oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
EFESUS 6:10-20
I) Perang rohani melawan setan (ay
10-12):
1) Hidup
kristen adalah peperangan rohani melawan setan.
Ada orang-orang yang beranggapan bahwa dengan
menjadi orang kristen, semua problem bisa dibereskan. Tetapi ini salah sama
sekali, karena justru dengan menjadi orang kristen, kita memulai perang melawan
setan, sehingga justru bisa bermunculan kesukaran yang tak pernah kita
bayangkan.
D. Martin Lloyd-Jones: “Nothing is more fatal than to start in the Christian
life with the notion that now we are christian we have finished with all our
difficulties and problems. ... The New Testament rather gives the impression
that because we are christians we must expect attacks upon us in a way that we
have never known or realized before” (= Tidak ada yang lebih fatal dari pada memulai
kehidupan kristen dengan suatu dugaan / pikiran bahwa karena sekarang kita
sudah menjadi orang kristen, maka kita sudah selesai dengan semua kesukaran
dan problem. ... Perjanjian Baru sebaliknya memberikan kesan bahwa justru
karena kita adalah orang kristen maka kita harus mengharapkan serangan terhadap
kita dalam suatu cara yang tidak pernah kita kenal / sadari sebelumnya).
2) Di
sini ditekankan bahwa perang ini bukanlah perang melawan manusia, tetapi
melawan setan (ay 12).
Mengapa perlu ditekankan seperti itu?
Karena dalam perang ini setan sering berusaha supaya kita berperang bukan
melawan dia, tetapi melawan sesama manusia! Kita harus sadar bahwa musuh kita
bukanlah manusia, bagaimanapun jahatnya manusia tersebut! Kita harus
berhati-hati terhadap usaha setan untuk mengadu domba kita. Kita harus
berhati-hati terhadap perpecahan!
II) Peranan doa dalam perang melawan
setan (ay 18-20):
1) Doa
tidak termasuk dalam perlengkapan senjata Allah yang dibicarakan oleh Paulus
dalam ay 13-17.
Alasannya: doa tidak dilambangkan oleh
perlengkapan tentara apapun, seperti halnya hal-hal yang lain dalam
ay 14-17.
Jadi, setelah Paulus membicarakan 6
perlengkapan senjata Allah dalam ay 14-17, sekarang ia membicarakan tentang
doa, yang harus dilakukan terus menerus sambil menggunakan / memakai
perlengkapan senjata Allah tsb.
D. Martin Lloyd-Jones: “This means, then, that the armour which is provided
for us by God cannot be used except in fellowship and communion with God” (= Jadi, ini berarti bahwa perlengkapan
senjata yang disediakan oleh Allah bagi kita, tidak bisa digunakan kecuali
dalam persekutuan dan hubungan erat dengan Allah).
D. Martin Lloyd-Jones lalu menyoroti
salah satu senjata, yaitu Firman Allah, dalam hubungannya dengan doa. Ia
berkata:
“I have known christians who have been
well acquainted with the theology of the Bible, and known it in an
extraordinary manner, but who did not believe in prayer-meetings, who did not
seem to see the utter and absolute necessity of ‘praying always’ in the way
that is indicated here by the apostle. It is possible, alas, for the devil to
cause us to concentrate our attention so closely on one aspect of truth that we
entirely forget other aspects” (= Saya kenal orang-orang kristen yang mengerti
theologi Alkitab dengan baik, dan mengenalnya secara luar biasa, tetapi yang
tidak percaya dalam persekutuan doa, yang kelihatannya tidak melihat
kepentingan mutlak dari ‘berdoa senantiasa’ dalam suatu cara yang dinyatakan di
sini oleh rasul tersebut. Adalah mungkin bagi setan untuk menyebabkan kita
memusatkan perhatian kita hanya pada satu aspek kebenaran sehingga kita
melupakan aspek-aspek yang lain secara total).
Ia melanjutkan lagi:
“If all my knowledge does not lead me to
prayer there is something wrong somewhere. It is meant to do that. The value of
the knowledge is that it gives me such an understanding of the value of prayer
that I devote time to prayer, and delight in prayer. If it does not produce
these results in my life, there is something wrong and spurious about it, or
else I am handling it in a wrong manner” (= Kalau semua pengetahuan saya tidak memimpin /
membawa / mengarahkan saya pada doa, maka ada yang salah entah dimana.
Pengetahuan dimaksudkan untuk membawa kita pada doa. Nilai dari pengetahuan
adalah bahwa pengetahuan itu memberikan pengertian tentang nilai dari doa
sehingga saya menyediakan / mencurahkan waktu saya untuk berdoa, dan senang
berdoa. Kalau pengetahuan itu tidak menghasilkan hal-hal ini dalam hidup saya,
ada sesuatu yang salah dan palsu tentang pengetahuan itu, atau, saya
memperlakukan pengetahuan itu dengan cara yang salah).
2) Kita
harus berdoa senantiasa
·
Ay 18:
perhatikan kata-kata ‘setiap waktu’ dan ‘tak putus-putusnya’, yang jelas
menunjukkan bahwa kita harus berdoa senantiasa.
·
Ay 18
sebetulnya mengulangi ay 10 dengan kata-kata yang berbeda
Ay 10: ‘hendaklah kamu kuat’.
Bahasa Yunaninya: ENDUNAMOUSTHE.
Ada 2 hal tentang kata Yunani ini:
a) Ini
adalah kata perintah bentuk pasif, sehingga terjemahan hurufiahnya adalah ‘be
ye empowered’ (= hendaklah kamu dikuatkan).
Jadi, sekalipun kita diperintahkan untuk
kuat, kita tidak bisa menguatkan diri kita sendiri. Kita hanya bisa dikuatkan,
yaitu kalau kita bergantung / bersandar kepada Tuhan, yaitu dengan banyak
berdoa
b) Ini
adalah present imperative (= kata perintah dalam bentuk present), yang
menunjukkan bahwa ini adalah suatu perintah yang harus dilakukan terus menerus!
Karena itu, jelaslah bahwa kita harus
berdoa senantiasa!
3) Kita
harus berdoa dalam Roh (ay 18)
a) Doa
dalam Roh bukanlah doa dengan menggunakan bahasa Roh!
Bandingkan dengan Ro 8:26 dan Yudas
1:20 yang juga bukanlah doa bahasa Roh.
Alasannya: Kitab Suci selalu menggunakan
kata Yunani GLOSSA untuk bahasa Roh, dan dalam ke 3 ayat tsb di atas, kata
GLOSSA itu tidak ada!
b) Apapun
arti dari doa dalam Roh, jelas ini tidak menunjukkan pada doa yang dingin, yang
tidak dijiwai, ataupun doa yang bersifat formalitas, apalagi yang merupakan
hafalan belaka!
c) Arti
doa dalam Roh adalah doa yang dipimpin oleh Roh Kudus.
Roh Kuduslah yang menciptakan doa itu
dalam diri kita, dan Ia juga yang menguatkan dan memimpin kita untuk
mendoakannya.
Ini tak berarti bahwa kita tak boleh
berpikir tentang apa yang sebaiknya kita doakan. Jangan lupa bahwa Ia bisa
memimpin pikiran kita.
Bagaimana supaya bisa berdoa dipimpin
oleh Roh Kudus?
·
dekatlah
dengan Tuhan
·
mintalah
supaya Ia memimpin hati, pikiran dan mulut / lidah / bibir sdr dalam doa.
4) Untuk
siapa kita harus berdoa?
a) Untuk
diri kita sendiri.
b) Untuk
orang kristen yang lain (ay 18).
Peperangan melawan setan bukanlah perang
yang bersifat individuil, tetapi perang dari seluruh Gereja melawan setan.
Karena itu, kita tak boleh tak peduli terhadap orang kristen yang lain, apalagi
kalau mereka ‘terluka’ dalam perang tersebut. Kita harus saling mendoakan!
Illustrasi: dalam film perang, pahlawan tidak meninggalkan teman
yang terluka, tetapi selalu berusaha menolongnya; sebaliknya penjahat
membiarkan teman yang terluka, bahkan sering membunuhnya. Saudara seperti yang
mana?
c) Untuk
hamba Tuhan (ay 18 akhir).
·
sadarilah
bahwa setan lebih senang kalau ada 1 hamba Tuhan jatuh, dari pada 100 jemaat
jatuh! Karena itu setan pasti lebih senang menyerang hamba Tuhan!
·
Paulus minta
didoakan apa? (ay 19-20).
*
supaya
pemberitaannya benar.
*
supaya berani
memberitakan yang benar.
5) Kalau
saudara mau berdoa, setan tahu bahwa itu akan menyebabkan saudara menang.
Karena itu dia pasti akan menyerang untuk membatalkan doa saudara. Maukah
saudara berjuang untuk tetap berdoa di tengah-tengah serangan setan yang
bagaimanapun hebatnya?
email us
at : gkri_exodus@lycos.com