Khotbah
Hari Raya Kristen
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Kegelapan
(ay 33).
a) Ini merupakan tanda / mujijat yang
terjadi sebelum Kristus mati, yaitu gelap gulita selama 3 jam (pukul 12 sampai
pukul 3 siang).
Calvin (hal 317)
menolak anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa kegelapan ini bersifat
universal. Alasan
Calvin, itu tidak dilaporkan dalam sejarah. Saya berpendapat bahwa kata-kata ‘kegelapan
meliputi seluruh daerah itu’ (Mat 27:45 Mark 15:33 Luk 23:44), mendukung pandangan
Calvin.
b)
“‘Pada hari itu akan terjadi,’
demikianlah firman Tuhan ALLAH, ‘Aku akan membuat matahari terbenam di
siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah’”.
c) Kegelapan ini bukanlah suatu
gerhana matahari.
Kata Yunani yang dipakai dalam
Luk 23:45 adalah EKLIPONTOS (bandingkan dengan kata bahasa Inggris Eclipse, yang berarti gerhana), yang
artinya adalah failing [= gagal
(bersinar), melemah].
Tetapi setidaknya ada 2 alasan yang
menunjukkan bahwa kegelapan ini bukanlah suatu gerhana matahari:
·
Paskah
selalu dirayakan pada saat bulan purnama, dan pada saat-saat seperti itu tidak
mungkin terjadi gerhana matahari.
Pulpit Commentary: “This
supernatural darkness came when the day is wont to be at its brightest. The
moon was now at the full, so that it could not have been caused by what we call
an eclipse, for when it is full moon the moon cannot intervene between the
earth and the sun. This darkness was doubtless produced by the immediate interference
of God” (= Kegelapan yang bersifat supranatural / gaib ini
terjadi pada saat hari biasanya paling terang. Sekarang sedang pada saat bulan
purnama, sehingga itu tidak mungkin disebabkan oleh apa
yang kita sebut gerhana, karena pada saat bulan purnama, bulan tidak bisa
menghalangi di antara bumi dan matahari. Tidak diragukan bahwa kegelapan ini
dihasilkan oleh campur tangan langsung dari Allah) - hal 308.
·
gerhana
matahari tidak mungkin terjadi selama lebih dari 15 menit, tetapi kegelapan ini
berlangsung selama 3 jam.
d) Apa arti / maksud kegelapan ini?
1. Menunjukkan
murka Allah.
Gelap sering
merupakan simbol kemurkaan / hukuman Allah (bdk. Yes 5:30 60:2 Yoel 2:31 Amos 5:18,20 Zef 1:15 Mat 24:29 25:30 Kis 2:20 2Pet 2:17 Wah 6:12).
Kalau memang di sini kegelapan itu
menunjukkan kemurkaan Allah, maka masih perlu dipertanyakan lagi: pada saat itu
Allah murka kepada siapa?
·
kepada
orang-orang yang menyalibkan Kristus.
·
kepada
Kristus sendiri, karena pada saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa kita.
Mungkin ini adalah saat dimana Kristus mulai ‘turun ke neraka / kerajaan
maut’ (bdk. 12 Pengakuan Iman Rasuli) sehingga Ia
mengucapkan ‘Eli, Eli lama sabakhtani?’ (Mat 27:46).
Catatan: perhatikan bahwa kata-kata
‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ dalam 12 Pengakuan Iman
Rasuli tidak berarti bahwa pada saat mati Kristus betul-betul turun ke suatu
tempat (neraka / kerajaan maut), karena pada saat Kristus mati Ia jelas pergi
ke surga / kepada Bapa (bdk. Luk 23:43,46).
2. Menyadarkan mereka akan kesalahan mereka.
Calvin: “the
darkness was intended to arouse them to consider the astonishing design of God
in the death of Christ. For if they were not altogether hardened, an unusual
change of the order of nature must have made a deep impression on their senses,
so as to look forward to an approaching renewal of the world” (= kegelapan
ini dimaksudkan untuk menggerakkan mereka untuk merenungkan rencana yang
mengherankan dari Allah dalam kematian Kristus. Karena jika mereka tidak
dikeraskan sama sekali, maka suatu perubahan alam yang
luar biasa pasti sudah memberikan kesan yang mendalam pada pikiran mereka,
sehingga memandang ke depan kepada pembaharuan dunia ini yang sedang mendekat) - hal 316.
·
Adanya
kegelapan yang luar biasa ini menunjukkan kepada mereka (dan kepada kita) bahwa
Kristus bukanlah penjahat, dan bahkan bukanlah manusia biasa (dalam arti hanya
manusia 100 %, tanpa keilahian). Kalau Kristus memang adalah penjahat /
manusia biasa tanpa keilahian, maka kegelapan ini pasti tidak akan terjadi.
·
Rupanya
kegelapan ini merupakan salah satu faktor yang menyadarkan kepala pasukan (ay 39 bdk. Mat
27:54).
3. Ini menunjuk pada kematian dari ‘The Sun of Righteousness’ /
‘Surya kebenaran’ (bdk. Mal 4:2) yang jelas menunjuk kepada Yesus.
4. Ini menunjuk pada pembutaan orang
Yahudi, yang akan segera terjadi.
2) Keterpisahan Yesus dengan Allah (ay
34).
a) Yesus berseru: ‘Eloi, Eloi,
lama sabakhtani?’.
William Barclay: “Up
to this moment Jesus had gone through every experience of life except this one
- he had never known the consequence of sin. Now if there is one thing sin
does, it separates us from God. It puts between us and God a barrier like an
unscalable wall. That was the one human experience through which Jesus had
never passed, because he was without sin. It may be that at this moment that
experience came upon him - not because he had sinned, but because in order
to be identified completely with our humanity he had to go through it. ...
And this experience must have been double agonizing for Jesus, because he had
never known what it was to be separated by this barrier from God” (= Sampai saat
ini Yesus telah melewati setiap pengalaman kehidupan kecuali yang satu ini - Ia
tidak pernah tahu / mengenal konsekwensi dari dosa. Kalau ada satu hal yang
dilakukan oleh dosa, maka itu adalah memisahkan kita dari Allah. Dosa meletakkan antara kita dan Allah suatu pemisah seperti tembok
yang tidak bisa didaki. Itulah suatu pengalaman manusia yang belum
pernah dilalui oleh Yesus, karena Ia tidak berdosa.
Mungkin bahwa pada saat ini pengalaman itu datang kepadaNya - bukan karena Ia telah berdosa, tetapi karena untuk menyamakan diri
sepenuhnya dengan kemanusiaan kita Ia harus melaluinya. ... Dan pengalaman
ini pasti menyakitkan secara ganda bagi Yesus, karena Ia
tidak pernah mengenal / tahu bagaimana rasanya dipisahkan oleh pemisah ini dari
Allah) - hal 364.
Catatan: saya tak setuju dengan kata-kata yang
saya garisbawahi. Yesus mengalami itu untuk memikul hukuman dosa, bukan sekedar
mengidentikkan / menyamakan diri dengan manusia!
Alan Cole (Tyndale): “in
what sense He was abandoned? To betrayal, mockery, scourging, death - yes: but to limit the explanation to this would be
superficial exegesis, for all this He had faced and foretold for years. There
was a far deeper spiritual agony endured alone in the darkness, an agony which
we can never plumb and which, thanks to the cross, no created man need ever
experience. No explanation will satisfy other than the traditional view that,
in that dark hour, God’s wrath fell upon Him. Because wrath is no
abstract principle, but a personal manifestation, that meant that the unclouded
communion with the Father, enjoyed from all eternity, was broken. Some
commentators have held that He suffered all the pangs of hell in that time; ...
If there was a barrier between the Father and the Son at that moment, it could
only be because of sin; and He knew no sin (2Cor. 5:21); so it could only be
our sin that cost Him such agony” [= dalam arti apa Ia ditinggalkan? Ia
ditinggalkan pada pengkhianatan, pengejekan, penyesahan, kematian - ya: tetapi
membatasi penjelasan pada hal ini merupakan suatu exegesis yang dangkal, karena
semua ini telah Ia hadapi dan ramalkan selama
bertahun-tahun. Ada penderitaan rohani yang jauh lebih dalam yang ditanggungnya
/ dialaminya sendirian dalam kegelapan, suatu penderitaan yang tidak pernah
bisa kita ukur / duga, dan yang, syukur pada salib, tidak ada manusia yang
perlu mengalaminya. Tidak ada penjelasan yang bisa memuaskan selain pandangan
tradisionil yang mengatakan bahwa pada saat yang gelap itu, murka Allah jatuh
kepadaNya. Karena murka bukanlah suatu prinsip yang abstrak,
tetapi suatu manifestasi yang bersifat pribadi, itu berarti bahwa persekutuan
yang terang / tak terhalang dengan Bapa, yang dinikmati sejak kekekalan,
menjadi putus. Beberapa penafsir menganggap bahwa Ia mengalami seluruh
rasa sakit / kepedihan dari neraka pada saat itu.; ... Jika di sana ada pemisah
antara Bapa dan Anak pada saat itu, itu hanya bisa terjadi karena dosa; dan Ia
tidak mengenal dosa (2Kor 5:21); jadi itu hanya bisa terjadi karena dosa kita
yang harus Ia bayar dengan penderitaan seperti itu] - hal 243.
b) Kata-kata Yesus ini ditanggapi
dengan ejekan (ay 35-36).
Ay 35-36: “(35) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di
situ berkata: ‘
Calvin (hal 320) mengatakan bahwa
kata-kata ini bukan dikatakan karena mereka tidak mengerti apa
yang Yesus katakan. Mereka mengerti apa yang Yesus
katakan, tetapi mereka tetap mengucapkan kata-kata ini sebagai suatu ejekan.
Calvin: “I
do not think it at all probable that they erred through ignorance, but rather
that they deliberately intended to mock Christ, and to turn his prayer into an
occasion of slander. For Satan has no method more effectual for ruining the
salvation of the godly, than by dissuading them from calling on God. For this
reason, he employs his agents to drive off from us, as far as he can, the desire to pray. Thus he impelled the wicked enemies
of Christ basely to turn his prayer into derision, intending by this stratagem
to strip him of his chief armour” (= Saya sama sekali tidak berpikir bahwa
mereka salah karena ketidak-tahuan, tetapi karena mereka secara sengaja
bermaksud untuk mengejek Kristus, dan menjadikan doaNya sebagai suatu
kesempatan untuk memfitnah. Karena setan tidak mempunyai
metode yang lebih efektif untuk menghancurkan keselamatan orang saleh dari pada
dengan membujuk mereka untuk tidak berseru kepada Allah. Untuk alasan
ini, ia menggunakan agen-agennya untuk mengusir
keinginan untuk berdoa dari kita, sejauh ia bisa melakukannya. Demikianlah ia mendorong / mendesak musuh-musuh yang jahat dari Kristus
menjadikan doaNya sebagai suatu ejekan / cemooh, dengan maksud melalui tipu
daya ini menyingkirkan dari padaNya senjata utamaNya) - hal 320.
3) Yesus berseru dengan suara nyaring
dan menyerahkan nyawaNya (ay 37).
Pulpit Commentary: “although
he had gone through all the pains which were sufficient in ordinary cases to
produce death, yet that at length he did not die of necessity, but voluntary,
in accordance with what he had himself said, ‘No one taketh my life from
me ... I have power to lay it down, and I have power to take it again’
(John 10:18)” [= sekalipun Ia telah mengalami semua penderitaan yang
dalam kasus-kasus biasa cukup untuk menyebabkan kematian, tetapi Ia mati bukan
sebagai keharusan, tetapi secara sukarela, sesuai dengan apa yang Ia sendiri
telah katakan: ‘Tidak seorangpun mengambilnya (nyawaKu) dari padaKu ....
Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali’ (Yoh
10:18)] - hal 309.
4) Tabir
Bait Suci terbelah (ay 38); chronology dan artinya.
a) Dalam
Markus diceritakan kematian Yesus dulu (ay 37), baru tabir yang terbelah
(ay 38). Demikian juga dengan dalam Matius (Mat
27:50-51). Tetapi dalam Lukas urut-urutan itu dibalik (Luk 23:45b-46). Calvin mengatakan Lukas menulis secara tidak chronologis.
b) Arti dari terbelahnya tabir Bait
Suci adalah:
·
penghapusan ceremonial law dan imam pada jaman Perjanjian Lama.
·
terbukanya jalan ke surga / kepada Bapa melalui Yesus.
Calvin: “Nor
was it proper that the vail should be rent, until the sacrifice of expiation
had been completed; for then Christ, the true and everlasting Priest, having
abolished the figures of the law, opened up for us by his blood the way
to the heavenly sanctuary, that we may no longer stand at a distance within
the porch, but may freely advance into the presence of God. For
so long as the shadowy worship lasted, a vail was hung up before the earthly
sanctuary, in order to keep the people not only from entering but from seeing
it, (Exod. 26:33; 2Chron. 3:14.) Now Christ, by blotting out the
handwriting which was opposed to us, (Col. 2:14,) removed every obstruction,
that, relying on him as Mediator, we may all be a royal priesthood, (1Pet.
2:9.) Thus the rending of the vail was not only an abrogation of the
ceremonies which existed under the law, but was, in some respects, an opening
of heaven, that God may now invite the members of his Son to approach him with
familiarity” [= Tidak cocok bahwa tirai / tabir itu sobek, sampai
korban penebusan telah sempurna / lengkap / selesai; karena pada saat itu
Kristus, Imam yang benar dan kekal, telah menghapuskan gambar / simbol hukum
Taurat, membuka bagi kita jalan menuju Ruang Maha Suci surgawi oleh darahNya,
sehingga kita tidak perlu lebih lama lagi berdiri pada jarak tertentu di
serambi, tetapi boleh dengan bebas maju ke hadapan hadirat Allah. Karena selama
ibadah yang bersifat bayangan itu tetap berlaku, suatu tirai / tabir digantung
di depan Ruang Maha Suci duniawi, untuk mencegah umat bukan hanya untuk
memasukinya tetapi bahkan juga melihatnya (Kel 26:33 2Taw 3:14). Sekarang Kristus,
dengan menghapus tulisan tangan yang menentang kita (Kol 2:14
bdk. KJV), menyingkirkan setiap halangan, supaya dengan bersandar
kepadaNya sebagai Pengantara, kita semua bisa menjadi imamat yang rajani (1Pet
2:9). Jadi sobeknya tirai / tabir itu bukan hanya merupakan
penghapusan upacara-upacara yang ada di bawah Taurat, tetapi dalam aspek
tertentu merupakan pembukaan surga, sehingga Allah sekarang bisa mengundang anggota-anggota
AnakNya untuk mendekat kepadaNya dengan keakraban] -
hal 323.
Calvin: “Meanwhile,
the Jews were informed that the period of abolishing outward sacrifices had
arrived, and that the ancient priesthood would be of no farther use;
that though the building of the temple was left standing, it would not be
necessary to worship God there after the ancient custom; but that since the
substance and truth of the shadows had been fulfilled, the figures of the law
were changed into spirit” (= Sementara itu, orang-orang Yahudi
diberitahu bahwa masa penghapusan korban-korban telah tiba, dan bahwa keimaman
kuno sudah tidak boleh digunakan lagi; sehingga sekalipun bangunan Bait
Suci itu tetap dibiarkan berdiri, tetapi sudah tidak perlu lagi untuk menyembah
/ beribadah kepada Allah di sana menurut kebiasaan kuno; tetapi karena hakekat
dan kebenaran dari bayang-bayang telah digenapi, gambar / simbol Taurat diubah
menjadi roh) - hal 323.
Pulpit Commentary: “this
rending of the veil signified (1) that the whole of the Jewish
dispensation, with its rites and ceremonies, was now unfolded by Christ;
and that thenceforth the middle wall of partition was broken down, so that
now, not the Jews only, but the Gentiles also might draw nigh by the blood of
Christ. But (2) it further signified that the way to heaven was
laid open by our Lord’s death. ... The veil signified that heaven was
closed to all, until Christ by his death rent this veil in twain, and laid open
the way” [= penyobekan tirai / tabir ini menunjukkan
(1) bahwa seluruh sistim Yahudi, dengan tatacara-tatacara dan
upacara-upacaranya, sekarang telah dibuka oleh Kristus; dan bahwa sejak
saat itu dinding pemisah yang di tengah-tengah telah dihancurkan, sehingga
sekarang, bukan hanya orang Yahudi saja, tetapi orang non Yahudi juga boleh
mendekat oleh darah Kristus. Tetapi (2) lebih jauh
lagi hal itu menunjukkan bahwa jalan ke surga telah dibuka oleh kematian
Tuhan kita. ... Tirai / tabir menunjukkan bahwa surga tertutup bagi
semua, sampai Kristus oleh kematianNya menyobek tirai / tabir itu menjadi dua,
dan membukakan jalan] - hal 309.
Alan Cole (Tyndale): “Henceforth,
man had free access to the very presence of God (Heb. 10:19-22). Both Jewish
priesthood and Jewish
Penerapan:
Ini bertentangan
dengan adanya imam / pastor dalam Gereja Roma Katolik mapun Gereja Orthodox
Syria. Juga
bertentangan dengan ‘lembu merah’, pendirian kembali Bait Suci,
adanya jam doa, kiblat, dan sebagainya.
Tentang hal-hal ajaib / supranatural
yang terjadi di sekitar kematian Kristus, seperti kegelapan, tabir Bait Suci
yang terbelah, gempa bumi, bukit-bukit batu yang terbelah dsb (bdk. Mat 27:45,51) Calvin berkata:
“Although in the death of Christ the weakness of
the flesh concealed for a short time the glory of the Godhead, ... yet the
heavenly Father did not cease to distinguish him by some marks, and during his
lowest humiliation prepared some indications of his future glory, in order to
fortify the minds of the godly against the offence of the cross. Thus the
majesty of Christ was attested by the obscuration of the sun, by the
earthquake, by the splitting of the rocks, and the rending of the vail,
as if heaven and earth were rendering the homage which they owed to their
Creator” (= Sekalipun dalam kematian Kristus kelemahan daging
menyembunyikan untuk sementara waktu kemuliaan keilahianNya, ... tetapi Sang
Bapa surgawi tidak berhenti untuk membedakanNya / menghormatiNya dengan
beberapa tanda, dan pada saat perendahanNya yang terendah menyiapkan beberapa
petunjuk tentang kemuliaanNya yang akan datang, untuk menjaga pikiran dari
orang saleh terhadap batu sandungan dari salib. Demikianlah keagungan Kristus
diperlihatkan / dibuktikan oleh penggelapan matahari, oleh gempa bumi, oleh
pemecahan batu karang / bukit batu, dan penyobekan tirai / tabir,
seakan-akan surga dan bumi sedang memberikan penghormatan yang harus mereka
berikan kepada Pencipta mereka) - hal 316.
Catatan: ‘vail’
artinya sama dengan ‘veil’.
5) Pengakuan
kepala pasukan Romawi (ay 39)
Peristiwa-peristiwa yang ajaib, yang
terjadi di sekitar kematian Kristus, dan juga sikap Kristus yang berbeda dengan
orang lain yang disalib, membuat kepala pasukan
memberikan pernyataan bahwa Yesus memang adalah Anak Allah (ay 39). Calvin (hal
326) mengatakan bahwa merupakan sesuatu yang indah bahwa orang kafir ini, yang
tidak pernah diajar hukum Taurat, bisa mengambil kesimpulan yang benar dari apa yang terjadi pada saat itu (termasuk tanda kegelapan,
gempa dsb). Ini juga menunjukkan kebutaan dan kebodohan
orang-orang Yahudi, yang tidak bisa bertindak seperti perwira kafir ini.
William Barclay: “he
had never seen a man die like this and he was sure that Jesus was the Son of
God. If Jesus had lived on and taught and healed he might have attracted many,
but it is the Cross which speak straight to the hearts of men” (= ia tidak
pernah melihat seseorang mati seperti ini dan ia yakin bahwa Yesus adalah Anak
Allah. Andaikata Yesus hidup terus dan mengajar dan menyembuhkan, Ia mungkin akan membuat banyak orang tertarik, tetapi adalah
Salib yang berbicara langsung kepada hati manusia) - hal 365.
Alan Cole (Tyndale): “For
the honest Roman centurion ... the evidence had been overwhelming. He had
watched and puzzled while his men gambled, and now he was convinced. What he, a
pagan, meant by ‘the Son of God’ had been much disputed.
It may not have been by any means the peerless position that such a title means
to the Christian, especially as Luke has ‘a just man’ instead of
‘God’s Son’. ... Nevertheless, at the least the Christian
Church saw in this word of the centurion an unconscious statement of truth, as
that of Caiaphas had been (Jn. 11:50). The Lord demanded little knowledge and
much faith as initial steps, in those who came to Him - witness His dealing
with the dying thief (Lk. 23:43) - so that the centurion may have well become a
true believer ultimately” [= Untuk perwira Romawi yang jujur ini ...
buktinya berlimpah-limpah. Ia telah memperhatikan dan bingung sementara anak
buahnya berjudi / mengundi, dan sekarang ia yakin. Apa
yang ia, sebagai seorang kafir, maksudkan dengan
‘Anak Allah’ telah banyak diperdebatkan. Itu
mungkin bukan kedudukan yang tidak ada taranya / bandingannya seperti yang
dimengerti oleh orang Kristen, khususnya karena Lukas menuliskan ‘orang
benar’ dan bukannya ‘Anak Allah’. ... Sekalipun demikian sedikitnya Gereja Kristen melihat dalam
kata-kata perwira ini suatu pernyataan kebenaran secara tak disadari, seperti
pernyataan yang diberikan oleh Kayafas (Yoh 11:50). Tuhan menuntut
sedikit pengetahuan dan banyak iman sebagai langkah permulaan, dalam diri
mereka yang datang kepadaNya - saksikan cara Ia
memperlakukan pencuri yang sekarat (Luk 23:43) - sehingga perwira ini
mungkin pada akhirnya menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh] -
hal 245-246.
Catatan: Lukas mengatakan ‘orang
benar’, bukan ‘Anak Allah’ dalam Luk 23:47.
6) Beberapa perempuan pengikut Yesus
menyaksikan penderitaan dan kematian Yesus (ay 40-41).
Alan Cole (Tyndale): “Here
Mark mentions specifically the group of women disciples, many of them wealthy,
who followed Christ, and doubtless supported the apostolic band from their
worldly goods (Lk. 8:2,3). John also speaks of them as standing by the cross
(Jn. 19:25). The Church has always owed much to
devoted women, often to women of means, and it is the mark of a fool to despise
such. This same band was to share in the burial (verse 47); to bring loving
gifts of spices (16:1); to hear first tidings of the resurrection (16:5,6); to
continue in prayer until Pentecost (Acts 1:14); to open their homes for
Christian worship (Acts 12:12)” [= Di sini Markus menyebutkan secara
khusus grup murid perempuan, banyak dari mereka adalah orang kaya, yang
mengikut Kristus, dan tidak diragukan menyokong grup rasul dengan kekayaan
mereka (Luk 8:2-3). Yohanes juga mengatakan bahwa mereka
berdiri di dekat salib (Yoh 19:25). Gereja selalu
berhutang banyak kepada perempuan-perempuan yang berbakti, seringkali kepada
perempuan yang memiliki kekayaan, dan merupakan tanda dari seorang tolol untuk
meremehkan mereka. Grup yang sama ikut dalam
melakukan penguburan (ay 47); membawa pemberian kasih dalam bentuk
rempah-rempah (16:1); mendengar kabar pertama tentang kebangkitan (16:5-6);
terus berdoa sampai hari Pentakosta (Kis 1:14); membuka rumah mereka untuk
kebaktian Kristen (Kis 12:12)] - hal 246.
1) Dalam Injil Yohanes, diceritakan
bahwa Yusuf dari Arimatea tidak melakukan semua ini sendirian, tetapi
bersama-sama dengan Nikodemus (Yoh 19:39).
2) Hal
yang salah dalam diri Yusuf dari Arimatea.
William Barclay: “There
is a certain tragedy about Joseph. He was a member of the Sanhedrin and yet
we have no hint that he spoke one word in Jesus’ favour or intervened in
any way on his behalf. Joseph is the man who gave Jesus a tomb when he was
dead but was silent when he was alive. It is one of the commonest tragedies of
life that we keep our wreaths for people’s graves and our praises until
they are dead. It would be infinitely better to give them some of these flowers
and some of these words of gratitude when they are still alive” (=
Catatan: dalam Luk 23:50-51 dikatakan bahwa
Yusuf dari Arimatea ini adalah ‘orang yang baik lagi benar. Ia
tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu’. Tetapi memang dalam persidangan tidak
pernah dikatakan bahwa ia berani menyatakan
ketidaksetujuannya itu ataupun membela Yesus. Juga kata ‘memberanikan
diri’ dalam Mark 15:43b secara implicit
menunjukkan bahwa ia adalah orang yang seperti Nikodemus, yaitu ikut Yesus
dengan sembunyi-sembunyi / diam-diam. Jadi, kata-kata Barclay di atas mungkin
memang benar.
Penerapan:
Jangan pernah takut menyatakan
kebenaran / pandangan yang saudara anggap benar, khususnya dalam rapat atau
dalam pertemuan lain.
3) Hal
yang baik tentang Yusuf dari Arimatea.
Yusuf dari Arimatea ini adalah seorang
yang berkedudukan tinggi (ay 43), dan dalam Mat 27:57 dikatakan sebagai
‘seorang kaya’, tetapi ia mau melakukan pekerjaan yang rendah /
hina, demi melayani Kristus.
Calvin: “We
are taught by this example, that the rich are so far from being excusable, when
they deprive Christ of the honour due to him, that they must be held to be
doubly criminal, for turning into obstruction those circumstances with ought to
have been excitements to activity. .. if riches and
honours do not aid us in the worship of God, we utterly abuse them” (= Kita diajar
oleh contoh ini, bahwa orang kaya sangat tidak termaafkan, jika mereka tidak
memberikan kepada Kristus hormat yang seharusnya diberikan kepadaNya, bahwa
mereka harus dianggap sebagai kriminil ganda, kalau keadaan yang seharusnya
merangsang mereka pada keaktifan justru mereka jadikan sebagai halangan. ...
jika kekayaan dan kedudukan tinggi tidak membantu / menolong kita dalam
penyembahan kepada Allah, maka kita menyalahgunakannya secara total) - hal 332.
Calvin: “But
if, through a holy desire to honour Christ, Joseph assumed such courage, while
Christ was hanging on the cross, woe to our slothfulness / accursed be our
sloth, if, now that he has risen from the dead, an equal zeal, at least, to
glorify him do not burn in our hearts” (= Tetapi jika melalui suatu keinginan
kudus untuk menghormati Kristus, Yusuf mempunyai keberanian seperti itu,
sementara Kristus sedang tergantung pada kayu salib, celakalah / terkutuklah
kelambanan kita, jika sekarang setelah Ia bangkit dari antara orang mati, suatu
semangat untuk memuliakan Dia, yang sedikitnya sama besarnya, tidak membara
dalam hati kita) - hal
333.
4) Penguburan
Yesus.
a) ‘Kuburnya
yang baru’
(Mat 27:60 Luk
23:53b Yoh 19:41b).
Ini sengaja diceritakan untuk membuang
kemungkinan bahwa yang bangkit pada hari yang ke 3 nanti adalah mayat orang
lain (bandingkan dengan cerita dalam 2Raja 13:21).
Pulpit Commentary mengutip kata-kata
Wordsworth sebagai berikut:
“One Joseph was appointed by God to be guardian of
Christ’s body in the virgin womb, and another Joseph was the
guardian of his body in the virgin tomb, and each Joseph is called a
‘just man’ in Holy Scripture” [= Seorang
Yusuf ditetapkan oleh Allah sebagai penjaga tubuh Kristus dalam kandungan
perawan, dan seorang Yusuf yang lain adalah penjaga tubuhNya dalam kuburan
yang perawan (kuburan yang baru), dan setiap Yusuf itu disebut ‘orang
benar’ dalam Kitab Suci].
Catatan: tentang sebutan ‘orang
benar’ lihat dalam Mat 1:19 [NIV/NASB: ‘a righteous man’ (= seorang
benar)] dan Luk 23:50.
b) Kubur itu digali di dalam bukit
batu (ay 46).
Jadi kuburan itu
tidak tembus kemana-mana, dan pintunya hanya satu, dan pintu yang satu ini
ditutup dengan batu besar (ay 46), dan bahkan nantinya disegel dan dijaga
tentara (Mat 27:62-66).
Ini tidak memungkinkan mayat Yesus itu dicuri melalui jalan apapun juga!
c) Penguburan Yesus di kuburan Yusuf
yang adalah orang kaya itu, oleh banyak penafsir dianggap sebagai penggenapan
nubuat dalam Yes 53:9 (NIV/KJV) yang berbunyi ‘with the rich in his death’ (= dengan orang kaya dalam
kematiannya).
Catatan: Calvin tidak setuju dengan ini, dan
mengatakan bahwa ‘orang kaya’ berarti orang jahat / kejam (seperti
terjemahan Kitab Suci
d) Mengapa Kristus perlu / harus
dikuburkan?
·
Ini
merupakan ketaatan terhadap Ul 21:22-23 - “(22)
‘Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia
dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah
mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau
menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk
oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.
·
Calvin: “Christ
should be buried, that it might be more fully attested that he suffered real
death on our account. But yet it ought to be regarded as the principal design,
that in this manner the cursing, which he had endured for a short time, began
to be removed; for his body was not thrown into a ditch in the ordinary way,
but honourably laid in a hewn sepulchre” [= Kristus
harus dikuburkan, supaya itu bisa membuktikan secara lebih penuh bahwa Ia
mengalami kematian yang sungguh-sungguh karena kita. Tetapi harus dianggap
sebagai tujuan utama, bahwa dengan cara ini, kutuk,
yang Ia alami untuk waktu yang singkat, mulai disingkirkan; karena tubuhNya
tidak dibuang di got dengan cara biasa, tetapi dengan hormat diletakkan di
suatu kuburan galian]
- hal 330.
1) Pemberian
rempah-rempah untuk mayat Yesus (ay 1).
a) Mereka membeli rempah-rempah itu
setelah Sabat lewat (ay 1a).
Ini disebabkan karena
ketaatan mereka terhadap hukum hari Sabat, yang melarang untuk berjual beli
pada hari tersebut.
b) ‘pagi-pagi
benar ... setelah matahari terbit’ (ay 2).
William Hendriksen: “As
to the time when these women came: Mark says ‘when the sun was
risen,’ Matt. 28:1 ‘at dawn,’ Luke ‘at early
dawn,’ and John ‘while it was still dark.’ Probable solution:
although it was still dark when the women started out, the sun had risen when
they arrived at the tomb” (= Berkenaan dengan saat dimana para
perempuan ini datang: Markus mengatakan ‘setelah matahari terbit’,
Mat 28:1 ‘menjelang menyingsingnya fajar’, Lukas ‘pada
pagi-pagi benar’, dan Yohanes ‘ketika hari masih gelap’.
Penyelesaian yang memungkinkan: sekalipun para perempuan itu berangkat ketika
masih gelap, tetapi matahari sudah terbit ketika mereka tiba di kubur) - hal 678.
c) Mereka bermaksud untuk
menyempurnakan apa yang telah dilakukan oleh Yusuf
dari Arimatea dan Nikodemus.
Sebetulnya Jum’at siang / sore
Yusuf dan Nikodemus sudah melakukan pemberian mur,
minyak gaharu, dan rempah-rempah (Yoh 19:39-40).
Perlu diketahui bahwa terjemahan
hurufiah dari Mark 15:42 bukanlah ‘hari
sudah malam’,
tetapi ‘evening coming’
(= malam sedang mendatang), dan karena itu NIV menterjemahkan ‘evening approached’ (=
malam mendekat).
Sekarang pada Minggu pagi para
perempuan ini mau melakukan hal itu lagi untuk menyempurnakan apa yang dilakukan dengan tergesa-gesa pada Jum’at
sore itu. Ketergesa-gesaan itu disebabkan karena saat itu
Sabat hampir tiba.
Pulpit Commentary: “What
had been done on the Friday evening had been done in haste, and yet
sufficiently for the preservation of the sacred body, if that had been
needful, from decay. The remaining work could be done more carefully and
tenderly at the tomb” (= Apa yang telah dilakukan
pada Jum’at sore telah dilakukan dengan terburu-buru, tetapi cukup untuk
mengawetkan tubuh yang kudus itu, seandainya hal itu dibutuhkan, dari
pembusukan. Pekerjaan yang tersisa bisa dilakukan dengan lebih teliti dan
lembut di kubur) - hal
346.
Catatan: ia
memberikan kata-kata ‘seandainya hal itu dibutuhkan’, karena
sebetulnya hal itu memang tidak dibutuhkan. Mengapa?
Karena Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh Kristus tidak akan membusuk (Maz 16:10 Kis
2:27 Kis 13:35). Tetapi
dalam ketiga ayat ini Kitab Suci
d) Ini merupakan tindakan kasih yang
mereka lakukan kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “Love
will find occasions and ways of expressing itself” (= Kasih akan mendapatkan kesempatan dan cara untuk menyatakan
dirinya sendiri) - hal 349.
William Hendriksen: “while
we may criticize their lack of sufficient faith - a lack which they shared with
the male disciples - let us not overlook their exceptional love and loyalty.
They were at
Pulpit Commentary: “Last
at the cross, first at the grave” (= Terakhir di salib, pertama di kubur).
e) Pengurapan mayat dan pengharapan akan kebangkitan pada akhir jaman.
Dalam maksud untuk melakukan pengurapan
ini jelas ada sesuatu yang salah, karena ini menunjukkan bahwa mereka tidak
beriman pada kata-kata Yesus yang menyatakan akan
bangkit pada hari ke 3.
Calvin: “their
design to anoint Christ, as if he were still dead, was not free from
blame” (= rencana mereka untuk mengurapi Kristus, seakan-akan Ia masih tetap mati, tidak bebas dari kesalahan) - hal 339.
Tetapi Calvin menambahkan:
“I have no doubt, that the custom of anointing the
dead, which they had borrowed from the Fathers, was applied by them to its
proper object, which was, to draw consolation, amidst the mourning of death,
from the hope of life to come. I readily acknowledge that they sinned in
not immediately raising their minds to that prediction which they had heard
from the lips of their Master, when he foretold that he would rise again on the
third day. But as they retain the general principle of the final
resurrection, that defect is forgiven, which would vitiated,
as the phrase is, the whole of the action. Thus God frequently accepts, with
fatherly kindness, the works of the saints, which, without pardon, not only
would not have pleased him, but would even have been justly rejected with shame
and punishment” (= Saya tidak meragukan bahwa kebiasaan mengurapi orang
mati, yang telah mereka dapatkan dari Bapa-bapa, diterapkan oleh mereka pada tujuan
yang benar, yaitu untuk mendapatkan penghiburan di tengah-tengah perkabungan
kematian, dari pengharapan akan kehidupan yang akan datang. Saya mengakui
bahwa mereka berdosa dengan tidak segera mengangkat pikiran mereka pada ramalan
yang telah mereka dengar dari bibir Tuan / Guru mereka, pada saat Ia meramalkan
bahwa Ia akan bangkit kembali pada hari ke 3. Tetapi karena mereka
memelihara prinsip umum tentang kebangkitan akhir, cacat itu diampuni, yang
seharusnya meniadakan seluruh tindakan mereka. Demikianlah Allah sering
menerima, dengan kebaikan seorang bapa, pekerjaan-pekerjaan orang-orang kudus,
yang seandainya tanpa pengampunan, bukan hanya akan
tidak menyenangkanNya, tetapi bahkan akan secara benar ditolak dengan rasa malu
dan penghukuman) - hal
339-340.
Catatan: tetapi awas, ini bisa diextrimkan,
misalnya orang yang ke gereja dengan motivasi tidak benar, tetap diterima oleh
Allah, dan sebagainya.
Calvin: “the
custom of anointing the dead, though it was common among many heathen nations,
was applied to a lawful use by the Jews alone, to whom
it had been handed down by the Fathers, to confirm them in the faith of the
resurrection. For without having this in view, to embalm a dead body,
which has no feeling, would be an idle and empty solace, as we know that
the Egyptians bestowed great labour and anxiety on this point, without looking
for any advantage. But by this sacred symbol, God represented to the Jews
the image of life in death, to lead them to expect that out of putrefaction and
dust they would one day acquire new vigour. Now as the resurrection of
Christ, by its quickening vigour, penetrated every sepulchre, so as to breathe
life into the dead, so it abolished those outward ceremonies” (= kebiasaan
untuk mengurapi orang mati, sekalipun itu merupakan sesuatu yang umum di antara
banyak bangsa kafir, diterapkan pada penggunaan yang benar hanya oleh orang
Yahudi, kepada siapa itu diturunkan oleh Bapa-bapa, untuk meneguhkan mereka
dalam iman tentang kebangkitan. Karena tanpa memandang pada hal ini,
membalsem mayat yang tak mempunyai perasaan merupakan sesuatu penghiburan yang
sia-sia dan kosong, seperti kita tahu bahwa orang Mesir bekerja keras dalam
hal ini, tanpa mencari manfaat apapun. Tetapi oleh simbol yang kudus /
keramat ini, Allah melambangkan kepada orang-orang Yahudi gambaran dari
kehidupan dalam kematian, untuk memimpin mereka untuk mengharapkan bahwa dari
pembusukan dan debu suatu hari mereka akan mendapatkan
tenaga / kekuatan yang baru. Sekarang karena kebangkitan Kristus, oleh
tenaga menghidupkannya, menembus setiap kuburan, untuk menghembuskan kehidupan
kepada orang mati, maka itu menghapuskan upacara lahiriah itu) - hal 341.
f) Yesus sendiri sebetulnya
tidak membutuhkan pengurapan terhadap mayatNya.
Calvin: “For
himself, he needed not those aids, but they were owing to the ignorance of the
women, who were not yet fully aware that he was free from corruption” (= Untuk
diriNya sendiri, Ia tidak membutuhkan pertolongan itu, tetapi itu dilakukan
karena ketidakmengertian para perempuan itu, yang belum sepenuhnya sadar bahwa
Ia bebas dari pembusukan)
- hal 341.
2) Kekuatiran tentang batu penutup
kubur dan solusinya (ay 3-4).
Ay 3-4: “(3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu
bagi kita dari pintu kubur?’ (4) Tetapi ketika mereka
melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah
terguling”.
William Barclay: “They
were worried about one thing. Tombs had no doors. When the word
‘door’ is mentioned it really means ‘opening’. In front
of the opening was a groove, and in the groove ran a circular stone as big as a
cart-wheel; and the women knew that it was quite beyond their strength to move
a stone like that” (= Mereka kuatir tentang satu hal. Kubur
pada jaman itu tidak mempunyai pintu. Pada saat kata
‘pintu’ disebutkan itu sebetulnya berarti ‘pembukaan /
lubang’. Di depan lubang yang terbuka itu ada sebuah alur / lekuk
/ semacam got, dan dalam alur / lekuk itu bergulir sebuah batu bundar sebesar
roda kereta; dan para perempuan itu tahu bahwa merupakan sesuatu yang di luar
kekuatan mereka untuk menggerakkan batu seperti itu) - hal 368.
Pulpit Commentary: “Very
similar is much of Christian experience. We perplex ourselves,
it may be, with speculative difficulties. ... To our finite and untrained,
inexperienced intelligence it must be so. Our penetration is too dull, our
wisdom is too short-sighted; our powers, knowledge, and opportunities are all
unequal to the task. But all is clear to that Being who is infinitely wise; and
when we lift up our eyes we shall in due time see the resolution of our doubts.
We perplex ourselves, it may be, with practical
difficulties. How shall we do our work - that work being so vast, and we so
helpless? How shall we train our family, conduct our business, discharge our
responsibilities? ... But, looking unto him, we shall be lightened. He shall
bring our way to pass. We perplex ourselves, it may
be, with difficulties as to the Church and
Pulpit Commentary: “The
stone rolled away may also be regarded by us as a reminder of expected
difficulties unexpectedly removed. ... Too often we discourage ourselves by
thinking of future difficulties, until they loom so large in our imagination
that we turn back from the path of duty. ... let us go on also to
attempt our appointed work for God; and the difficulties which are
insurmountable by us will be removed by hands mightier than our own” (= Batu yang
digulingkan juga bisa kita anggap sebagai pengingat tentang kesukaran-kesukaran
yang diharapkan tetapi yang disingkirkan secara tak terduga. ... Terlalu
sering kita mengecilkan hati kita sendiri dengan memikirkan kesukaran-kesukaran
yang akan datang, sampai semua itu terlihat begitu
besar dalam khayalan kita sehingga kita berbalik dari jalan kewajiban. ...
marilah kita terus mengusahakan tugas yang ditetapkan Allah untuk kita; dan
kesukaran-kesukaran yang tak dapat kita atasi akan
disingkirkan oleh tangan yang lebih kuat dari tangan kita) - hal 359.
William Hendriksen: “Why
did the angel have to remove the stone? Not to enable Jesus to make his way out
- for see John 20:19,26 - but to enable these women,
and also Peter and John, to enter the tomb” (= Mengapa
malaikat itu harus menyingkirkan batu itu? Bukan untuk memungkinkan Yesus
mendapatkan jalan keluar - karena lihat Yoh 20:19,26
- tetapi untuk memungkinkan para perempuan ini, dan juga Petrus dan Yohanes,
untuk memasuki kubur)
- hal 679.
Pulpit Commentary
(hal 346) mengatakan bahwa pada titik ini (ay 4), Maria Magdalena lari untuk
memberitahu Petrus dan Yohanes (Yoh 20:2).
3) Bukti
kebangkitan Yesus (ay 5-7).
a) Kubur yang kosong.
Fakta tentang kubur yang kosong ini
justru dikuatkan oleh cerita dusta dalam Mat 28:11-15, karena kalau tak ada
kubur kosong, justru tak akan muncul cerita seperti
itu.
Ay 5-6 kelihatannya menunjukkan bahwa
mereka masuk ke kubur ke tempat dimana mayat Yesus diletakkan, dan melihat
kubur yang kosong.
Pulpit Commentary: “This seem to imply that the women actually entered the inner
chamber, and saw the very place where the Lord lay. Who does not see here how
irrefragable is the evidence of his resurrection?” (= Ini
kelihatannya menunjukkan bahwa para perempuan itu betul-betul masuk ke bagian
dalam, dan melihat tempat dimana Tuhan berbaring. Siapa yang
tidak melihat di sini betapa tak terbantahnya bukti kebangkitanNya?) - hal 347.
Pulpit Commentary: “In
this passage there is no direct narrative of the Saviour’s
resurrection. ... There were no such witnesses to the act of the
Lord’s emergence from the tomb” (= dalam text
ini tidak ada cerita langsung tentang kebangkitan Sang Juruselamat. ... Di
Calvin: “though
he manifested his resurrection in a different manner from what the sense of our
flesh would have desired, still the method of which he approved ought to be
regarded by us also as the best. He went out of the grave without a
witness, that the emptiness of the place might be the earliest indication”
(= sekalipun Ia menyatakan kebangkitanNya dengan cara yang berbeda dari apa
yang diinginkan oleh daging kita, tetap metode / cara yang Ia restui /
setujui harus kita anggap juga sebagai yang terbaik. Ia
keluar dari kubur tanpa saksi, supaya kekosongan tempat itu bisa menjadi
petunjuk yang paling awal) - hal 338.
b) Firman Tuhan yang diberitakan oleh
malaikat (ay 6-7).
Ay 6-7: “(6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka:
‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia
tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi
sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului
kamu ke Galilea; di
Ini juga berlaku
untuk kelahiran, kematian, kenaikan Yesus ke surga. Kalau cuma ada peristiwanya tanpa
penjelasan Firman Tuhan, maka kita tidak akan mengerti
apa gunanya semua itu. Ini makin menunjukkan pentingnya
Firman Tuhan. Karena itu rajinlah belajar Firman
Tuhan.
c) Yesus tetap dikenal sampai sekarang
(bahkan merupakan pribadi paling terkenal di dunia), dan adanya gereja kristen.
William Barclay: “One
thing is certain - if Jesus had not risen from the dead, we would never heard of him. The attitude of the women was that they
had come to pay the last tribute to a dead body. The attitude of the disciples
was that everything had finished in tragedy. By far the best proof of the
Resurrection is the existence of the Christian church. Nothing else could
have changed sad and despairing men and women into people radiant with joy and
flaming with courage” (= Ada satu hal yang pasti - andaikata Yesus tidak
bangkit dari antara orang mati, kita tidak akan pernah mendengar tentang Dia.
Sikap dari para perempuan adalah bahwa mereka datang untuk memberi penghormatan
terakhir kepada mayat itu. Sikap dari para murid adalah bahwa
segala sesuatu telah selesai dalam suatu tragedi. Jelas
sekali bahwa bukti terbaik tentang Kebangkitan adalah adanya gereja Kristen.
Tidak ada hal lain yang bisa mengubah kelompok orang laki-laki dan perempuan
yang sedih dan putus asa itu menjadi orang-orang yang berseri-seri dengan
sukacita dan berkobar-kobar dengan keberanian) - hal 368.
William Barclay: “Jesus is
not a figure in a book but a living presence. It is not enough to study the
story of Jesus like the life of any other great historical figure. We may begin
that way but we must end by meeting him. ... Jesus is not someone to discuss so
much as someone to meet. ... The Christian life is not the life of a man who knows
about Jesus, but the life of a man who knows Jesus” (= Yesus
bukanlah seorang tokoh dalam sebuah buku tetapi sebuah kehadiran yang hidup.
Tidak cukup untuk mempelajari cerita Yesus seperti kehidupan tokoh sejarah
besar yang lain. Kita mungkin memulainya dengan cara
itu tetapi kita harus mengakhirinya dengan menemuiNya. ... Yesus
lebih merupakan seseorang untuk ditemui dari pada dibicarakan / didiskusikan.
... Kehidupan kristen bukanlah kehidupan seorang
manusia yang tahu tentang Yesus, tetapi kehidupan seseorang yang mengenal
Yesus) - hal 368-369.
Sudahkah saudara bertemu secara rohani dengan Yesus? Apakah selama ini saudara hanya tahu tentang Yesus atau betul-betul
mengenal Yesus? Saudara bertemu Yesus secara rohani
dan betul-betul mengenal Dia, kalau saudara datang dan percaya kepadaNya.
Maukah saudara datang dan percaya kepadaNya sekarang juga?
-AMIN-