun
mereka pergi tanpa membawa apa-apa.
b. Luk 22:35-36
ini menunjukkan bahwa akan terjadi kontras yang sangat besar antara dulu dan
sekarang. Dulu mereka enak, banyak orang mau menerima mereka, menjamu mereka
dsb. Tetapi sekarang / sebentar lagi, keadaan akan berubah, dan hidup maupun
pelayanan mereka akan menjadi sukar dan berat.
Ada
2 hal yang bisa kita dapatkan dari bagian ini:
·
Text-text seperti Luk 9:1-6 /
Mat 10:5-15 / Luk 10:1-12,17-20 tidak boleh dijadikan dasar untuk
mengutus seorang hamba Tuhan / misionaris tanpa bekal apa-apa.
Luk 22:35-36
ini menunjukkan secara jelas bahwa Luk 9:1-6 / Mat 10:5-15 /
Luk 10:1-12,17-20 itu berlaku untuk sementara saja!
·
Tuhan tidak selalu mau melakukan mujijat.
Kalau misalnya Tuhan itu mau selalu melakukan mujijat seperti:
*
gagak yang memberi makan Elia.
*
5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang.
maka
jelas bahwa murid-murid itu tetap tidak perlu membawa bekal, uang dsb.!
c. Luk 22:37
menunjukkan alasan mengapa kontras dulu dan sekarang itu akan terjadi.
·
Luk 22:37 ini merupakan kutipan dari
Yes 53:12.
Kristus
yang adalah orang benar itu, harus dianggap sebagai ‘pemberontak’ [NIV/NASB: ‘transgressors’ (= pelanggar hukum)]
supaya kita yang adalah pemberontak / pelanggar hukum (bdk. Yes 53:5) bisa
dianggap sebagai orang benar! Bdk. 2Kor 5:21.
·
Yesus mengutip Yes 53:12 ini untuk
menunjukkan bahwa Firman Tuhan sudah menubuatkan bahwa Ia akan dianggap sebagai
pemberontak / pelanggar hukum, dan sebentar lagi nubuat itu akan tergenapi:
*
Mat 26:47,55 - Ia ditangkap seperti penyamun.
*
Mat 26:65 - Ia dianggap sebagai
penghujat.
*
Mat 27:63 - Ia dianggap sebagai penyesat
[NIV: deceiver (= penipu)].
*
Salib adalah hukuman untuk orang yang sangat
jahat dan terkutuk (Gal 3:13 Ul
21:23).
*
Ia mati di antara 2 penjahat (bdk.
Yes 53:9,12
Mark 15:27-28).
Karena
Ia dianggap sebagai orang jahat, maka jelas bahwa murid-muridNya juga tidak
akan diterima seperti dulu! Inilah yang menyebabkan hidup dan pelayanan
murid-murid akan menjadi berat dan sukar.
d. Apa arti
‘pedang’ dalam Luk 22:36?
Adam
Clarke: “I must confess
that the matter about the swords appears to me very obscure. I am afraid I do
not understand it, and I know of none who does” (= Saya harus
mengakui bahwa persoalan tentang pedang ini kelihatan sangat kabur bagi saya.
Saya tidak mengertinya dan saya tidak tahu ada orang yang mengerti hal ini).
Ada
bermacam-macam penafsiran tentang kata ‘pedang’ dalam Luk 22:36 ini:
·
Kata ini diallegorikan, dan diartikan sebagai
Firman Tuhan (bdk. Ef 6:17). Bahkan ada orang yang menambahkan bahwa ‘2 pedang’
dalam Luk 22:38 menunjuk pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru!
Keberatan
terhadap pandangan ini:
*
Tidak ada alasan yang menyebabkan bagian ini
boleh dialegorikan seperti itu. Dan kalaupun mau dialegorikan, apa dasarnya
untuk mengatakan bahwa pedang melambangkan Firman Tuhan? Bahwa dalam
Ef 6:17 pedang menggambarkan Firman Tuhan, itu tidak berarti bahwa disini
juga harus begitu! Disamping itu, kalau pedang diartikan sebagai Firman Tuhan,
lalu apa artinya ‘menjual jubah’ di sini?
*
Saat itu belum ada Perjanjian Baru!
*
Pedang yang digunakan oleh Petrus dalam
Mat 26:51 jelas adalah salah satu dari 2 pedang dalam Luk 22:38! Jadi
jelas bahwa itu adalah pedang sungguhan!
·
Ada yang menghurufiahkan kata pedang dalam
Luk 22:36 ini. Jadi mereka mengartikan bahwa Yesus betul-betul menyuruh
mereka yang tidak mempunyai pedang untuk menjual jubahnya dan membeli pedang.
Keberatan
terhadap pandangan ini: kalau memang Yesus menyuruh membeli pedang sungguhan,
mengapa waktu Petrus menggunakan pedang itu, Yesus justru menegurnya (Mat 26:51-52)?
Jawab
terhadap keberatan ini: Yesus memaksudkan pedang itu untuk melindungi diri
mereka sendiri, bukan untuk melindungi Yesus.
Keberatan
terhadap jawaban ini:
*
bahwa orang kristen harus menjaga diri dengan pedang
pada waktu mengalami masa sukar dalam pelayanan, adalah sesuatu yang
bertentangan dengan seluruh Kitab Suci. Kekristenan tidak pernah boleh
dipertahankan / disebarkan dengan kekerasan.
*
setelah Yesus naik ke surga sekalipun tidak
pernah ada murid yang betul-betul membawa pedang untuk menjaga diri.
·
Di sini Yesus berbicara secara figurative (= dalam arti kiasan).
Ia
tidak memaksudkan mereka betul-betul harus menjual jubah untuk membeli pedang.
Seluruh ay 36 hanya menunjukkan bahwa hidup dan pelayanan akan menjadi
sukar dan berat, dan karena itu mereka perlu untuk lebih berjaga-jaga /
berhati-hati.
Ini
adalah pandangan dari mayoritas penafsir, dan inilah pan-dangan yang saya
terima.
e. Luk 22:38
menunjukkan bahwa murid-murid itu salah mengerti kata-kata Yesus. Mereka
menghurufiahkan kata-kata Yesus itu!
Tetapi,
kalau memang mereka salah mengerti, mengapa Yesus lalu berkata ‘sudah cukup’
(Luk 22:38b)?
Kata-kata
‘sudah cukup’ ini jelas tidak menunjuk pada 2 pedang yang ditunjukkan oleh
murid-murid kepada Yesus, karena:
·
Kalau kata-kata ini memang menunjuk pada 2
pedang itu, maka jelas bahwa ‘pedang’ dalam Luk 22:36 mempunyai arti
hurufiah. Tetapi kalau ‘pedang’ dalam Luk 22:36 itu mempunyai arti
hurufiah, maka jelas bahwa 2 pedang itu tidak mungkin cukup untuk 11 orang.
Dengan demikian, kata-kata ‘sudah cukup’ dalam Luk 22:38 itu akan bertentangan
dengan kata-kata ‘dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual
jubahnya dan membeli pedang’ dalam Luk 22:36.
·
Terjemahan hurufiah dari kata-kata itu adalah ‘It is enough’, bukan ‘they are enough’, sehingga tidak
mungkin menunjuk pada dua buah pedang!
Kalau
memang kata-kata ‘sudah cukup’ itu tidak menunjuk pada 2 pedang, lalu menunjuk
kepada apa? Jelas menunjuk pada pembicaraan mereka. Jadi, Yesus menghentikan
pembicaraan tentang hal itu, mungkin karena Ia merasa jengkel dengan kebodohan
murid-murid yang selalu tidak mengerti apa yang Ia katakan, atau karena memang
saat itu sudah tidak ada waktu bagiNya untuk menjelaskan hal itu.
2) Kata
‘api’.
a) Bisa
diartikan secara hurufiah, dimana kata ‘api’ betul-betul menunjuk pada ‘api
biasa’.
Contoh:
Bil 11:1-2 - karena Israel bersungut-sungut, Tuhan menjadi
murka dan menghukum mereka dengan api.
Yoh 21:9 - “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api
arang dan di atasnya ada ikan dan roti”.
b) Bisa
diartikan secara kiasan, dan menunjuk pada:
·
hukuman (Mat 3:12 - “debu jerami
itu akan dibakarnya dengan api yang
tidak terpadamkan”).
·
penderitaan / kesukaran (Maz 66:12 - “... kami telah
menempuh api dan air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga
bebas”).
·
perlindungan (Zakh 2:5 - “Aku sendiri,
demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di
sekelilingnya”).
c) Bisa
diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·
Firman Tuhan (Yer 23:29 - “Bukankah
firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN”).
·
Roh Kudus (Kis 2:3 - ada lidah api yang
hinggap pada orang-orang kristen dan mereka lalu penuh dengan Roh Kudus).
Sebetulnya api di sini adalah api biasa, tetapi ada yang
menganggap bahwa api di sini juga merupakan simbol kehadiran Roh Kudus.
3) Kata
‘air’.
a) Bisa
diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada air biasa, seperti dalam
Kej 21:14-19
Mat 17:15 Mat 14:29.
b) Bisa
diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada kesukaran / penderitaan, seperti
dalam Maz 66:12.
c) Bisa
diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·
Roh Kudus (Yeh 47:1-5).
·
Firman Tuhan (Maz 1:2-3).
4) Kata
‘anggur’.
a) Bisa
diartikan secara hurufiah dan menunjuk pada anggur biasa, seperti dalam
Yoh 2:1-11 Luk 10:34.
b) Bisa
diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada cinta, seperti dalam Kidung Agung
1:2.
c) Bisa
diartikan sebagai lambang dan menunjuk pada darah Kristus (Mat 26:26-28).
Catatan: di sini anggur juga ada arti hurufiahnya,
karena mereka juga minum anggur sungguh-sungguh, tetapi sekaligus juga
melambangkan darah Kristus.
5) Kata
‘merpati’.
a) Bisa
diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada merpati biasa, seperti dalam
Kej 8:8 Yoh 2:16.
b) Bisa
diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada ketulusan / innocency (= keadaan tidak bersalah), seperti dalam Mat 10:16.
c) Bisa
diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus seperti dalam Mat 3:16.
6) Kata ‘terang’.
a) Bisa
diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada terang biasa, seperti dalam
Kej 1:3,14-18.
b) Bisa
diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada keadaan enak / diberkati, seperti
dalam Amsal 4:18.
c) Bisa
diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada:
·
Firman Tuhan (Maz 119:105).
·
Yesus (Yoh 1:5,9 Yoh 8:12 Yoh
9:5).
·
Orang kristen (Mat 5:14 Ef 5:8).
7) Kata ‘angin
/ badai’.
a) Bisa
diartikan secara hurufiah, dan menunjuk pada angin biasa, seperti dalam Kej 8:1b Mat 8:24.
b) Bisa
diartikan sebagai kiasan dan menunjuk pada problem / penderitaan, seperti dalam
Mat 7:25-27.
c) Bisa
diartikan sebagai lambang, dan menunjuk pada Roh Kudus, seperti dalam Yoh
3:8 Yeh 37:9,10,14.
Kesalahan yang banyak terjadi pada jaman sekarang adalah
menafsirkan suatu kata yang sebetulnya berarti hurufiah sebagai simbol /
lambang.
Contoh:
·
Yoh 2:1-11 - ‘anggur’ ditafsirkan sebagai
cinta. Orang yang kehabisan cinta dalam pernikahan, dipulihkan oleh Yesus.
·
Mat 14:29 - ‘air’ ditafsirkan sebagai
Firman Tuhan; jadi Petrus berjalan di atas Firman Tuhan.
·
Mat 17:15 - ‘air dan api’ ditafsirkan
sebagai dosa satu dan dosa lain; jadi setan membanting orang itu dari satu dosa
ke dosa lain.
·
Bil 22:29 - Bileam tidak punya pedang, ditafsirkan:
Bileam tidak punya Firman Tuhan.
·
Kej 2:10-14 - ‘sungai’ ditafsirkan
sebagai karunia.
·
Yoh 21:1-14 - ‘ikan’ ditafsirkan sebagai bangsa.
·
Kel 3:5 - ‘kasut’ ditafsirkan sebagai
dosa. Orang yang mau datang kepada Tuhan harus meninggalkan dosa.
·
Kis 20:7-12 - ‘jendela’ ditafsirkan
sebagai perbatasan antara gereja dan dunia.
·
2Raja 5 - ‘kusta’ ditafsirkan sebagai
dosa.
·
Yoel 2:23 - ‘hujan awal’ ditafsirkan
sebagai pencurahan karunia bahasa Roh pada hari Pentakosta, sedangkan ‘hujan
akhir’ ditafsirkan sebagai pencurahan karunia bahasa Roh pada jaman ini (abad
20).
·
Kej 3:7,21 - ‘daun-daun’ ditafsirkan
sebagai agama-agama, sedangkan ‘kulit binatang’ ditafsirkan sebagai Kristus.
·
Yoh 13:30 - kata ‘malam’ diartikan secara
kiasan / lambang.
Wiliam
Barclay: “Judas went out
- and it was night. John has a way of using words in the most pregnant way. It
was night for the day was late; but there was another night there. It is always
night when a man goes from Christ to follow his own purposes. It is always
night when a man listens to the call of evil rather than the summons of good.
It is always night when hate puts out the light of love. It is always night
when a man turns his back on Jesus” (= Yudas keluar - dan saat itu sudah
malam. Yohanes mempunyai cara menggunakan kata-kata sehingga sarat dengan arti.
Itu sudah malam karena hari itu sudah larut; tetapi ada ‘malam’ yang lain di
sini. Selalu merupakan ‘malam’ kalau seseorang meninggalkan Kristus untuk
mengikuti tujuan / rencananya sendiri. Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu
seseorang lebih mendengarkan panggilan kejahatan dari pada panggilan kebaikan.
Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu kebencian memadamkan terang dari kasih.
Selalu merupakan ‘malam’ pada waktu seseorang menghadapkan punggungnya terhadap
Yesus) - hal 147.
Thomas
Whitelaw: “Perhaps also
symbolical of the spiritual condition of the traitor, within whom, as well as
round whom, it was night” (= Mungkin juga merupakan simbol dari kondisi rohani
dari si pengkhianat, di dalam siapa, dan juga di sekitar siapa, itu adalah
malam) - hal 295.
Pulpit
Commentary: “The night into
which Judas stepped forth was but a faint figure of the deeper night of a soul
into which Satan had entered” (= Malam ke dalam mana Yudas melangkah
merupakan suatu gambaran yang samar-samar dari malam yang lebih dalam dari
sebuah jiwa ke dalam mana Setan telah masuk) - hal 200.
Leon
Morris (NICNT): “‘Night’ is more
than a time note. In view of the teaching of this Gospel as a whole it must be
held to point us to the strife between light and darkness and to the night, the
black night, that was in the soul of Judas (cf. 11:10). He had cut himself off
from the light of the world and accordingly shut himself up to night” [= ‘Malam’
merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar petunjuk waktu. Dari sudut pandang
pengajaran dari Injil ini secara keseluruhan, itu harus dianggap sebagai
menunjukkan kepada kita peperangan antara terang dan kegelapan dan pada malam,
malam yang gelap, yang ada dalam jiwa Yudas (bdk. 11:10). Ia telah memotong
dirinya sendiri dari terang dunia dan karena itu mengurung dirinya pada malam]
- hal 628.
John
G. Mitchell: “Not to have
Jesus Christ in your heart and life means night. ... Here is Judas who spent
three and a half years with his wonderful Savior. And when he left, he not only
went out into the darkness at midnight, but he went out into impenetrable
darkness” (= Tidak mempunyai Yesus dalam hati dan hidupmu berarti
‘malam’. ... Di sinilah Yudas yang melewatkan 3 1/2 tahun bersama dengan
Juruselamatnya yang ajaib / luar biasa. Dan ketika ia pergi, ia tidak hanya
pergi ke dalam kegelapan pada tengah malam, tetapi ia pergi keluar ke dalam
kegelapan yang tak dapat ditembus) - hal 259.
William
Hendriksen: “It was night
when Judas left that room, night outside; night also inside the heart of Judas” (= Waktu itu
hari sudah malam ketika Yudas meninggalkan ruangan itu, malam di luar; malam
juga di dalam hati Yudas) - hal 250.
Bagaimanapun
menariknya penafsiran yang alegoris ini, saya tetap menganggapnya sebagai
salah. ‘Malam’ di sini bersifat hurufiah, seperti yang dikatakan oleh Barnes’
Notes.
Barnes’
Notes: “It was in the
evening, or early part of the night. What is recorded in the following chapters
took place the same night” (= Itu terjadi pada malam, atau bagian awal dari malam
itu. Apa yang dicatat dalam pasal-pasal selanjutnya terjadi pada malam yang
sama) - hal 331.
Hati-hati untuk tidak meniru kesalahan dalam contoh-contoh yang
salah di atas! Yang hurufiah harus ditafsirkan sebagai hurufiah, bukan sebagai
kiasan / lambang!
Suatu kesalahan yang juga sangat sering terjadi adalah dimana
orang merohanikan sesuatu yang bersifat jasmani.
Contoh:
·
Peristiwa Yesus menyembuhkan orang buta,
diterapkan pada kebutaan rohani.
·
Peristiwa Yesus menyembuhkan orang lumpuh,
diterapkan pada kelumpuhan rohani.
·
Peristiwa Yesus menyembuhkan orang mati,
diterapkan pada kematian rohani.
Sebagai patokan perlu diketahui bahwa:
¨
Cerita sejarah (Historical Narrative) harus diartikan secara hurufiah.
¨
Syair mengandung banyak kiasan / figurative.
¨
Allegory
/ Apocaliptic literature mengandung banyak lambang / symbol.
-o0o-
email us at : gkri_exodus@lycos.com