oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
Jum’at Agung
2000
Pengharapan dalam
Kristus
i Korintus 15:12-23
Dalam
acara tanya jawab saya paling tidak senang mendapat pertanyaan yang diawali
dengan kata ‘andaikata’. Misalnya:
·
andaikata malaikat
tidak jatuh, bagaimana keadaan dunia ini?
·
andaikata Adam dan
Hawa tidak jatuh ke dalam dosa, kita hidup di mana?
·
andaikata tak
terjadi peristiwa menara Babil (Kej 11), kita bicara bahasa apa?
Mengapa
saya tidak senang dengan pertanyaan seperti itu? Karena biasanya pertanyaan
menggunakan kata ‘andaikata’ itu adalah pertanyaan yang tidak bisa
dijawab.
Tetapi
hari ini saya justru akan membahas 2 pertanyaan dengan menggunakan kata
‘andaikata’.
1) Andaikata
Jum’at Agung tidak ada, atau andaikata Kristus tidak mati di salib untuk
menebus dosa kita, apa yang terjadi?
·
tidak ada
kekristenan. Ini adalah satu-satunya agama yang mengandalkan penebusan Kristus,
bukan usaha / perbuatan baik manusia. Karena itu kalau penebusan Kristus tidak
ada, kekristenan pasti juga tidak ada.
·
banyak ayat-ayat
Kitab Suci yang hilang. Misalnya Yoh 3:16
1Pet 1:18-19 dan sebagainya.
·
·
Semua manusia tetap
ada dalam dosa dan harus binasa dalam dosa.
*
Mungkin manusia akan
berusaha menyelamatkan dirinya dengan berbuat baik, tetapi Yes 64:6 yang
berbunyi ‘segala kesalehan kita seperti kain
kotor’, tetap berlaku.
*
Mungkin manusia akan
berusaha mentaati Firman Tuhan / hukum Taurat, tetapi Gal 2:16a yang berbunyi ‘tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan
hukum Taurat’, tetap berlaku.
*
Mungkin manusia akan
menganut Yudaisme, dan lalu mempersembahkan binatang / korban sembelihan dan
sebagainya Tetapi Ibr 10:4, yang berbunyi “tidak
mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapus dosa”, tetap berlaku.
Jadi, apa kesimpulannya? Andaikata Kristus tidak mati di
salib, maka tidak ada harapan bagi seluruh umat manusia. Semua manusia mulai
Adam sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk ke neraka
selama-lamanya.
Kristus memang mati untuk menyediakan satu-satunya jalan
ke surga, sehingga kalau Ia tidak mati, tidak ada jalan ke surga. Kalau ini
saudara anggap extrim / fanatik dsb, saya ingin saudara renungkan: andaikata
memang ada banyak jalan ke surga (melalui agama-agama lain), untuk apa gerangan
Ia tetap datang dan mati? Bukankah itu suatu kekonyolan?
2) Andaikata
ada Jum'at Agung tetapi tidak ada Paskah, apa yang terjadi? Atau dengan kata
lain, andaikata Kristus memang mati di salib tetapi tidak bangkit dari antara
orang mati, apa yang terjadi? Kalau Kristus mati tetapi tidak bangkit, itu
berarti:
·
Ia kalah oleh maut /
setan.
·
Hutang dosa tidak
terbayar lunas karena maut = upah dosa.
·
1Kor 15:14,17,18:
Paulus berkata:
*
pemberitaan kami
sia-sia (ay 14).
*
kepercayaan / imanmu
juga sia-sia (ay 14,17).
*
kamu masih hidup
dalam dosamu (ay 17b).
*
orang yang mati
dalam Kristus tetap binasa (ay 18).
Kesimpulannya: kalau Kristus mati tetapi tidak bangkit,
juga tidak ada pengharapan apapun bagi manusia.
Puji Tuhan, semua tadi hanyalah ‘andaikata’. Kenyataan
/ faktanya adalah bahwa Kristus telah mati di salib untuk dosa-dosa kita dan
bangkit pada hari yang ke 3! Kita akan pelajari kedua fakta terpenting dalam
kekristenan ini.
1) Kristus telah
menderita dan mati di salib untuk menebus dosa-dosa kita.
Darah binatang tidak bisa menebus dosa kita (Ibr 10:4).
Manusia tidak bisa menebus dirinya sendiri (Gal 2:16).
Illustrasi:
Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu
setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu
banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang
kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada
siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya:
‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu
menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk
menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau
hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas
adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan
tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum
Tuhan / Kitab Suci!
Karena itulah maka Yesus mau menjadi manusia, menderita dan
mati di salib sebagai pengganti (= substitute) kita.
Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa Ia menjadi pengganti
kita?
Yes 53:4-6 - “Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena
kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat
seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN
telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.
2Kor 5:15 - “Dan
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka”.
Kedua kata ‘untuk’ bahasa Yunaninya adalah HUPER yang berarti ‘instead of’.
Juga bahwa Yesus adalah pengganti kita bisa terlihat dari
hal-hal lain seperti:
a) Cambuk dan
salib.
Karena penderitaan neraka begitu hebat, Kristus juga
harus mengalami penderitaan yang sangat hebat.
b) Kehausan yang
Ia alami di salib.
Bdk. Maz 22:16b - ‘lidahku
melekat pada langit-langit mulutku’.
Juga dengan Yoh 19:28 - ‘Aku haus’.
c) Keterpisahan
dengan Allah (Mat 27:46).
Dosa memisahkan kita dari Allah. Karena Kristus menjadi
pengganti kita, maka Ia harus mengalami hal ini.
Jadi, fakta mengatakan bahwa Kristus sudah menderita dan
mati di salib untuk menebus dosa kita. Karena itu maka sekarang ada pengharapan
bagi kita.
2) Kristus telah
bangkit dari antara orang mati (1Kor 15:20-21).
a) Apakah ini
merupakan sesuatu yang tidak masuk akal?
·
Ini masuk akal,
kalau saudara memasukkan kemahakuasaan Allah ke dalam akal saudara! Bdk.
Kis 26:8 - “Mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah
membangkitkan orang mati?”.
·
Kelahiran (dari
tidak ada menjadi ada) sebetulnya lebih tidak masuk akal dari kebangkitan (dari
ada menjadi ada lagi). Tetapi semua saudara percaya kelahiran, bukan? Mengapa
tidak bisa percaya kebangkitan?
b) Kebangkitan
Kristus dari antara orang mati menunjukkan:
1. Musuh (Iblis
dan maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15
1Kor 15:57).
Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada:
·
setan.
·
kematian. Bagi orang
kristen kematian bukan lagi hukuman dosa, tapi merupakan pintu gerbang menuju
surga.
2. Hutang
dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.
a. Yesus membayar
hutang dosa kepada Allah, bukan kepada setan!
Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan
bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi milik setan.
Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan
manusia kembali.
Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu
manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada Allah, bukan kepada setan.
Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan
sama sekali tidak berhak menerima pembayaran hutang dosa itu!
b. Kalau
pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum
lunas, maka Yesus harus tetap ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa
(Ro 6:23).
Jadi 2 fakta ini yaitu Jum'at Agung dan Paskah memberikan
/ menyediakan pengharapan kepada kita manusia.
Pada waktu Adam jatuh ke dalam dosa dalam Kej 3, rasanya
sudah tidak ada harapan. Mereka mati secara rohani, dan akan mati secara
jasmani. Tetapi pada saat itu Tuhan berkata kepada setan / ular: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan
perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan
meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej 3:15).
Sekalipun kata-kata ini diucapkan kepada setan / ular,
tetapi kata-kata ini memberikan suatu janji dan pengharapan kepada manusia.
Janji itu digenapi oleh kematian dan kebangkitan Kristus.
Pada kematianNya, Iblis meremukkan tumitNya; sedangkan
pada kebangkitanNya, Yesus meremukkan kepala setan. Kalau 2 orang berkelahi,
yang satu remuk tumitnya sedangkan yang satunya remuk kepalanya, jelas bahwa
yang remuk tumitnya yang menang!
Sebetulnya dalam arti tertentu kematian Yesuspun
menunjukkan kemenangan. Ia bisa mengatasi rasa takut di Taman Getsemani
(Mat 26:36-46), Ia bisa bertahan terhadap ejekan (Mat 27:39-44), dan
sebagainya. Tetapi bagaimanapun salib dan kematian juga kelihatan sebagai
kekalahan. Tetapi kebangkitan secara mutlak menunjukkan kemenangan Kristus!
Melalui kematian dan kebangkitan Kristus inilah ada
pengharapan bagi kita. Karena itu dalam 1Tim 1:1 dikatakan bahwa Kristus Yesus
adalah dasar pengharapan kita.
Pengharapan sudah tersedia, tetapi belum menjadi milik
kita. Kalau kita sekedar menjadi orang kristen KTP, pengikut gereja / pendeta /
aliran, tetapi tidak percaya dan mengikut Kristus, maka kita tetap tidak
mempunyai pengharapan apapun.
Kalau saudara ingin mendapatkan pengharapan tersebut,
datanglah dan percayalah kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.
1Kor 15:21-22 - “Sebab sama seperti maut datang
karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena
satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam (persekutuan
dengan) Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam
(persekutuan dengan) Kristus”.
Saudara mungkin sudah rajin ke gereja, sudah dibaptis,
sudah melayani dan bahkan mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja, sudah
memberi persembahan banyak ke gereja, sudah banyak kali merayakan Jum'at Agung
dan Paskah. Tetapi semua itu tidak menyelamatkan saudara. Sudahkah saudara
percaya kepada Yesus?
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal”.
email us at : gkri_exodus@lycos.com