Pembahasan mengenai Roma Katolik
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
ROMA KATOLIK VI
PATUNG, SIMBOL SALIB dan
RELICS
I) Patung:
A) Sejarah singkat:
"The images of Christ and the Virgin mother of God, and of the
other saints, are to be had and to be kept, especially in churches, and
due honor and veneration are to be given them" (= patung-patung
Kristus dan bunda perawan dari Allah dan orang-orang suci yang lain harus
dimiliki dan dijaga / dipe-lihara, khususnya di gereja-gereja, dan hormat
dan pemujaan yang seharusnya / selayaknya harus diberikan kepada mereka)
- Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 279.
B) Dasar penggunaan patung:
C) Teori dan praktek penggunaan patung:
1) Teori: Bukan patung yang disembah tetapi orang / roh yang diwakili
oleh patung itu.
2) Praktek:
D) Sanggahan Kristen:
1) Kel 20:4-5 Im 26:1 1Yoh 5:21 2Kor 6:16 dengan
jelas mengecam penyembahan berhala.
2) Orang-orang Katolik menghapuskan hukum ke II (tentang larangan membuat
dan menyembah patung) dari 10 hukum Tuhan versi mereka. Kalau merasa bahwa
penggunaan patung itu bukan untuk penyembahan berhala, mengapa mereka menghapuskan
hukum ke II itu?
3) Sekalipun secara teoritis orang-orang Katolik menyembah orang / roh
yang diwakili oleh patung, ini tetap salah karena:
a) Kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10). Malaikat dan rasul-rasul
menolak penyembahan (Wah 19:10 Wah 22:8-9 Kis 10:25-26 Kis 14:10-18),
dan Herodes dibunuh oleh Allah karena mene-rima penghormatan ilahi (Kis
12:20-23).
Memang doktrin Katolik membedakan 3 macam penyembahan:
Tetapi, dalam kenyataannya jarang orang Katolik yang mengerti hal ini
dan apa yang mereka lakukan terhadap Allah, Maria, orang-orang suci dan
malaikat persis sama, sehingga tidak ada alasan untuk membedakan penyembahan
menjadi 3 macam seperti itu.
b) Penyembahan kepada Allah atau Yesus melalui patung tetap dilarang oleh Kitab Suci. Contoh:
Hukum I (Kel 20:3) menekankan bahwa obyek / tujuan penyem-bahan haruslah benar yaitu Allah sendiri, sedangkan hukum ke II (Kel 20:4-5) menekankan bahwa caranya harus benar (tidak boleh melalui patung). Karena itu kalau orang menyembah Allah (tujuannya benar), tetapi melalui patung (caranya salah), itu tetap dosa!
Israel menyembah anak lembu emas, tetapi perhatikan Kel 32:5 dimana
Harun berkata: 'Besok hari raya bagi TUHAN'. Jadi mereka menyembah
Tuhan, dengan perantaraan anak lembu emas itu. Tetapi ini tetap dianggap
oleh Tuhan sebagai dosa.
4) Patung kerub (Kel 25:10-21) dan ular tembaga (Bil 21:4-9)
tidak dibe-rikan / dibuat untuk disembah! Memang patung ular tembaga akhirnya
disembah sehingga akhirnya dihancurkan oleh raja Hizkia (2Raja-raja 18:4).
5) Loraine Boettner menuliskan:
"But how very foolish is the practice of idolatery
For life man prays to that which is dead
For health he prays to that which has no health or strength
For a good journey he prays to that which can not move a foot
For skill and good succes he prays to that which can not do anything
For wisdom and guidance and blessing he commits himself to a senseless
piece of wood or stone"
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
"Tetapi betapa bodohnya praktek penyembahan berhala
Untuk hidup manusia berdoa kepada sesuatu yang mati
Untuk kesehatan ia berdoa kepada sesuatu yang tidak mempunyai kesehatan atau kekuatan
Untuk perjalanan yang baik ia berdoa kepada sesuatu yang tidak bisa menggerakkan kaki
Untuk keahlian dan keberhasilan yang baik ia berdoa kepada sesuatu yang tidak dapat melakukan apapun
Untuk hikmat dan pimpinan dan berkat ia menyerahkan dirinya sendiri
kepada sepotong kayu atau batu yang tidak mempunyai pikiran".
(dari buku 'Roman Catholicism', hal 282).
II) Simbol salib:
III) Relics:
Yang dimaksud dengan relics adalah potongan tulang orang-orang
suci atau benda-benda yang pernah dipakai / disentuh orang-orang suci dalam
hidupnya. Relics ini dianggap mempunyai kekuatan supranatural (bisa
melakukan mujijat) dan relics ini mempunyai tempat yang penting
dalam gereja Roma Katolik.
Contoh relics:
Rumah berukuran 28 kaki x 12 kaki ini dipercaya oleh orang Roma Katolik
sebagai rumah yang ditempati Yesus dan Maria di Nazaret, Palestina. Setelah
Kristus naik ke surga Maria terus hidup di situ sampai mati [Catatan: ini
bertentangan dengan Yoh 19:26-27 yang mengatakan bahwa Maria diterima oleh
Yohanes (= murid yang dikasihi Yesus) di rumahnya]. Ketika Nazaret diserang
oleh tentara Romawi, rumah itu dijaga secara mujijat sehingga tidak dapat
dimasuki atupun disentuh oleh tentara Romawi. Dikatakan bahwa pada tahun
1291, ketika Nazaret diserang oleh orang Saracen, rumah itu diangkat oleh
malaikat dan dibawa menyeberang laut dan dipindahkan ke Dalmatia di Makedonia,
dan diletakkan di sebuah bukit. Orang-orang Dalmatia memperlakukan rumah
itu dengan baik dan menyembahnya. Selama 3 tahun 7 bulan rumah itu ada
disana dan dikunjungi oleh banyak orang. Tiba-tiba rumah itu dipindah lagi,
terbang melewati laut ke Italia Timur, dekat kota Loretto, 2 mil dari pantai.
Beberapa bulan kemudian rumah itu dipindah lagi ke tempatnya yang sekarang,
di suatu bukit di kota Loretto, disimpan dalam gereja yang indah -
Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 290-291.
Kepalsuan Relics:
Seorang petani Skotlandia menemukan 2 buah tengkorak di ladangnya, yang satu besar dan yang lain kecil. Ia lalu membawa tengkorak yang besar ke lapangan terbang dimana ada banyak turis Amerika. Ia lalu menunjukkan tengkorak itu dan berkata: 'Ini adalah tengkorak dari Robert Bruce, raja yang hebat dari Skotlandia. Aku mau menjualnya dengan harga murah'. Turis Amerika itupun membeli tengkorak itu. Petani itu lalu pulang dan mengambil tengkorak yang kecil, lalu kembali ke lapangan terbang. Ia menjumpai orang Amerika yang membeli tengkoraknya, lalu berkata (sambil menunjuk pada tengkorak yang kecil): 'Ini adalah tengkorak dari Robert Bruce, raja yang hebat dari Skotlandia'. Orang Amerika itu menjawab: 'Tetapi tadi kamu sudah menjual tengkoraknya kepadaku'. Petani itu menjawab: 'Benar tuan, tetapi itu adalah tengkorak Robert Bruce pada waktu dewasa. Yang ini adalah tengkoraknya pada waktu ia masih remaja!'.
Tetapi St. Paulinus, seorang ahli apologetics Roma Katolik khusus bagian relics, berkata:
"a portion of the true cross kept at Jerusalem gave off fragments of itself without diminishing" (= sebagian dari salib yang asli yang disimpan di Yerusalem mengeluarkan potongan-potongan dari dirinya sendiri tanpa mengurangi dirinya sendiri) - Loraine Boettner, 'Roman Catholicism', hal 289.
Mungkin ia dilhami oleh 5 roti dan 2 ikan yang dipakai oleh Yesus untuk memberi makan 5000 orang (Yoh 6:1-15), atau oleh minyak yang keluar terus tanpa berkurang dalam 2Raja-raja 4:1-7.
Tidak perduli relics itu asli atau palsu tetapi tidak boleh dipuja
/ disembah!
-o0o-APENDIX
MARTIN LUTHER
I) Kelahiran dan masa muda Luther:
Martin Luther dilahirkan pada tanggal 10 Nopember 1483, di Eisleben, di propinsi Saxony, Prussia / Jerman (dimana ia nantinya mati pada tanggal 18 Februari 1546), dan keesokan harinya ia dibaptiskan. Ia adalah anak pertama dan ia mempunyai 3 saudara laki-laki dan 3 saudara perempuan. 6 bulan setelah kelahirannya, keluarganya pindah dan menetap di Mansfield. Keluarganya adalah orang-orang kelas bawah yang amat miskin, tetapi jujur, rajin, dan saleh. Luther tidak pernah merasa malu terhadap asal usulnya yang rendah itu.
Luther mengalami masa kecil yang keras, tanpa kenangan manis, dan ia dibesarkan dibawah disiplin yang sangat keras. Ibunya pernah menghajarnya sehingga mengeluarkan darah hanya karena ia mencuri kacang, dan ayahnya pernah mencambuknya dengan begitu hebat sehingga menyebabkan ia lalu minggat, tetapi ia mengerti akan maksud baik mereka.
Dalam hal rohani ia diajar untuk berdoa kepada Allah dan para orang suci, menghormati gereja dan pastor, dan cerita-cerita mengerikan tentang setan dan ahli-ahli sihir, yang menghantuinya sepanjang hidupnya.
Di sekolah ia juga mengalami pendisiplinan yang sangat keras. Ia ingat
bahwa pernah dicambuk 15 x dalam satu pagi. Di sekolah itu ia juga belajar
Katekisasi, yang mencakup Pengakuan Iman, doa Bapa Kami dan 10 hukum Tuhan,
dan juga beberapa lagu Latin dan Jerman.
II) Luther di Universitas:
Pada usia 18 tahun (tahun 1501) ia masuk Universitas di Erfurt dan mempelajari
scholasticism (= sistim logika, filsafat, dan theology abad 10-15).
Universitas ini adalah salah satu yang terbaik pada saat itu. Di sini,
pada waktu ia berusia 20 tahun, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia
melihat satu copy yang lengkap dari Alkitab (bahasa Latin)! Ia membacanya
dengan sukacita dan mengalami suatu kejutan karena Alkitab itu mengajarkan
banyak hal yang tidak pernah dibacakan / diajarkan dalam gereja. Tetapi
dari pembacaan itu ia bukannya mendapat gambaran tentang Allah yang penuh
kasih dan belas kasihan, tetapi sebaliknya tentang Allah yang benar yang
murka terhadap manusia berdosa.
Pada tahun 1502, ia mendapat gelar B.A. (Bachelor of Arts), dan pada
tahun 1505 ia mendapat gelar M.A. (Master of Arts).
III) Luther menjadi biarawan:
Sebetulnya, sesuai dengan keinginan ayahnya, setelah lulus ini ia mempersiapkan
diri untuk bekerja dalam bidang hukum, tetapi ada peristiwa yang menyebabkan
ia lalu pindah haluan.
Pada usia antara 21-22 tahun, ia lolos dari kematian akibat sambaran
petir, sementara teman seperjalanannya yang ada di sebelahnya, mati tersambar
(catatan: ada yang mengatakan bahwa temannya bukan mati kena petir tetapi
karena suatu duel). Tidak lama setelah itu, pada tanggal 2 Juli 1505, ia
mengalami hujan badai yang sangat hebat di dekat Erfurt setelah kembali
dari kunjungan terhadap orang tuanya. Ia menjadi begitu takut sehingga
ia menjatuhkan diri ke tanah dan berdoa dan bernazar dengan gemetar:
"Help, beloved Saint Anna! I will become a monk!"
(= Tolonglah Santa Anna yang kekasih. Aku akan menjadi seorang biarawan!)
- Philip Schaff, 'History of the Christian Church', vol VII, p 112.
Untuk menggenapi nazarnya ia lalu masuk the Augustinian convent pada
tahun 1505.
Tentang Augustinian convent itu, yang menggunakan nama Augustine / Agustinus, Schaff memberikan komentar sebagai berikut:
"... it is an error to suppose that this order represented
the anti-Pelagian or evangelical views of the North African father; on
the contrary it was intensely catholic in doctrine, and given to excessive
worship of the Virgin Mary, and obedience to the papal see which conferred
upon it many special privileges" (= adalah sesuatu yang salah
untuk mengira bahwa ordo ini mewakili pandangan-pandangan yang anti-Pelagian
atau injili dari bapa Afrika Utara ini; sebaliknya ordo ini bersifat sangat
katolik dalam doktrin / pengajaran, dan sangat memuja Perawan Maria, dan
taat pada Paus yang memberikan kepada ordo ini banyak hak istimewa)
- Philip Schaff, 'History of the Christian Church', vol VII, p 114.
Tentang masuknya Luther ke biara untuk menjadi biarawan:
Pada waktu Luther menjadi seorang biarawan ia berusaha mati-matian untuk
hidup sesuai dengan ajaran gereja Katolik pada waktu itu. Ia berusaha untuk
mendapatkan keselamatan melalui usahanya sendiri dalam membuang dosa, berbuat
baik, dsb. Tetapi ia tidak pernah merasakan damai, sukacita atau ketenangan.
Ia terus-menerus dihantui oleh perasaan berdosa yang luar biasa hebatnya,
dan pemikiran tentang Allah yang suci, adil, bahkan bengis.
"'Look here,' he said, 'if you expect Christ to forgive you,
come in with something to forgive - parricide, blasphemy, adultery - instead
of all these peccadilloes. ... Man, God is not angry with you. You are
angry with God. Don't you know that God commands you to hope?'"
(= 'Lihatlah,' katanya, 'Jika kamu berharap supaya Kristus mengampuni kamu,
datanglah dengan sesuatu untuk diampuni - pembunuhan orang tua, penghujatan,
perzinahan - dan bukannya semua dosa-dosa remeh ini. ... Bung, Allah tidak
marah kepadamu. Kamu yang marah kepada Allah. Tidak tahukah kamu bahwa
Allah memerintahkan kamu untuk berharap?') - R.C. Sproul, 'The Holiness
of God', p 114, dimana ia mengutip dari Roland Bainton, dalam bukunya
'Here I Stand'.
IV) Pertobatan Luther:
Seorang biarawan tua menghibur Luther dalam kesedihan dan keputus-asaannya, dan mengingatkan dia tentang kata-kata Paulus bahwa orang berdosa dibenarkan oleh kasih karunia melalui iman.
Juga Johann von Staupitz, yang adalah teman baik, sekaligus penasehat dan bapa rohani Luther, mengarahkan Luther dari dosa-dosanya kepada apa yang Kristus lakukan di kayu salib, dari hukum Taurat kepada salib, dan usaha berbuat baik kepada iman. Ia juga yang mendorong Luther untuk belajar Kitab Suci.
Melalui bantuan biarawan tua dan Staupitz, dan khususnya melalui penye-lidikannya
terhadap surat-surat Paulus, perlahan-lahan Luther sadar bahwa orang berdosa
bisa dibenarkan bukan karena mentaati hukum, tetapi hanya karena iman.
"He pondered day and night over the meaning of 'the righteousness
of God' (Rom. 1:17), and thought that it is the righteous punishment of
sinners; but toward the close of his convent life he came to the conclusion
that it is the righteousness which God freely gives in Christ to those
who believe in him. Righteousness is not acquired by man through his own
exertions and merits; it is complete and perfect in Christ, and all the
sinner has to do is to accept it from Him as a free gift" [= Ia
merenungkan siang dan malam tentang arti dari 'kebenaran Allah' (Ro 1:17),
dan mengira bahwa itu adalah hukuman yang adil terhadap orang-orang berdosa;
tetapi menjelang akhir dari kehidupan biaranya ia sampai pada kesimpulan
bahwa itu adalah kebenaran yang Allah berikan dengan cuma-cuma dalam Kristus
kepada mereka yang percaya kepadaNya. Kebenaran tidak didapatkan oleh manusia
melalui usaha dan kebaikan / jasanya sendiri; kebenaran itu lengkap dan
sempurna dalam Kristus, dan semua yang harus dilakukan oleh orang berdosa
adalah menerimanya dari Dia sebagai pemberian cuma-cuma] - Philip Schaff,
'History of the Christian Church', vol VII, p 122.
Pada tahun 1510, ia melakukan perjalanan agama (pilgrimage) ke
Roma. Ia berharap untuk bisa mendapatkan penghiburan untuk jiwanya dengan
melakukan perjalanan ini.
"He ascended on bended knees the twenty-eight steps of the
famous Scala Santa (said to have been transported from the Judgment Hall
of Pontius Pilate in Jerusalem), that he might secure the indulgence attached
to his ascetic performance since the days of Pope Leo IV. in 850, but at
every step the word of the Scripture sounded as a significant protest in
his ears: 'The just shall live by faith' (Rom. 1:17). Thus at the very
height of his medieval devotion he doubted its efficacy in giving peace
to the troubled conscience" [= Dengan menggunakan lututnya ia
menaiki 28 anak tangga dari Scala Santa yang terkenal (dikatakan bahwa
Scala Santa itu telah dipindahkan dari Ruang Pengadilan Pontius Pilatus
di Yerusalem), supaya ia bisa memastikan pengampunan dosa yang dicantelkan
pada pelaksanaan pertapaannya sejak jaman Paus Leo IV pada tahun 850, tetapi
pada setiap langkah kata-kata Kitab Suci terngiang di telinganya sebagai
suatu protes: 'Orang benar akan hidup oleh iman' (Ro 1:17). Jadi,
pada puncak dari kebaktian keagamaannya ia meragukan kemujarabannya dalam
memberikan damai pada hati nurani yang kacau] - Philip Schaff, 'History
of the Christian Church', vol VII, p 129.
Kebejadan Roma - (p 129-130).
Cerita tentang pertobatannya agak simpang siur, dan sukar dipastikan
kapan persisnya ia sungguh-sungguh bertobat dan diselamatkan. Pengertiannya
dan kepercayaannya akan keselamatan / pembenaran karena iman yang diajarkan
oleh Ro 1:17 itupun melalui pergumulan hebat dan cukup lama.
Tetapi, setelah ia betul-betul mengerti dan percaya, maka kegagalannya
dalam mencapai 'keselamatan / pembenaran melalui perbuatan baik', dan pengalamannya
dalam mendapatkan 'keselamatan / pembenaran karena iman', menyebabkan ia
begitu membenci doktrin 'keselamatan karena per-buatan baik'. Ia berkata:
"The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued
the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough
to deserve to live with an all-holy God" (= Ajaran sesat yang
paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia
adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup
baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D.
James Kennedy, 'Evangelism Explosion', pp 31-32.
V) Reformasi:
Gereja Roma Katolik membutuhkan uang, dan ini menyebabkan terjadinya
penjualan surat pengampunan dosa / letter of indulgence.
"Luther had experienced the remission of sin as a free gift
of grace to be apprehended by a living faith. This experience was diametrically
opposed to a system of relief by means of payments in money" (=
Luther telah mengalami pengampunan dosa sebagai suatu pemberian cuma-cuma
oleh iman yang hidup. Pengalaman ini sama sekali bertentangan dengan sistim
pembebasan dengan cara membayar dengan uang) - Philip Schaff, 'History
of the Christian Church', vol VII, p 154.
Penjualan surat pengampunan dosa itu menyebabkan pada tanggal 31 Oktober 1517 Luther menempelkan 95 thesisnya pada pintu gereja Witten-berg, Jerman.
Dalam bulan Juli 1519 Luther dan teman sejawatnya yang bernama Andreas
Carlstadt bertemu dengan John Eck, yang merupakan ahli debat top pada saat
itu. Mereka mengadakan debat di depan umum di Leipzig. Dalam perdebatan
itu John Eck menunjukkan bahwa beberapa pandangan Luther sesuai dengan
pandangan John Hus, yang saat itu dianggap sebagai ajaran sesat oleh gereja
Roma Katolik. Akhirnya Luther terpaksa mengakui dengan segan, sesuai dengan
keinginan John Eck, sebagai berikut:
"Among the condemned beliefs of John Hus and his disciples,
there are many which are truly Christian and evangelical and which the
Catholic Church cannot condemn" (= Di antara kepercayaan-kepercayaan
John Hus dan murid-muridnya yang dikecam, ada banyak yang adalah benar-benar
Kristen dan injili dan yang Gereja Katolik tidak bisa mengecam) - Dr.
Albert Freundt, 'History of Modern Christianity', p 31.
Catatan:
John Hus (1373-1415) adalah pemimpin dari The Bohemian Brethren di Bohemia,
Cekoslowakia. John Hus dipengaruhi oleh theologia dari Augustine dan Wycliffe.
Dalam suatu tulisannya yang berjudul 'On the Church' ia berkata
bahwa hanya Kristus sendiri yang adalah kepala gereja. Ia menyerang penjualan
indulgence / surat pengampunan dosa dan juga menyerang kejahatan dari gereja
dan pastor. Ini menimbulkan konflik, dan Sigismund, kaisar Romawi, mendesak
supaya John Hus hadir dalam the Council of Constance dalam tahun 1415,
dan kepada John Hus diberikan jaminan keamanan di sana sampai ia bisa kembali
dengan selamat. Tetapi ternyata begitu sampai, ia langsung ditangkap, dipenjarakan,
diadili dengan cepat, dinyatakan bersalah, dan dihukum mati dengan dibakar,
karena ia menolak untuk menarik kembali tulisannya kecuali ia diyakinkan
kesalahannya berdasarkan Kitab Suci.
Dengan pengakuan itu Luther sudah menyangkal Council!
Dr. Albert Freundt mengomentari dengan berkata:
"He intended no revolution; he aimed at purifying the Catholic
Church and preserving its truth. But the Leipzig debate tore down the last
barrier which held him to Rome" (= Ia tidak memaksudkan revolusi;
ia bertujuan memurnikan Gereja Katolik dan memelihara kebenarannya. Tetapi
perdebatan di Leipzig menghancurkan halangan terakhir yang menahannya pada
Roma) - 'History of Modern Christianity', p 31.
Dan pada bulan Februari 1520 Luther mengakui lebih jauh dari pada peng-akuannya
di Leipzig dengan berkata: "We are all Hussites without knowing
it," (= Kita semua adalah pengikut Hus tanpa kita sadari)
tulisnya, "St. Paul and St. Augustine are Hussites"
(= Santo Paulus dan Santo Agustinus adalah pengikut-pengikut Hus / mempunyai
pandangan seperti Hus) - Dr. Albert Freundt, 'History of Modern
Christianity', p 31.
Pada bulan Juni 1520, Roma mengeluarkan 'the Bull' (= surat keputusan
dari Paus), yang diberi nama 'Exsurge Domine', yang mengecam 41 usul Luther
sebagai sesat, dan memerintahkan orang yang setia (kepada Roma Katolik)
untuk membakar buku-buku Luther dimanapun bisa ditemukan. Luther diberi
waktu 2 bulan untuk menarik kembali ucapan / tulisannya atau ia akan dikucilkan.
Pada tanggal 10 Desember 1520, pada pk 9 pagi, Luther membakar bull
tersebut beserta buku-buku Katolik lain, di depan umum. Dan pada tanggal
3 Januari 1521, pengucilan terhadap Luther dilaksanakan.
Luther lalu berkata:
"I said (at the Leipzig disputation of 1519) that the Council
of Constance condemned some propositions of Hus that were truly Christian.
I retract. All his propositions were Christian, and in condemning him the
Pope has condemned the Gospel" [= Aku berkata (pada perdebatan
Leipzig pada tahun 1519) bahwa Council of Constance mengecam beberapa
pernyataan dari Hus yang adalah benar-benar Kristen. Aku menarik kembali.
Semua pernyataannya adalah Kristen, dan dalam mengecam dia Paus
sudah mengecam Injil] - Dr. Albert Freundt, 'History of Modern Christianity',
p 33.
24 hari setelah pengucilan Luther, Charles V (kaisar Romawi) membuka
Diet of Worms (Catatan: Diet = pertemuan formil, Worms adalah
nama kota) yang pertama. Ia memberi jaminan keselamatan bagi Luther. Luther
datang, sekalipun ia tentu tahu bahwa John Hus dibakar hidup-hidup sekalipun
ada jaminan keselamatan.
Luther berkata:
"I shall go to Worms, though there were as many devils there
as tiles on the roofs" (= Aku akan pergi ke Worms, sekalipun disana
ada setan-setan sebanyak gen-teng pada atap-atap) - Philip Schaff,
'History of the Christian Church', vol VII, p 298.
Dalam perjalanan ke Worms, ia menulis surat kepada Spalatin:
"'You may expect every thing from me,' he wrote Spalatin,
'except fear or recantation. I shall not flee, still less recant. May the
Lord Jesus strengthen me'" (= 'Kamu boleh mengharapkan segala
sesuatu dari aku,' tulisnya kepada Spalatin, 'kecuali rasa takut atau penarikan
kembali / pengakuan kesalahan. Aku tidak akan lari, dan lebih-lebih aku
tidak akan menarik kembali / mengaku salah. Kiranya Tuhan Yesus menguatkan
aku') - Philip Schaff, 'History of the Christian Church', vol
VII, p 294.
Dalam Diet of Worms itu, pada waktu ia diminta untuk menarik
kembali buku-bukunya / ajarannya, ia berkata:
"Unless I am refuted and convicted by testimonies of the
Scriptures or by clear arguments (since I believe neither the Pope nor
the councils alone; it being evident that they have often erred and contradicted
themselves), I am conquered by the Holy Scriptures quoted by me, and my
conscience is bound in the word of God: I can not and will not recant any
thing, since it is unsafe and dangerous to do any thing against the conscience"
[= Kecuali aku disangkal / dibuktikan salah dan diyakinkan oleh kesaksian
Kitab Suci atau oleh argumentasi-argumentasi yang jelas (karena aku tidak
percaya kepada Paus ataupun councils saja; adalah jelas bahwa mereka sering
salah dan bertentangan dengan diri mereka sendiri), aku ditaklukkan oleh
Kitab Suci yang Kudus yang aku kutip, dan hati nuraniku terikat pada firman
Allah: aku tidak bisa dan tidak mau menarik kembali apapun, karena adalah
tidak aman dan berbahaya untuk melakukan apapun yang bertentangan dengan
hati nurani] - Philip Schaff, 'History of the Christian Church',
vol VII, pp304-305.
"Here I stand. (I can not do otherwise.) God help me! Amen"
[= Disinilah aku berdiri (Aku tidak bisa berbuat yang lain.) Kiranya Allah
menolong aku! Amin] - Philip Schaff, 'History of the Christian Church',
vol VII, p 305.
Luther menceritakan Diet of Worms sebagai berikut:
"'I expected,' he wrote to the artist Cranach, 'that his
Majesty the Emperor would have collected fifty doctors of divinity to confute
the monk in argument. But all they said was: 'Are these books yours?'.
'Yes'. 'Will you recant?'. 'No'. 'Then get out!'" (= 'Aku berharap,'
tulisnya kepada artis Cranach, 'bahwa Yang Mulia Kaisar telah mengumpulkan
50 doktor theologia untuk membantah / membukti-kan kesalahan biarawan ini
dalam perdebatan. Tetapi semua yang mereka katakan adalah: 'Apakah buku-buku
ini milikmu?'. 'Ya'. 'Maukah kamu menariknya kembali?'. 'Tidak'. 'Kalau
begitu keluarlah!') - Dr. Albert Freundt, 'History of Modern Christianity',
p 34.
Setelah pulang dari Worms, ia bertemu dengan Spalatin:
"To Spalatin, in the presence of others, he said, 'If I had
a thousand heads, I would rather have them all cut off one by one than
make one recantation'" (= Kepada Spalatin, di depan orang-orang
lain, ia berkata, 'Jika aku mempunyai 1000 kepala, aku lebih suka semuanya
itu dipenggal satu demi satu dari pada membuat satu penarikan kembali /
pengakuan salah') - Philip Schaff, 'History of the Christian Church',
vol VII, p 306.
VI) Kematian Luther:
Luther meninggal dunia pada tanggal 18 Februari 1546, dan dikuburkan
pada tanggal 22 Februari 1546.
"His later years had been marked by a complication of various
physical illneses, presumably aggravated by the strains and labours of
a tempestuous life. This may in part account for his frequent irascibility
and occasional outburst of wrath and coarse vituperation" (= Tahun-tahun
terakhir hidupnya ditandai oleh komplikasi dari bermacam-macam penyakit
fisik, rupanya diperparah oleh ketegangan dan pekerjaan dari hidup yang
bergejolak. Ini merupakan sebagian penyebab dari sikap mudah marahnya yang
sering terjadi dan kemarahannya yang kadang-kadang meledak dan makian dengan
kata-kata kasar) - Kenneth Scott Latourette, 'A History of Christianity',
vol II, p 729.
VII) Kesimpulan tentang Luther:
Dr. R.C. Sproul dalam bukunya 'The Holiness of God' (= Kekudusan
/ kesucian Allah) menuliskan sebuah bab yang berjudul 'The Insanity
of Luther' (= Kegilaan Luther), dimana ia menceritakan banyak 'kegilaan'
yang dilakukan Luther. Dr. R.C. Sproul akhirnya menutup bab itu dengan
kata-kata sebagai berikut:
"Was Luther crazy? Perhaps. But if he was, our prayer is
that God would send to this earth an epidemic of such insanity that we
too may taste of the righteousness that is by faith alone" (=
Apakah Luther gila? Mungkin. Tetapi kalau ia gila, doa kita adalah supaya
Allah akan mengirimkan ke dunia ini suatu epidemi kegilaan seperti itu
supaya kita juga boleh merasakan kebenaran yang hanya karena iman)
- R.C. Sproul, 'The Holiness of God', p 126.
email us at : gkri_exodus@mailcity.com