Khotbah
Hari Raya Kristen
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Imam-imam
senantiasa / selalu masuk ke dalam kemah yang pertama / Ruang Suci.
Ay 6:
“Demikianlah caranya tempat yang kudus itu
diatur. Maka imam-imam senantiasa masuk ke dalam kemah yang paling depan itu
untuk melakukan ibadah mereka,”.
KJV/Lit: ‘the
first tabernacle’ (= kemah yang pertama).
·
membakar kemenyan pada
saat korban pagi dan petang.
·
membereskan lampu.
·
menyingkirkan roti yang lama
dan menggantikannya dengan yang baru.
·
memercikkan darah dari
korban penghapus dosa di hadapan tabir (Im 4:6).
Im 4:6 - “Imam harus
mencelupkan jarinya ke dalam darah itu, dan memercikkan sedikit dari darah itu,
tujuh kali di hadapan TUHAN, di depan tabir penyekat tempat kudus”.
Untuk
melakukan hal-hal ini, para imam harus selalu mempunyai akses ke dalam Ruang
Suci.
Adam Clarke: “‘The
priests went always into the first tabernacle.’ That is, into the first
part of the tabernacle, or holy place, into which he went everyday twice,
accomplishing the services, tas latreias
epitelountes, which included his burning the incense at the morning and
evening sacrifice, dressing the lamps, removing the old show-bread and laying
on the new, and sprinkling the blood of the sin-offerings before the veil, Lev.
4:6; and for these works he must have constant access to the place” (= ).
Barnes’ Notes: “‘The
priests went always into the first tabernacle.’ The outer tabernacle
called the holy place. They were not permitted to enter the Holy of Holies,
that being entered only once in a year by the High Priest. The holy place was
entered every day to make the morning and evening oblation” (= ).
2) Imam besar
masuk ke dalam kemah yang kedua (Ruang Maha Suci) hanya setahun sekali, pada
hari raya penebusan dosa (The Day of Atonement).
Ay 7: “tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang
masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena
dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya
dengan tidak sadar”.
Pada hari raya penebusan dosa itu, imam
besar masuk beberapa kali ke dalam Ruang Maha Suci itu, yaitu:
a) Untuk membakar kemenyan.
Im 16:12 - “Dan ia harus mengambil
perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta
serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu
membawanya masuk ke belakang tabir”.
b) Memercikkan darah korban kepada
tutup pendamaian.
Im 16:14 - “Lalu ia harus mengambil sedikit
dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup
pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus
memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali”.
c) Membunuh korban untuk korban penghapus
dosa, dan membawa darahnya melewati tabir ke dalam Ruang Maha Suci, dan juga
memercikkannya kepada tutup pendamaian.
Im 16:15 - “Lalu ia harus menyembelih
domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan
membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan
darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus
memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian
itu”.
d) Setelah itu, ia
masuk lagi ke Ruang Maha Suci untuk membawa keluar pedupaan / mezbah pembakaran
ukupan dari emas.
Pulpit Commentary: “In
dealing with the abolition of the types of the old economy since their
fulfilment in the high priesthood of Christ (ch. 9-10:18), the writer comes
here to dwell on the Jewish Day of Atonement. That day is the key to these and
following verses, and the most forcible illustration of our Lord’s high
priestly work. This day was the basis of the Jewish system; by its services,
Adam Clarke: “‘But
into the second.’ That is, the holy of holies, or second part of the
tabernacle, the high priest alone, once every year, that is, on one day in the
year only, which was the day on which the general atonement was made. The high
priest could enter into this place only on one day in the year; but on that day
he might enter several times. See Lev. 16” (= ).
Adam Clarke: “‘Not
without blood.’ The day prescribed by the law for this great solemnity
was the tenth of the month Tisri, in which the high priest brought in the
incense or perfumes, which he placed on the golden censer; he brought also the
blood of the bullock, and sprinkled some portion of it seven times before the
ark, and the veil which separated the holy place from the holy of holies. See
Lev. 16:14. He then came out, and, taking some of the blood of the goat which
had been sacrificed, he sprinkled it between the veil and the ark of the
covenant, ver. 15” (= ).
Barnes’ Notes: “‘But
into the second.’ The second apartment or room, called
the most holy place; Heb. 9:3. ‘Went the high
priest alone once every year.’ On the great day
of atonement; Exo. 30:10. On that day he probably entered the Holy of
Holies three or four times, first to burn incense, Lev. 16:12; then to sprinkle
the blood of the bullock on the mercy-seat, Lev. 16:14; then he was to kill the
goat of the sin-offering, and bring that blood within the Veil and sprinkle it
also on the mercy-seat, and then, perhaps, he entered again to bring out the
golden censer. The Jewish tradition is, that he entered
the Holy of Holies four times on that day. After all, however, the number of
times is not certain, nor is it material, the only important point being that
he entered it only on one day of the year, while the holy place was entered
every day” (= ).
3) Semua ini mempunyai arti simbolis,
yaitu bahwa jalan ke surga / kepada Allah belum terbuka.
Ay 8: “Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih
ada”.
Matthew Henry: “There
was not that free access to God then that there is now; God has now opened a
wider door; and there is room for more, yea, even for as many as are truly
willing to return unto him by Christ” (= Pada saat itu tidak ada jalan masuk yang bebas kepada
Allah seperti yang ada sekarang; sekarang Allah telah membuka suatu pintu yang
lebih luas / besar untuk lebih banyak orang, ya, bahkan untuk sebanyak yang mau
untuk kembali kepadaNya melalui Kristus).
Adam Clarke: “‘The
way into the holiest.’ That full access to God was not the common
privilege of the people, while the Mosaic economy subsisted. That the apostle
means that it is only by Christ that any man and every man can approach God, is
evident from Heb. 10:19-22; and it is about this, and not about the tabernacle
of this world, that he is here discoursing” (= ).
Barnes’ Notes: “The
idea is, that until it was superseded by a more
perfect system, it was a ‘proof’ that the way to heaven was not yet
fully and freely optioned, and that the Holy Spirit ‘designed’ that
it should be such a proof. The apostle does not specify in what the proof
consisted, but it may have been in something like the following. (1) it was a mere ‘symbol,’ and not the
‘reality’ - showing that the true way was not yet fully understood.
(2) it was entered but once a year - showing that
there was not access at all times. (3) it was entered
only by the High Priest - showing that there was not free end full access to
all the people. (4) it was accessible only by Jews -
showing that the way in which all men might be saved was not then fully
revealed. The
sense is, that it was a system of types and shadows, in which there were many
burdensome rites and many things to prevent people from coming before the
symbol of the divinity, and was, therefore, an ‘imperfect system.’
All these obstructions are now removed; the Saviour - the great High Priest of
his people - has entered heaven and ‘opened it to all true
believers,’ and all of every nation may now have free access to God; see
Heb. 9:12; compare Heb. 10:19-22” (= ).
4) Semua persembahan / korban pada
saat itu tidak bisa menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya.
Ay 9: “Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu
dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka
yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka,”.
Matthew Henry dan
Adam Clarke mengatakan bahwa dalam jaman Perjanjian Lama, sekalipun seseorang
melakukan semua upacara ini, itu tetap tak bisa membersihkan hati nuraninya.
Bdk. Ibr 10:3-4 - “(3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap
tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (4) Sebab tidak
mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa”.
Matthew Henry: “That
the first tabernacle was only a figure for the time then present, v. 9. It was
a dark dispensation, and but of short continuance, only designed for awhile to
typify the great things of Christ and the gospel, that were in due time to
shine forth in their own brightness, and thereby cause all the shadows to flee
away and disappear, as the stars before the rising sun” (= ).
Matthew Henry: “That
none of the gifts and sacrifices there offered could make the offerers perfect
as pertaining to conscience (v. 9); that is, they could not take away the
desert, or defilement, or dominion, of sin; they could not deliver conscience
from a dread of the wrath of God; they could neither discharge the debts, nor
resolve the doubts, of him who did the service. A man might run through them
all in their several orders and frequent returns, and continue to do so all his
days, and yet not find his conscience either pacified or purified by them;
he might thereby be saved from corporal and temporal punishments that were
threatened against the non-observers, but he could not be saved by them from
sin or hell, as all those are who believe in Christ” (= ).
Adam Clarke: “The
whole was a figure, or dark representation, of a spiritual and more glorious
system: and although a sinner, who made these offerings and sacrifices
according to the law, might be considered as having done his duty, and thus he
would be exempted from many ecclesiastical and legal disabilities and
punishments; yet his conscience would ever tell him that the guilt of sin
was still remaining, and that it was impossible for the blood of bulls and
goats to take it away. Thus, even he that did the service best continued to
be imperfect - had a guilty conscience, and an unholy heart” (= ).
Barnes’ Notes: “The
idea is, that the arrangements and services of the tabernacle
were a representation of important realities, and of things which were more
fully to be revealed at a future period. There can be no doubt that Paul meant
to say that this service in general was symbolical or typical, though this will
not authorize us to attempt to spiritualize every minute arrangement of it.
Some of the things in which it was typical are specified by the apostle
himself, and wisdom and safety in explaining the arrangements of the tabernacle
and its services consist in adhering very closely to the explanations furnished
by the inspired writers. An interpreter is on an open sea, to be driven he
knows not whither, when he takes leave of these safe pilots. (NOTE: See the
supplementary note at Heb. 9:2.)” (= ).
5) Semua upacara dan peraturan ini
hanyalah hal-hal lahiriah, yang hanya berlaku sampai tiba masa pembaharuan.
Ay 10: “karena semuanya itu, di samping makanan minuman
dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani,
yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.
Semua ini memang
tidak pernah direncanakan untuk berlangsung selama-lamanya, karena ada hal-hal
yang lebih baik yang disediakan untuk menggantikan semua ini.
Matthew Henry: “The
Holy Ghost hereby signifies that the Old-Testament institutions were by
external carnal ordinances imposed upon them until the time of reformation, v.
10. Their imperfection lay in ... These were never designed for a perpetuity,
but only to continue till the time of reformation, till the better things provided
for them were actually bestowed upon them. Gospel times are and should be times
of reformation” (= ).
Barnes’ Notes: “‘And
carnal ordinances.’ Margin, ‘Or, rites, or
ceremonies.’ Greek ‘Ordinances of the flesh;’ that is, which
pertained to the flesh or to external ceremonies. The object was rather to
keep them ‘externally’ pure than to cleanse the conscience and make
them holy in heart” (= ).
Ay 11-12: “(11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam
Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang
lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -
artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, - (12) dan Ia telah masuk satu kali
untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah
domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal”.
1) ‘Tetapi Kristus’.
Jamieson, Fausset & Brown
mengatakan bahwa di sini disebut sebagai ‘Kristus’, bukan
‘Yesus’, untuk menyesuaikan dengan kata-kata ‘Imam yang
diurapi itu’ dalam Im 4:5 - “Imam
yang diurapi itu harus mengambil sebagian dari darah lembu itu, lalu membawanya
ke dalam Kemah Pertemuan”.
2) ‘Tetapi
Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan
datang’.
Barnes’ Notes: “‘But
Christ being come.’ Now that the Messiah has come, a more perfect
system is introduced by which the conscience may be made free from guilt” (= ).
Matthew Henry: “The
Holy Ghost signifies to us hereby that we never make the right use of types but
when we apply them to the antitype; and, whenever we do so, it will be very
evident that the antitype (as in reason it should) greatly excels the type,
which is the main drift and design of all that is said. And, as he writes to
those who believed that Christ had come and that Jesus was the Christ, so he
very justly infers that he is infinitely above all legal high priests (v.
11-12), and he illustrates it very fully” (= ).
Matthew Henry: “Observe,
All things past, present, and to come, were, and are, founded upon, and flowing
from, the priestly office of Christ” (= ).
Barnes’ Notes: “The
apostle having described the tabernacle, and shown wherein it was defective in
regard to the real wants of sinners, proceeds now to describe the Christian
system, and to show how that met the real condition of man, and especially how
it was adapted to remove sin from the soul” (= ).
3) ‘Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih
sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk
ciptaan ini’.
Banyak penafsir
menafsirkan bahwa ‘kemah yang lebih
besar dan yang lebih sempurna’ ini menunjuk kepada human nature / hakekat manusia dari
Kristus.
·
Yoh
2:21 - Yesus mengatakan bahwa bait Allah adalah tubuhNya sendiri.
·
Yoh
1:14 - ‘tabernacled among us’ (= tinggal / berkemah di
antara kita).
·
Ibr 10:19-20
- “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh
darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup
bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri (Lit:
‘dagingNya’)”.
Matthew Henry: “Christ
is a high priest by a greater and more perfect tabernacle (v. 11), a tabernacle
not made with hands, that is to say, not of this building, but his own body,
or rather human nature, conceived by the Holy Ghost overshadowing the blessed
virgin. This was a new fabric, a new order of building, infinitely superior
to all earthly structures, not excepting the tabernacle of the temple
itself” (= ).
Adam Clarke: “‘A
greater and more perfect tabernacle.’ This appears to mean our
Lord’s human nature. That, in which dwelt all the fullness of the Godhead
bodily, was fitly typified by the tabernacle and temple, in both of which the
majesty of God dwelt. ‘Not made with hands.’ Though our
Lord’s body was a perfect human body, yet it did not come in the way of
natural generation; his miraculous conception will sufficiently justify the
expressions used here by the apostle” (= ).
Tetapi saya berpendapat bahwa ini
salah, dan sama sekali tidak cocok dengan kontextnya. Kata-kata itu harus diartikan menunjuk kepada ‘surga’.
Alasan saya:
¨
Kontext
menuntut arti itu.
Seluruh kontext
membandingkan pelayanan imam besar pada jaman Perjanjian Lama, dengan pelayanan
Kristus. Imam besar pada jaman Perjanjian Lama masuk ke Ruang Maha Suci,
yang merupakan simbol kehadiran Allah, dengan membawa darah binatang. Sedangkan Kristus masuk ke surga, yang juga merupakan tempat
kehadiran Allah, dengan membawa darahNya sendiri.
¨
Arti
ini sesuai dengan Ibr 9:24 - “Sebab
Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan
tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi
ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan
kita”.
¨
Kata-kata
‘bukan buatan tangan manusia’, baik dalam Ibr 9:24 di atas, maupun
dalam 2Kor 5:1, menunjuk kepada surga.
2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman
kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di
sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat
oleh tangan manusia”.
Juga kata-kata ‘bukan buatan tangan manusia, - artinya yang tidak
termasuk ciptaan ini’ tidak cocok untuk menunjuk kepada human
nature / hakekat manusia dari Kristus, yang jelas adalah suatu ciptaan! Kristus sebagai Allah / hakekat ilahi dari Kristus memang bukan
ciptaan, tetapi Kristus sebagai manusia / hakekat manusia dari Kristus adalah
suatu ciptaan.
¨
Sekarang
perhatikan ay 11-12 - “(11) Tetapi
Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan
datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang
bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -
(12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang
kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi
dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan
yang kekal”.
Ay 12nya menunjukkan bahwa Yesus
masuk ‘tempat kudus’ dengan membawa darahNya sendiri. Ini
membuktikan bahwa tidak mungkin human nature / hakekat manusia dari
Kristus yang dimaksud, karena Yesus mengambil human nature / hakekat
manusia pada saat inkarnasi, yang jelas terjadi sebelum Ia mati di
salib. Sedangkan penggambaran di sini, dimana Ia masuk
ke
Barnes’ Notes: “‘By
a greater and more perfect tabernacle.’ The meaning is, that Christ
officiated as high priest in a much more magnificent
and perfect temple than either the tabernacle or the temple under the old
dispensation. He performed the great functions of his priestly office - the
sprinkling of the blood of the atonement - in heaven itself, of which the
most holy place in the tabernacle was but the emblem. The Jewish high
priest entered the sanctuary made with hands to minister before God; Christ
entered into heaven itself. The word ‘by’ here - dia - means probably
‘through,’ and the idea is, that Christ passed through a more
perfect tabernacle on his way to the mercy-seat in heaven than the Jewish high
priest did when he passed through the outer tabernacle (Heb. 9:2) and through
the veil into the most holy place. Probably the idea in the mind of the writer
was that of the Saviour passing through the ‘visible heavens’ above
us, to which the veil, dividing the holy from the most holy place in the
temple, bore some resemblance. Many, however, have understood the word
‘tabernacle’ here as denoting the ‘body of Christ’
(see Grotius and Bloomfield in loc.); and according to this the idea is, that
Christ, by means of his own body and blood offered as a sacrifice, entered into
the most holy place in heaven. But it seems to me that the whole scope of
the passage requires us to understand it of the more perfect temple in heaven
where Christ performs his ministry, and of which the tabernacle of the Hebrews
was but the emblem” (=
).
4) “dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam
tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu,
tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia
telah mendapat kelepasan yang kekal” (ay 12).
a) Apa yang Kristus lakukan.
1. “dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam
tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu,
tetapi dengan membawa darahNya sendiri”.
Barnes’ Notes: “‘But
by his own blood.’ That is, by his own blood
shed for the remission of sins. The meaning is, that
it was in virtue of his own blood, or ‘by means’ of that, that he
sought the pardon of his people. That blood was not shed for himself
- for he had no sin - and consequently there was a material difference between
his offering and that of the Jewish high priest. The difference related to such
points as these. (1) the offering which Christ made
was wholly for others; that of the Jewish priest for himself as well as for
them. (2) the blood offered by the Jewish priest was
that of animals; that offered by the Saviour was his own. (3) that offered by
the Jewish priest was only an emblem or type - for it could not take away sin;
that offered by Christ had a real efficacy, and removes transgression from the
soul” (= ).
2. Kapan Kristus melakukan semua ini.
John Owen (‘Hebrews’, Abridged, hal
163), menganggap bahwa itu terjadi pada hari Kenaikan Kristus ke surga. Calvin kelihatannya
juga berpandangan demikian (hal 202).
Kalau ini benar, maka
ini menunjukkan bahwa Kristus naik ke surga, bukan hanya karena tugasNya sudah
selesai. KenaikanNya
ke surga tetap berhubungan dengan penebusan dan pencurahan darah yang telah Ia lakukan di atas kayu salib, karena Ia naik ke surga
seperti imam besar dalam Perjanjian Lama masuk Ruang Maha Suci. Bedanya, imam
besar membawa darah binatang, sedangkan Ia membawa
darahNya sendiri.
Barnes’ Notes: “It
is not of course meant that he literally bore his own blood into heaven - as
the high priest did the blood of the bullock and the goat into the sanctuary;
or that he literally ‘sprinkled’ it on the mercy-seat there, but
that that blood, having been shed for sin, is now the ground of his pleading
and intercession for the pardon of sin - as the sprinkled blood of the Jewish
sacrifice was the ground of the pleading of the Jewish high priest for the
pardon of himself and the people” (= Ini tentu tidak berarti bahwa Ia secara hurufiah
membawa darahNya sendiri ke dalam surga - seperti imam besar membawa darah dari
sapi jantan dan kambing ke dalam Ruang Maha Suci; atau bahwa Ia secara hurufiah
memercikkannya pada tutup pendamaian / tempat duduk belas kasihan di sana,
tetapi bahwa darah itu, yang telah dicurahkan untuk dosa, sekarang merupakan
dasar dari permohonan dan pengantaraanNya untuk pengampunan dosa - seperti
darah yang dipercikkan dari korban Yahudi merupakan dasar dari permohonan imam
besar Yahudi untuk pengampunan dari dirinya sendiri dan bangsa itu).
b) Akibat / hasil dari apa yang Kristus lakukan, jauh lebih baik dari apa yang
dilakukan imam besar dan korban-korban Perjanjian Lama. Dalam hal apa?
1. “Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang
kekal”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘eternal redemption’ (= penebusan kekal).
Bdk. Ibr 9:25-28 - “(25) Dan Ia bukan masuk
untuk berulang-ulang mempersembahkan diriNya sendiri, sebagaimana Imam Besar
setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya
sendiri. (26) Sebab jika demikian Ia harus
berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diriNya, pada zaman akhir
untuk menghapuskan dosa oleh korbanNya. (27) Dan sama
seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu
dihakimi, (28) demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya
untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan
menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan
keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia”.
Kekalnya penebusan yang dilakukan
Kristus menyebabkan kita tidak membutuhkan korban lain, baik binatang maupun
apapun juga yang lain. Juga Kristus hanya perlu dikorbankan /
mengorbankan diriNya satu kali untuk selama-lamanya.
Barnes menggunakan
bagian ini untuk menunjukkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang.
Barnes’ Notes: “The
redemption which the Lord Jesus effected for his
people is eternal. It will continue forever. It is not a temporary
deliverance leaving the redeemed in danger of falling into sin and ruin, but it
makes salvation secure, and in its effects extends through eternity” (= Penebusan yang diadakan oleh Tuhan Yesus untuk
umatNya adalah kekal. Itu akan berlangsung
selama-lamanya. Itu bukanlah suatu pembebasan sementara
yang membiarkan / meninggalkan orang-orang yang ditebus dalam bahaya untuk
jatuh ke dalam dosa dan kehancuran, tetapi itu membuat keselamatan itu aman /
terjamin, dan pengaruhnya diperluas sampai kekekalan).
Matthew Henry: “Not
for one year only, which showed the imperfection of that
priesthood, that it did but typically obtain a year’s reprieve or pardon.
But our high priest entered into heaven once for all, and has obtained not a yearly
respite, but eternal redemption, and so needs not to make an annual entrance.
In each of the types there was something that showed it was a type, and
resembled the antitype, and something that showed it was but a type, and fell
short of the antitype, and therefore ought by no means to be set up in
competition with the antitype”
(= ).
Adam Clarke: “‘Eternal
redemption.’ Aioonian lutroosin.
A redemption price which should stand good forever, when once offered; and an
endless redemption from sin, in reference to the pardon of which, and
reconciliation to God, there needs no other sacrifice: it is eternal in its
merit and efficacy” (= ).
2.
Ay 13-14: “(13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah
lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis,
sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah Kristus,
yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah
sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang
hidup”.
Berbeda dengan korban-korban Perjanjian
Lama tadi, yang tidak bisa membersihkan hati nurani, maka korban Kristus ini
bisa membersihkan hati nurani, sehingga kita bisa mempunyai keyakinan bahwa
dosa-dosa kita telah diampuni, keyakinan akan masuk ke surga, dan damai dan
sukacita dalam hati kita.
Barnes’ Notes: “‘Sanctifieth
to the purifying of the flesh.’ Makes holy so far as
the flesh or body is concerned. The uncleanness here referred to
related to the body only, and of course the means of cleansing extended only to
that. It was not designed to give peace to the conscience, or to expiate moral
offences. The offering thus made removed the obstructions to the worship of God
so far as to allow him who had been defiled to approach him in a regular
manner. Thus, much the apostle allows was accomplished by the Jewish rites.
They had an efficacy in removing ceremonial uncleanness, and in rendering it
proper that he who had been polluted should be permitted again to approach and
worship God. The apostle goes on to argue that if they had such an efficacy, it
was fair to presume that the blood of Christ would have far greater efficacy,
and would reach to the conscience itself, and make that pure” (= ).
Barnes’ Notes: “‘How
much more shall the blood of Christ.’ As being infinitely more precious
than the blood of an animal could possibly be. If the blood of an animal had
any efficacy at all, even in removing ceremonial pollutions, how much more is
it reasonable to suppose may be effected by the blood of the Son of God!” (=
).
Setelah KenaikanNya ke surga, Kristus
menjadi Imam Besar kita di surga. Dengan darahNya sebagai dasar Ia
selalu memintakan ampun untuk semua dosa-dosa kita yang percaya kepadaNya. Sudahkah saudara percaya kepada Dia? Maukah
saudara percaya kepada Dia?
-AMIN-