oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
A) Hal-hal
yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.
1) Perpindahan
tempat.
Tentang ‘ascension’
/ ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:
“It was a local transfer of
his person from one place to another; from earth to heaven. Heaven is therefore
a place. ... If Christ has a true body, it must occupy a definite portion of
space. And where Christ is, there is the Christian’s heaven” (= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu
tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu
tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus
menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah
surga orang kristen) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630,
631.
Herman Hoeksema: “This ascension must be
conceived as consisting definitely in a change of place. In His human nature
Christ departed from the earth and went into heaven both in body and soul.
After His ascension He is according to His human nature no longer on earth, but
in heaven only. This must be emphasized especially over against the Lutherans,
who teach what is called the ubiquity of the human nature of Christ after His
resurrection and ascension into heaven” (= Kenaikan
ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus
meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah
kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya
di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan Lutheran, yang
mengajarkan apa yang disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus setelah
kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.
Herman Hoeksema: “Heaven is a definite
place, and not merely a condition” (= Surga
adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi /
keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.
2) Perubahan
/ pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.
Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya
dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.
Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah
ini:
ˇ
Yoh 7:39 - “Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka
yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum
dimuliakan”.
Kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke
surga (bdk. Yoh 16:7).
ˇ
Kis 9:3-5 Kis 22:6-8 Kis 26:12-15 Wah 1:12-16 menunjukkan bahwa
pada waktu Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke
surga), Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum
naik ke surga.
B) Fungsi
kenaikan Kristus ke surga.
1) Untuk
menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai.
Yoh 17:4-5 - “Aku telah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau
berikan kepadaKu untuk melakukanNya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah
Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia
ada”.
Jadi, ayat di atas ini menunjukkan bahwa penyelesaian
pekerjaan dijadikan dasar oleh Yesus untuk meminta Bapa mempermuliakan diriNya.
Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan membereskan
dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga /
mempermuliakan Yesus, kalau misi / pekerjaan Yesus itu belum selesai. Jadi,
andaikata ada satu dosa saja dari orang pilihan yang belum dibereskan oleh
Yesus, maka Ia tidak mungkin diterima oleh Bapa. Bahwa Bapa menerima Yesus
kembali di surga / mempermuliakan Yesus, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa
manusia itu memang sudah selesai.
Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke
surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin keselamatan orang percaya.
2) Untuk
mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya.
Yoh 14:2-3: “Di rumah
BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya
kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila
Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang
kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada,
kamupun berada”.
Perlu diingat bahwa tempat yang Ia siapkan di surga bagi
kita itu juga tergantung dari kehidupan kita. Dengan percaya kepada Yesus, bisa
dikatakan kita sudah mempunyai kavling / tanah di surga. Tetapi bagaimana
bangunan rumah kita di surga itu, tergantung dari kehidupan kita.
Wah 22:12 - “... Aku
membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (bdk. Maz 28:4 Yer 17:10
Wah 20:12).
Dari semua ayat-ayat ini terlihat bahwa baik dalam
menghukum, maupun dalam memberi pahala, Tuhan memberikannya menurut perbuatan /
kehidupan orangnya masing-masing (berbeda satu dengan yang lain). Keadilan
Allah mengharuskan Ia melakukan hal ini!
Kehidupan kita sebanding dengan bahan bangunan yang kita
kirimkan kepada Yesus untuk membangun rumah kita di surga. Karena itu, makin
kita beriman, saleh, melayani Dia dsb, makin bagus rumah kita si surga nanti.
Sebaliknya, kalau saudara asal percaya kepada Yesus, dan dalam dunia ini terus
hidup untuk hal-hal duniawi saja, jangan kaget kalau di surga nanti saudara
hanya tinggal di tenda!
Louis Berkhof: “But there will be
different degrees, both of the bliss of heaven and of the punishment of hell.
And these degrees will be determined by what is done in the flesh, Matt.
11:22,24; Luke 12:47,48; 20:47; Dan. 12:3; IICor. 9:6” (= Tetapi di sana akan ada tingkat-tingkat yang berbeda, baik
tentang kebahagiaan di surga maupun hukuman di neraka. Dan tingkat-tingkat ini
akan ditentukan oleh apa yang dilakukan dalam daging, Mat 11:22,24; Luk
12:47-48; 20:47; Dan 12:3; 2Kor
9:6) - ‘Systematic Theology’, hal 733-734.
3) Untuk
menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan naik ke surga (Yoh
14:2-3 Yoh 17:24 Ef 2:6).
Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke
surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.
Herman Hoeksema mengomentari Ef 2:4-6 dengan berkata
sebagai berikut:
“We must remember that
Christ is our head, both in the juridical and in the organic sense of the word.
... His ascension is of central significance. He is the head of the body, the
church. As such He represents all the elect. As the head of His own in the
forensic sense of the word, He entered into death, bore all our iniquities on
the accursed tree, blotted out all our sins, and obtained eternal
righteousness. His righteousness is our righteousness; His death is our death;
His resurrection is our resurrection. And so in that legal sense of the word
His ascension is our ascension. ... But He is also the head of the body in the
organic sense. We are members of His body; and we can never be separated from
Him, our head. That He went to heaven means that centrally we are in heaven. He
will not return to us, but He will draw us unto Himself, that we may also be
where He is. And so we look up toward heaven by faith in the consciousness of
our inseparable union with Christ our head, and confess that we have our flesh
in heaven as a sure pledge that He as the head will also take up to Himself us
His members” (= Kita harus ingat bahwa
Kristus adalah kepala kita, baik dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti
organik. ... KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama / dasar. Ia adalah
kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia mewakili semua orang
pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam arti hukum, Ia mengalami kematian,
memikul semua kesalahan kita pada salib yang terkutuk, menghapus semua dosa
kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah kebenaran kita;
kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan
dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. ... Tetapi
Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik. Kita adalah
anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah bisa dipisahkan dari Dia,
kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti bahwa secara dasari kita ada di
surga. Ia tidak akan kembali kepada kita, tetapi Ia akan menarik kita kepada
diriNya sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan dengan demikian
kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam kesadaran akan kesatuan yang
tak terpisahkan antara kita dengan Kristus, kepala kita, dan mengaku bahwa kita
mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang pasti bahwa Ia
sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita anggota-anggotaNya kepada diriNya
sendiri) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 425-426.
Calvin: “the Lord by his ascent to
heaven opened the way into the Heavenly Kingdom, which had been closed through
Adam (John 14:3). Since he entered heaven in our flesh, as if in our name,
it follows, as the apostle says, that in a sense we already ‘sit with God in
the heavenly places in him’ (Eph. 2:6), so that we do not await heaven with a
bare hope, but in our Head already possess it” [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan ke dalam
Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam (Yoh 14:3). Karena Ia masuk
ke surga dalam daging kita, seakan-akan dalam nama kita, akibatnya, seperti
dikatakan oleh sang rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan
Allah dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita tidak
menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata, tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita] - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.
Catatan: Ef 2:6
(KJV): ‘And hath raised us up together,
and made us sit together in heavenly places in Christ Jesus’ (= Dan telah
membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita bersama-sama di
tempat-tempat surgawi dalam Kristus Yesus).
Calvin: “Hence arises a wonderful
consolation: that we perceive judgment to be in the hands of him who already
destined us to share with him the honor of judging (cf. Matt. 19:28)! Far indeed
is he from mounting his judgment seat to condemn us! How could our most
merciful Ruler destroy his people? How could the Head scatter his own members?
How could our Advocate condemn his clients? For if the apostle dares exclaim
that with Christ interceding for us there is no one who can come forth to
condemn us (Rom. 8:34,33), it is much more true, then, that Christ as
Intercessor will not condemn those whom he has received into his charge and
protection. No mean assurance, this - that we shall be brought before no other
judgment seat than that of our Redeemer, to whom we must look for our
salvation!” [= Karenanya muncul suatu
penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami bahwa penghakiman ada di
tanganNya yang telah mentakdirkan kita untuk bersama dengan Dia melakukan
kehormatan penghakiman (bdk. Mat 19:28)! Jauhlah dari padaNya untuk naik ke
kursi penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana Pemerintah kita yang
paling berbelas-kasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa
menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri? Bagaimana Pengacara
kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani menyerukan bahwa
dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat /
menghukum kita (Ro 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa Kristus sebagai
Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke dalam tanggung
jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tak berarti bahwa kita
tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi
penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk keselamatan
kita] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 18.
4) Supaya
Roh Kudus turun.
Yoh 16:7 - “Namun benar
yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.
Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi
jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
Saya tidak tahu apa sebabnya Roh Kudus tidak bisa turun
kecuali kalau Kristus naik ke surga; itu tidak pernah dijelaskan dalam Kitab
Suci. Tetapi Yesus jelas menyatakan bahwa Ia harus naik ke surga, dan barulah
Roh Kudus bisa turun. Dengan demikian Kristus tidak lagi menyertai orang
percaya secara jasmani, tapi secara rohani / melalui Roh KudusNya
(Mat 26:11
Yoh 14:16,18,19). Dengan demikian Ia bisa menggenapi janji-janjiNya
dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20
Mat 28:20b.
Calvin: “Christ left us in such a
way that his presence might be more useful to us - a presence that had been
confined in a humble abode of flesh so long as he sojourned on earth” (= Kristus meninggalkan kita dengan cara sedemikian rupa
sehingga kehadiranNya bisa lebih berguna bagi kita - suatu kehadiran yang telah
dibatasi dalam tempat tinggal yang rendah dari daging selama ia tinggal di
bumi) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 14.
Calvin: “Therefore, we always have
Christ according to the presence of majesty; but of his physical presence it
was rightly said to his disciples, ‘You will not always have me with you’
(Matt. 26:11)” [= Karena itu, kita selalu
mempunyai Kristus menurut kehadiran dari keagungan; tetapi tentang kehadiran
jasmaniNya secara benar dikatakan kepada murid-muridNya, ‘Aku tidak akan selalu
bersama-sama kamu’ (Mat 26:11)] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book II, chapter XVI, 14.
A) Arti
kalimat ini.
Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah.
Kata-kata ini berarti:
1) Kristus
menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.
2) Kristus
memerintah atas Gereja dan alam semesta.
Juga kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus
beristirahat / bermalas-malasan di surga. Dan perlu dicamkan bahwa Kitab Suci
tidak selalu mengatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.
ˇ
Ro 8:34 (NIV): ‘is at the right hand of God’ (= ada
di sebelah kanan Allah).
ˇ
1Pet 3:22 (NIV): ‘is at God's right hand’ (= ada
di sebelah kanan Allah).
ˇ
Kis 7:56 - ‘berdiri
di sebelah kanan Allah’.
B) Pekerjaan yang
dilakukan oleh Kristus di surga ialah:
1) Memerintah
sebagai Raja.
Saya berpendapat bahwa pada masa sukar dan berbahaya saat
ini, dimana segala sesuatu tidak menentu, dan kerusuhan / kekacauan / teror dan
bahkan perang bisa terjadi setiap saat, hal ini adalah sesuatu yang harus kita
renungkan. Dibalik apapun yang terjadi, yang seolah-olah menunjukkan bahwa
Tuhan tidak memerintah / berkuasa, atau yang seolah-olah menunjukkan bahwa
nasib kita ada di tangan orang-orang yang mempunyai kuasa, sebetulnya Tuhan
tetap memerintah. Karena itu nasib kita ada di tanganNya, yang mengasihi kita
dan pasti mengarahkan segala sesuatu untuk kebaikan kita.
2) Berfungsi
sebagai Imam / Pengantara (Ibr 4:14
Ibr 7:24,25
Ibr 8:1-6 1Yoh 2:1).
Charles Hodge: “An essential part, and
that a permanent one, of his priestly office was to be exercised in heaven. He
there makes constant intercession for his people” (= Suatu bagian yang penting, dan itu adalah sesuatu yang
kekal, dari tugas keimamanNya harus dilaksanakan di surga. Di sana Ia melakukan
pembelaan terus menerus untuk umatNya) -
‘Systematic Theology’, Vol II, hal
634.
Kristus
sudah mati, bangkit dan naik ke surga, dan dengan semua itu menyelesaikan
pekerjaan penebusan bagi kita. Kalau sampai sekarang saudara belum percaya
kepada Yesus, cepatlah percaya kepadaNya, karena itu menjamin bahwa sama
seperti Ia naik ke surga demikian juga saudara akan naik ke surga. Kalau
saudara sudah percaya dan sudah diselamatkan, berusahalah untuk lebih banyak mengarahkan
mata saudara ke surga.
Kol
3:1-4 - “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama
dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk di
sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam
Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun
akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan”.
email us at : gkri_exodus@lycos.com