oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Ada
jalan yang terbuka kepada Bapa.
Ay 20: “karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui
tabir, yaitu diriNya sendiri”.
Adam Clarke: “as the veil of the temple was rent from the
top to the bottom at the crucifixion of Christ, to show that the way to the
holiest was then laid open; so we must approach the throne through the
mediation of Christ, and through his sacrificial death” (= sebagaimana tabir Bait Suci terbelah
dari atas sampai ke bawah pada saat penyaliban Kristus, untuk menunjukkan bahwa
jalan kepada yang maha kudus sudah terbuka; demikianlah kita harus mendekati
takhta melalui perantaraan Kristus, dan melalui pengorbanan kematianNya) - hal 756.
Calvin mengatakan bahwa tabir itu menutupi jalan masuk ke
Ruang Maha Suci tetapi sekaligus merupakan jalan masuk ke Ruang Maha Suci. Ay
20 ini mengatakan bahwa tabir itu adalah diri (Lit: ‘daging’) Kristus, dan ini
menunjukkan bahwa tak ada orang yang bisa menemukan Allah kecuali ia menjadikan
Kristus sebagai pintu dan jalan.
Bandingkan dengan Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya:
‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
2) Kita
boleh menghadap Allah dengan penuh keberanian.
Ay 19: “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian
dapat masuk ke dalam tempat kudus”.
Bandingkan dengan Ibr 4:16 - “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian
menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan
kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.
Pulpit Commentary: “It is by the sacrifice of Christ that we
have the right of access to the presence of God” (= Oleh karena pengorbanan Kristuslah
kita mempunyai hak untuk datang ke hadapan hadirat Allah) - hal 280.
a) Kata-kata
‘penuh keberanian’ ini
dikontraskan dengan rasa takut dan gentar dari orang-orang jaman Perjanjian
Lama terhadap Allah.
Kel 19:16 - “Dan terjadilah pada hari ketiga, pada
waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi
sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang
ada di perkemahan”.
Kel 20:18-21 - “Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh
mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap.
Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. Mereka
berkata kepada Musa: ‘Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan
mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.’
Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: ‘Janganlah takut, sebab Allah telah
datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan
Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.’ Adapun bangsa itu
berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana
Allah ada”.
Pulpit Commentary: “No believer under the Old Testament dared
or could, though under a dispensation of preparatory grace, approach God so
freely and openly, so fearlessly and joyfully, so closely and intimately, as we
now, who come to the Father by the blood of Jesus, his Son” (= Tidak ada orang percaya dalam jaman
Perjanjian Lama, sekalipun ada dalam jaman persiapan kasih karunia, berani dan
boleh mendekati Allah dengan begitu bebas dan terbuka, dengan begitu tanpa rasa
takut dan sukacita, dengan begitu dekat dan intim, seperti kita sekarang, yang
datang kepada Bapa oleh darah Yesus, AnakNya) - hal 280.
b) Kata-kata
‘penuh keberanian’ ini
dikontraskan dengan masuknya imam besar ke dalam Ruang Maha Suci dalam
Perjanjian Lama, yang disertai rasa takut dan gentar.
Adam Clarke: “This is an allusion to the case of the
high priest going into the holy of holies. He went with fear and trembling,
because, if he had neglected the smallest item prescribed by the law, he could
expect nothing but death. Genuine believers can come even to the throne of God
with confidence, as they carry into the Divine presence the infinitely
meritorious blood of the great atonement; and, being justified through that
blood, they have a right to all the blessings of the eternal kingdom” (= Ini berhubungan secara tidak langsung
dengan kasus imam besar yang masuk ke dalam Ruang Maha Suci. Ia pergi dengan
takut dan gemetar, karena jika ia talah mengabaikan hal terkecil yang
ditentukan oleh hukum Taurat, ia tidak bisa mengharapkan apapun selain
kematian. Orang-orang percaya yang sejati bisa datang bahkan kepada takhta
Allah dengan keyakinan, karena mereka membawa ke hadapan Allah darah yang
mempunyai manfaat / jasa yang tak terhingga dari penebusan yang agung; dan
karena dibenarkan melalui darah itu, mereka mempunyai hak terhadap semua berkat
dari kerajaan yang kekal) - hal 755.
c) Menghadap Allah dengan ‘penuh keberanian’, bukan berarti dengan sikap
semborono / tidak hormat.
Pulpit Commentary: “This boldness is not rashness, or
irreverence, or unreverence. It is rather a holy freedom of access to God
because of our assurance that we shall be graciously received by him. See this
in the exercise of prayer. We may freely express our wants and wishes to our heavenly
Father; for, being our Father, he will not resent our filial confidence, but
will welcome us the more because of it” (= Keberanian ini bukanlah sikap gegabah, atau tidak hormat. Tetapi ini
adalah kebebasan yang kudus untuk mendekat kepada Allah karena keyakinan kita
bahwa kita akan diterimaNya dengan murah hati / penuh kasih karunia. Perhatikan
hal ini pada waktu berdoa. Kita bisa dengan bebas menyatakan kebutuhan dan
keinginan kita kepada Bapa surgawi kita; karena sebagai Bapa kita, Ia tidak
akan marah terhadap keyakinan kita sebagai anak, tetapi akan menerima kita
dengan baik karenanya) - hal 280.
3) Ini
juga menunjukkan bahwa upacara-upacara / type-type dalam Perjanjian Lama
tentang masuknya seseorang ke hadirat Allah telah digenapi dalam Kristus, dan
karena itu semua itu dihapuskan.
Calvin: “the sum of what he had
said is, that all the ceremonies by which an access under the Law was open to
the sanctuary, have their real fulfilment in Christ, so that to him who has Christ,
the use of them is superfluous and useless. ... there is here to be understood
a contrast, - the truth or reality as seen in Christ, and the abolition of the
ancient types” (= kesimpulan dari apa
yang ia katakan adalah bahwa semua upacara dengan mana jalan masuk terbuka ke
Ruang Maha Suci di bawah hukum Taurat, telah mendapatkan penggenapan yang nyata
dalam Kristus, sehingga bagi dia yang mempunyai Kristus, penggunaan dari
upacara-upacara itu adalah berlebihan dan tidak berguna. ... di sini ada suatu
kontras, kebenaran atau kenyataan seperti yang terlihat dalam Kristus, dan
penghapusan dari type-type kuno / Perjanjian Lama) - hal 234.
4) Yesus
adalah Imam Besar / kepala Rumah Allah / Gereja.
Ay 21: “dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah”.
a) Imam-imam
Perjanjian Lama disingkirkan, dan sekarang Kristuslah yang adalah Imam Besar.
Karena itu, semua gereja yang masih mempunyai imam,
seperti Roma Katolik dan Gereja Orthodox Syria, adalah salah!
b) Kristus
adalah kepala Gereja.
Calvin: “God has set him over his
whole house for this end, - that every one who seeks a place in the Church, may
submit to Christ and choose him, and no other, as his leader and ruler” (= Allah telah menempatkanNya atas seluruh RumahNya untuk
tujuan ini, - supaya setiap orang yang mencari tempat di Gereja, bisa tunduk
kepada Kristus dan memilihNya, dan bukan orang lain, sebagai pemimpin dan
pemerintahnya) - hal 235-236.
Bertentangan dengan Gereja Roma Katolik, yang mempunyai
Paus sebagai pemimpin tertinggi, dan Gereja Anglikan yang mempunyai raja / ratu
Inggir sebagai pemimpin tertinggi, kita hanya mengakui Yesus sebagai Kepala
Gereja! Semua pemimpin gereja yang bersikap sebagai diktator tunggal yang
bersikap otoriter, sama saja dengan melakukan kudeta terhadap Kristus!
1) Menghadap
Allah.
Ay 22: “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan
keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati
nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.
William Barclay: “Let us approach the presence of God. That
is to say, let us never forget the duty of worship. It is given to every man to
live in two worlds, this world of space and time, and the world of eternal
things. Our danger is that to become so involved in this world that we forget
the other. As the day begins, as the day ends and ever and again in the midst
of its activities, we should turn aside, if only for a moment, and enter God’s
presence. Every man carries with him his own secret shrine, but so many forget
to enter it” (=
Marilah kita mendekat ke hadirat Allah. Artinya, janganlah kita pernah
melupakan kewajiban untuk berbakti. Setiap orang hidup dalam 2 dunia, dunia ini
yang berhubungan dengan ruang dan waktu, dan dunia dari hal-hal kekal.
Bahayanya adalah bahwa kita begitu terlibat dalam dunia ini sehingga melupakan
dunia yang lain. Pada saat suatu hari dimulai, dan pada saat suatu hari
berakhir, dan juga di tengah-tengah aktivitas dari suatu hari, kita harus
menyendiri, sekalipun hanya untuk suatu saat, dan masuk ke hadirat Allah.
Setiap orang membawa dengannya kuil rahasianya sendiri, tetapi begitu banyak
yang lupa untuk memasukinya) - hal 120.
Jadi kelihatannya Barclay
menerapkan ay 22 pada 2 hal yaitu:
·
kebaktian
hari Minggu.
·
berdoa
senantiasa.
Ay 22 ini memberikan beberapa syarat, yaitu:
a) Hati
yang tulus ikhlas. Ini dikontraskan dengan hati yang munafik dan menipu.
b) Keyakinan
iman yang teguh. Ini dikontraskan dengan iman yang ragu-ragu.
c) Hati
yang telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat. Ini menunjukkan orangnya
yakin bahwa dosanya sudah diampuni / beres karena penebusan Kristus.
Pembersihan hati ini juga harus dilakukan terus menrus dengan pengakuan dosa.
d) Tubuh
kita telah dibasuh dengan air yang murni. Ini menunjuk pada pembersihan tingkah
laku lahiriah kita.
2) Berpegang
teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita.
Ay 23: “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita,
sebab Ia, yang menjanjikannya, setia”.
Ada beberapa hal yang perlu disoroti:
·
Di sini ada kata
‘pengakuan’, karena iman yang tidak diakui di depan manusia bukanlah iman yang
benar.
·
Di sini digunakan kata
‘pengharapan’ dan bukannya ‘iman’, tetapi perlu dingat bahwa ‘pengharapan’
muncul dari ‘iman’. Pada bagian akhir dari ayat ini dibicarakan kesetiaan Allah
terhadap janjiNya, karena memang iman yang benar harus mempunyai dasar janji
Allah.
·
Penekanan utama ay 23 ini
adalah pentingnya untuk berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan.
Dengan kata lain kita harus bertekun dalam iman dan setia kepada Kristus.
3) Saling
memperhatikan dan saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik.
Ay 24: “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam
kasih dan dalam pekerjaan baik”.
a) Saling
memperhatikan bukan berarti usil / selalu ikut campur dalam urusan orang lain,
apalagi lalu membicarakannya menggosipkannya!
b) Kalau
kita saling memperhatikan, dan lalu melihat adanya kesalahan / kekurangan,
bolehkah mengkritik?
Tentu saja boleh, selama kritiknya benar dan dilakukan
secara benar.
·
Kritiknya haruslah kritik
yang membangun. Kritik memang bisa membangun, tetapi kalau selalu hanya
mengkritik tanpa pernah mendorong, itu justru menjatuhkan.
·
Lebih jelek lagi kalau yang
mengkritik, hanya bisa mengkritik, tetapi dirinya sendiri tidak melakukan
apa-apa. Dan biasanya orang yang nganggur paling pintar mengkritik. Kalau ia
sendiri terjun dalam pelayanan, ia tahu beratnya dan sukarnya melayani,
sehingga tidak akan sembarangan mengkritik. Sama seperti orang yang tidak
pernah menjadi petinju lalu nonton tinju, gampang sekali memaki goblok, dan
sebagainya, karena tidak mengerti beratnya jadi petinju.
Dan perhatikan kata ‘saling’ dalam ay 24 ini. seseorang tidak bisa saling
mendorong dalam kasih dan perbuatan baik kalau ia sendiri tidak mengasihi /
melakukan perbuatan baik.
4) Tidak
membiasakan diri untuk menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, tetapi sebaliknya
saling menasihati dan makin rajin melakukannya.
Ay 25: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati,
dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
a) Kebiasaan
membolos.
Kebalikan dari ‘kasih’ dalam ay 24 tadi adalah ‘kesuaman’, dan kesuaman ini yang menyebabkan orang menjauhkan diri
dari pertemuan ibadah.
Perlu disoroti kata ‘dibiasakan’, karena memang ada orang membiasakan diri dengan
kebiasaan buruk ini, yaitu menjauhkan diri dari pertemuan ibadah atau membolos
dari acara gereja, baik itu kebaktian, Pemahaman Alkitab, dan sebagainya.
Semua ini lebih menyedihkan kalau yang mempunyai kebiasaan
itu ternyata adalah majelis, yang sebetulnya merupakan ‘penilik jemaat’ (1Tim
3:1-7). Bagaimana bisa menjadi ‘penilik’ kalau ia sendiri tidak hadir dalam
pertemuan ibadah?
Alasannya bermacam-macam seperti ada pernikahan, keluar
kota, bekerja dan sebagainya. Barclay memberikan beberapa alasan lain mengapa
seseorang meninggalkan pertemuan ibadah:
1. Barclay
berbicara tentang ‘a secret disciple’ (= seorang
murid secara diam-diam / rahasia), dan
ia mengatakan bahwa ini merupakan suatu kemustahilan, karena “either ‘the discipleship
kills the secrecy or the secrecy kills the discipleship.’” (= atau ke-murid-an itu membunuh ke-rahasia-annya, atau
ke-rahasia-an itu membunuh ke-murid-annya)
- hal 121-122.
Barclay: “to go to church is to demonstrate where
our loyalty lies. Even if the sermon be poor and the worship tawdry, the church
service still gives us the chance to show to men what side we are on” (= pergi ke gereja menunjukkan dimana
kesetiaan kita terletak. Bahkan jika khotbah itu jelek dan kebaktiannya
mentereng tetapi tidak berharga, kebaktian gereja tetap memberikan kita
kesempatan untuk menunjukkan di sisi mana kita berada) - hal 122.
2. Orang-orang
tertentu tidak mau bersekutu dengan orang-orang yang bukan kelasnya.
Terhadap orang-orang seperti ini ia berkata bahwa Kristus
bukan mati hanya untuk golongan tertentu (kelas atas / kaya), tetapi untuk
semua golongan.
3. Kesombongan.
Barclay: “He may believe that he does not need the
Church or that he is intellectually beyond the standard of preaching there.
Social snobbery is bad, but spiritual and intellectual snobbery is worse. The
wisest man is a fool in the sight of God; and the strongest man is weak in the
moment of temptation. There is no man who can live the Christian life and
neglect the fellowship of the Church. If any man feels that he can do so let
him remember that he comes to Church not only to get but to give. If he thinks
that the Church has faults, it is his duty to come in and help to mend them” (= Mungkin ia percaya bahwa ia tidak membutuhkan
Gereja atau bahwa secara intelektual ia melampaui standard khotbah di sana.
Kesombongan sosial sudah merupakan sesuatu yang buruk, tetapi kesombongan
rohani dan intelektual merupakan sesuatu yang lebih buruk lagi. Orang yang
paling bijaksana adalah seorang bodoh di hadapan Allah; dan orang yang terkuat
adalah lemah pada saat pencobaan. Tidak ada orang yang bisa hidup sebagai orang
Kristen dan mengabaikan persekutuan Gereja. Jika ada siapapun yang merasa ia
bisa berbuat seperti itu, hendaklah orang itu mengingat bahwa ia datang ke
Gereja bukan hanya untuk mendapatkan, tetapi untuk memberi. Jika ia beranggapan
bahwa Gereja mempunyai kesalahan, maka merupakan kewajibannya untuk datang dan
membantu untuk memperbaikinya) - hal 122.
b) Saling
menasihati dan semakin giat dalam berbakti.
Menghadapi situasi seperti ini kita harus saling
menasehati, supaya semua menjadi semakin giat dalam pertemuan ibadah.
Penerapan:
Pernahkah saudara menasehati orang kristen yang suka
mbolosan?
Kata ‘menasehati’ seharusnya adalah ‘encourage’
(= mendorong) atau ‘exhort’ (=
mendesak).
Barclay: “We must encourage one another. One of the
highest of human duty is that of encouragement. ... It is easy to laugh at men’s
ideals, to pour cold water on their enthusiasm, to discourage them. The world
is full of discouragers; we have a Christian duty to encourage one another.
Many a time a word of praise or thanks or appreciation or cheer has kept a man
on his feet. Blessed is the man who speaks such a word” (= Kita harus saling mendorong. Salah
satu kewajiban manusia yang tertinggi adalah memberi dorongan. ... Adalah mudah
untuk mentertawakan cita-cita seseorang, memadamkan semangatnya, membuatnya
kecil hati. Dunia ini penuh dengan orang-orang yang suka mengecilkan hati
orang; kita mempunyai kewajiban Kristen untuk saling mendorong. Seringkali
suatu kata pujian atau terima kasih atau penghargaan atau hiburan, menjaga
seseorang untuk tetap tegak. Berbahagialah orang yang mengucapkan kata seperti
itu) - hal
122-123.
c) Menjelang
hari Tuhan yang mendekat.
Kata-kata ‘menjelang hari Tuhan yang mendekat’, yang
menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya, merupakan suatu dorongan
untuk makin hidup kudus dan makin rajin dalam berusaha untuk mengumpulkan
Gereja Tuhan. Ingat bahwa kedatangan Yesus yang keduakalinya memang bertujuan
untuk mengumpulkan orang-orang pilihan (Mat 24:31). Bandingkan juga dengan Mat
24:45-51.
Bahwa bagi mereka 2000 tahun yang lalu sudah dikatakan
bahwa kedatangan Tuhan itu mendekat, bukanlah sesuatu yang aneh, sekalipun
sampai sekarang Yesus belum datang untuk keduakalinya, karena bagi Tuhan 1000
tahun sama dengan satu hari, dan satu hari sama dengan 1000 tahun (2Pet 3:8).
1) Ay 26
menunjuk pada kemurtadan.
Ay 26: “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan
tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu”.
a) Ini
menunjuk pada kebiasaan yang dilakukan terus menerus.
Pulpit Commentary (hal 268) mengatakan bahwa kata Yunani
yang digunakan untuk ‘berbuat dosa’ adalah suatu participle, tetapi bukan dalam bentuk aorist / lampau, tetapi dalam bentuk present, dan karena itu menunjukkan
suatu ‘persistent habit’ (= kebiasaan
terus menerus). Penafsiran ini juga sesuai dengan ay 25 yang
mendahuluinya, yang juga membicarakan kebiasaan buruk, yaitu menjauhkan
diri dari pertemuan ibadah.
b) Calvin
menafsirkan ‘dosa sengaja’ ini sebagai tindakan meninggalkan Kristus / Gereja.
Dan perlu diperhatikan bahwa ay 26 (tentang
kemurtadan) dituliskan segera setelah ay 25 (kebiasaan membolos dari
pertemuan ibadah). Ini menunjukkan bahwa apa yang dibiasakan oleh orang-orang
tertentu dalam ay 25 itu, yaitu meninggalkan pertemuan ibadah, kalau
dibiarkan, akan menjadi ay 26 ini!
Adam Clarke: “Those who relinquish Christian communion
are in a backsliding state; those who backslide are in danger of apostasy” (= Mereka yang meninggalkan persekutuan
Kristen ada dalam keadaan merosot ke belakang; mereka yang merosot ke belakang
ada dalam bahaya kemurtadan) - hal 757.
Karena itu jangan membiar-biarkan rohani yang berantakan,
kerajinan yang kendor, dan kasih yang menjadi suam!
c) Pengertian
tentang kebenaran memperberat dosa ini.
Kata-kata ‘sesudah
memperoleh pengetahuan tentang kebenaran’
ditambahkan untuk memperberat dosa mereka ini, karena mereka secara sengaja
memadamkan terang yang Allah berikan kepada mereka.
Barclay: “One of the old divines wrote a kind of
catechism. He ends by asking what happens if men disregard the offer of Jesus
Christ. His answer is that condemnation must necessarily follow, ‘and so much
the more because thou hast read this book.’ The greater the knowledge,
the greater the sin” (=
Seorang ahli theologia menulis sejenis buku katekisasi. Ia mengakhiri dengan
menanyakan apa yang terjadi jika seseorang mengabaikan tawaran Yesus Kristus.
Jawabannya adalah bahwa penghukuman pasti akan terjadi sebagai akibatnya, ‘dan
itu makin pasti karena engkau telah membaca buku ini’. Makin banyak
pengetahuan, makin hebat dosanya) - hal 124.
d) Ini
tidak berarti bahwa orang kristen sejati bisa murtad.
John Owen beranggapan bahwa orang
yang murtad ini hanyalah orang Kristen KTP.
Bandingkan dengan 1Yoh 2:18-19 - “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang
terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang,
sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini
benar-benar adalah waktu yang terakhir. Memang mereka berasal dari antara
kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka
sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan
kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua
mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
2) Akibat
dari kemurtadan.
a) Tidak
ada lagi korban untuk menghapus dosa ini (ay 26c).
Calvin: “As salvation is not to be
sought except in him, there is no need to wonder that all those who wilfully
forsake him are deprived of every hope of pardon: ... The Apostle then refers
to those alone who wickedly forsake Christ, and thus deprive themselves of the
benefit of his death” (= Karena keselamatan
tidak bisa dicari kecuali dalam Dia, tidak mengherankan bahwa semua mereka yang
secara sengaja meninggalkan Dia kehilangan setiap pengharapan untuk mendapatkan
pengampunan: ... Jadi, sang Rasul menunjuk hanya kepada mereka yang secara
jahat meninggalkan Kristus, dan membuang dari diri mereka sendiri manfaat
kematianNya) - hal 244.
b) Yang
ada hanyalah kematian yang mengerikan dan penghakiman dan hukuman.
Ay 27: “Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api
yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka”.
·
Perhatikan bahwa kalau
tidak ada korban untuk menghapus dosa (ay 26), maka yang ada adalah hukuman (ay
27).
·
kata-kata ‘semua orang durhaka’
salah terjemahan.
KJV/RSV/NASB: ‘the adversaries’ (= musuh-musuh).
NIV: ‘the enemies of God’ (= musuh-musuh Allah).
Calvin: “And thus he reminds us, that
they are all to be counted the enemies of Christ who have refused to hold the
place granted them among the faithful; for there is no intermediate state, as
they who depart from the Church give themselves up to Satan” (= Dan demikianlah ia mengingatkan kita, bahwa semua mereka,
yang menolak untuk mempertahankan tempat yang dianugerahkan kepada mereka di
antara orang-orang percaya, akan dianggap sebagai musuh-musuh Allah; karena
tidak ada keadaan di antara keduanya, karena mereka yang meninggalkan Gereja
menyerahkan diri mereka sendiri kepada Setan) - hal 245.
c) Hukumannya
lebih berat dari orang yang murtad dalam jaman Perjanjian Lama.
Ay 28-29: “Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas
kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya
hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang
menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh
kasih karunia?”.
1. Apa
yang dikatakan oleh ay 28 itu juga tidak menunjuk kepada seadanya dosa (karena
dalam hukum Musa tidak semua dosa dihukum mati), tetapi menunjuk kepada dosa
kemurtadan dalam Ul 17:2-7 - “‘Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu
oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang
melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi
perjanjianNya, dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud
menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara
langit, hal yang telah Kularang itu; dan apabila hal itu diberitahukan atau
terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata
benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel,
maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan
perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan
itu harus kaulempari dengan batu sampai mati. Atas keterangan dua atau tiga
orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan
satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. Saksi-saksi itulah yang
pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh
rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.’”.
Jadi ay 28 ini mendukung tafsiran Calvin tentang ay
26 tadi, bahwa itu bukan sembarang dosa, tetapi dosa meninggalkan Kristus /
Gereja (murtad).
2. Ay
29 menunjukkan bahwa hukuman orang yang murtad dalam jaman Perjanjian Baru
lebih berat dari hukuman orang yang murtad pada jaman Perjanjian Lama. Untuk
itu perhatikan kata-kata ‘betapa lebih beratnya’ pada awal ay 29.
Barclay: “The conviction of the writer to the
Hebrew was that, if under the old law, apostasy was a terrible thing, it had become
doubly terrible now that Christ had come” (= Keyakinan dari penulis surat Ibrani adalah bahwa jika pada jaman
Perjanjian Lama, kemurtadan merupakan sesuatu yang mengerikan, itu menjadi
mengerikan secara dobel karena sekarang Kristus telah datang) - hal 124.
Dan ay 29 ini juga menggambarkan kemurtadan jaman
Perjanjian Baru itu sebagai:
·
menginjak-injak
Anak Allah.
·
menganggap
najis darah perjanjian yang menguduskannya.
·
menghina
Roh kasih karunia.
Pulpit Commentary: “The blood of Jesus must be either on the
heart or under the heel” (=
Darah Yesus harus berada, atau di hati, atau di bawah tumit) - hal 274.
d) Ay
30-31 menambah kengerian hukuman Allah terhadap orang murtad.
Ay 30-31: “Sebab kita mengenal Dia yang berkata: ‘Pembalasan
adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan.’ Dan lagi: ‘Tuhan akan
menghakimi umatNya.’ (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang
hidup”.
1. Bagian
ini dikutip dari Ul 32:35-36 - “HakKulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari
bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan
bagi mereka. Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umatNya, dan akan merasa
sayang kepada hamba-hambaNya; apabila dilihatNya, bahwa kekuatan mereka sudah
lenyap, dan baik hamba maupun orang merdeka sudah tiada”.
Calvin mengatakan bahwa dalam Ul
32:35-36 itu Musa menyatakan Allah sebagai pembalas untuk menghibur orang yang
percaya. Penulis surat Ibrani mengutipnya untuk tujuan yang berbeda, karena
tujuannya bukan untuk menghibur, tetapi memberikan ancaman. Ia tidak bisa
disalahkan, karena bagaimanapun, dari Ul 32:35-36 itu terlihat bahwa pembalasan
memang merupakan hak dari Allah.
2. Ada
suatu pertanyaan yang menarik: apakah ay 31 bertentangan dengan 2Sam 24:14?
2Sam 24:14 - “Lalu berkatalah Daud kepada Gad: ‘Sangat susah hatiku, biarlah kiranya
kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayangNya; tetapi janganlah
aku jatuh ke dalam tangan manusia.’”.
Sebetulnya tidak ada pertentangan
antara kedua text tersebut, karena ada perbedaan
menyolok antara Daud dan orang-orang yang digambarkan dalam Ibr 10:26-dstnya
ini.
·
Daud jatuh ke tangan Allah
dengan sukarela; mereka dengan terpaksa.
·
Daud jatuh ke tangan Allah
dengan pertobatan yang rendah hati; mereka dengan sikap tidak bertobat yang
tegar tengkuk.
·
Daud jatuh ke tangan Allah
yang menghajar untuk kebaikannya; mereka jatuh ke tangan Allah yang menghukum /
membalas dendam (ay 29-30).
·
Daud jatuh ke tangan Allah
sambil percaya akan belas kasihanNya; mereka dengan menolak belas kasihanNya,
sehingga mereka jatuh ke tangan Allah ‘tanpa belas kasihan’ (ay 28)
disertai dengan ketakutan yang luar biasa (ay 27,31).
Jadi, Daud lebih suka jatuh ke
tangan Allah dari pada ke tangan manusia, karena ia percaya akan belas kasihan,
kemurahan hati, dan pengampunan dari Allah. Sebaliknya dalam ay 31 ini
orang-orang itu, karena meninggalkan Kristus, tidak mungkin bisa mendapatkan
belas kasihan ataupun pengampunan. Karena itu bagi mereka merupakan sesuatu
yang mengerikan untuk jatuh ke tangan Allah! Mereka hanya bisa berhadapan
dengan kesucian Allah yang pasti murka kepada mereka atas segala dosa mereka,
dan dengan keadilan Allah yang pasti menghukum mereka karena dosa-dosa mereka.
Dari perbandingan kedua text tersebut di atas bisa disimpulkan
bahwa jatuh ke dalam tangan Allah itu lebih baik kalau ada penebusan, tetapi
mengerikan kalau tanpa penebusan!
Kristus
sudah mati pada hari Jum’at Agung hampir 2000 tahun yang lalu. Ada beberapa pilihan
bagi saudara:
1) Menolak
total / menolak mentah-mentah dalam arti sama sekali tidak pernah menjadi orang
kristen.
2) Menerima
Dia, dan terus berpegang kepadaNya / setia kepadaNya.
3) Kelihatannya
menerima Dia, tetapi lalu mundur-mundur, membiarkan hal itu, dan lalu murtad.
Yang
mana yang menjadi pilihan saudara?
email us at : gkri_exodus@lycos.com