Eksposisi Kitab Kejadian
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
KEJADIAN 16:1-16
I) Abram mengambil Hagar sebagai
istri.
1) Sarai mengusulkan hal itu
(ay 2).
Hagar adalah orang
Mesir yang mungkin sekali diperoleh Sarai sebagai hamba pada waktu ia dan Abram
ada di Mesir (Kej 12:16). Sarai mengusulkan supaya Abram mengambil Hagar
sebagai istri, supaya ia bisa mempunyai anak melalui Hagar (bdk.
Kej 30:3,9-13).
Usul ini ada
positifnya: Sarai betul-betul menyangkal diri sehingga rela suaminya mempunyai
istri lagi. Dan ia mau mengalami semua ini supaya berkat yang Tuhan janjikan
bisa tersalur melalui mereka.
Tetapi usul ini
jelas juga ada negatifnya, yaitu:
a) Polygamy.
Sekalipun pada saat
itu Abram dan Sarai belum mempunyai Kitab Suci / Hukum Taurat yang melarang
polygamy, tetapi mestinya mereka telah mendengar dari cerita turun temurun,
bahwa pada mulanya Allah hanya menciptakan 1 orang laki-laki dan 1 orang
perempuan, sehingga seharusnya mereka tahu bahwa Allah pasti tidak menghendaki
polygamy.
b) Tidak / kurang beriman.
Usul ini menunjukkan
bahwa Sarai tidak beriman pada janji Tuhan, dan ia tidak tekun dalam menantikan
janji Tuhan. Dalam ay 3 dikatakan bahwa Abram sudah 10 tahun tinggal di
tanah Kanaan. Jadi, sudah 10 tahun berlalu sejak Allah pertama kalinya
menjanjikan anak kepada Abram. Sekarang, Abram berusia 85 tahun (bdk.
ay 16), dan Sarai berusia 75 tahun. Mereka makin bertambah tua dan secara
logika, makin tidak mungkin untuk bisa mempunyai anak. Di sinilah Sarai mulai
berjalan dengan pengelihatannya, bukan dengan iman (bdk. 2Kor 5:7).
Ketidakpercayaan Sarai akan janji Tuhan, dan ketidaktekunan Sarai untuk
menantikan penggenapan janji Tuhan ini, menyebabkan ia merasa perlu untuk
‘membantu Tuhan’ dengan caranya sendiri, yang adalah cara duniawi yang salah!
Penerapan:
Apakah saudarapun
sering tak beriman pada janji Tuhan, dan sering tidak tekun dalam menantikan
penggenapan janji Tuhan? Apakah saudara lalu berusaha untuk ‘membantu Tuhan’
dengan cara saudara sendiri yang tidak Alkitabiah?
2) Abram setuju pada usul Sarai
(ay 2b).
Dalam hal ini,
seharusnya Abram menjawab Sarai dengan jawaban yang dipakai Ayub untuk menjawab
istrinya (Ayub 2:9-10)! Tetapi, ternyata Abram malah menyetujui usul
istrinya yang salah itu.
Rupa-rupanya Abram
menggunakan rasionya dan berpikir bahwa selama ini dalam menjanjikan anak,
Tuhan tidak pernah menyebut tentang Sarai (Tuhan menyebut Sarai sebagai ibu
dari anak perjanjian untuk pertama kalinya dalam Kej 17:15-dst). Jadi,
mungkin saja, anak itu adalah anak Abram, tetapi bukan anak Sarai! Dengan
demikian, usul Sarai mungkin sekali memang merupakan jalan Tuhan untuk
mendapatkan anak / keturunan.
Abram boleh saja
berpikir demikian, tetapi bagaimanapun juga, seharusnya ia bertanya dulu kepada
Tuhan, apakah Tuhan menghendaki hal itu atau tidak. Tetapi ternyata, tanpa
minta persetujuan Tuhan, Abram menyetujui usul Sarai!
Penerapan:
Dalam dunia ini
saudara akan sangat sering mendapatkan usul / saran, baik dari teman, keluarga,
boss, atau bahkan para rohaniwan di gereja. Dari siapapun saran itu datang,
bandingkanlah lebih dulu dengan Kitab Suci / Firman Tuhan. Jangan sembarangan
menuruti saran seseorang seperti yang dilakukan oleh Abram di sini!
II) Apa yang lalu terjadi?
1) Sarai dan Abram menderita.
a) Hagar mengandung, lalu memandang
rendah dan menghina Sarai (ay 4). Hal ini betul-betul membuat Sarai
menderita (ay 5 bdk. 1Sam 1:6
Amsal 30:21-23).
b) Abrampun menderita pada waktu Sarai
melampiaskan kemarahannya kepada Abram (ay 5).
Sarai tidak
melakukan introspeksi (memeriksa diri sendiri), tetapi bahkan menyalahkan
suaminya.
Mengatakan bahwa hal
itu adalah tanggung jawab Abram (ay 5), betul-betul adalah sesuatu yang
tidak masuk akal (woman’s logic?).
Kata-kata ‘Tuhan kitanya
menjadi Hakim antara aku dan engkau’ (ay 5b) berarti bahwa ia menghendaki
supaya Tuhan menentukan siapa yang salah. Ini lagi-lagi adalah kata-kata yang
dikeluarkan tanpa dipikir sama sekali, dan hanya didasarkan pada emosi saja.
Semua ini jelas merupakan
penderitaan bagi Abram. Dan juga, larinya Hagar dari rumah itu pasti
menyebabkan Abram menderita, karena bagaimanapun juga, anak dalam kandungan
Hagar adalah anak Abram.
Semua ini
memperingatkan kita bahwa dosa selalu membawa penderitaan! Karena itu,
janganlah bermain-main dengan dosa atau meremehkan dosa! Pada mulanya bisa saja
dosa itu terasa enak, tetapi lambat atau cepat dosa itu akan membawa
penderitaan bagi saudara.
2) Pengalaman Hagar.
Melihat sikap Sarai
dalam ay 5, Abram sabar saja (ay 6). Tetapi bagaimanapun, ini juga
merupakan sikap yang tidak tegas dan bersifat kompromistis! Demi perdamaian
dengan Sarai, ia membiarkan ketidak-benaran terjadi! Ini menyebabkan Sarai lalu
menindas Hagar (ay 6).
Apa yang lalu
dialami oleh / terjadi dengan Hagar?
a) Hagar lari dari Sarai (ay 6).
Ia tidak melakukan
introspeksi, mengaku salah dan minta maaf karena telah menghina Sarai, tetapi
ia bahkan lari meninggalkan Sarai.
Ia juga tidak
menanyakan kehendak Tuhan pada waktu ia mau lari!
Seorang penafsir
berkata:
“No
man should rashly abandon his place in life unless he have a distinct
indication from the Lord to do so”
(= Tidak seorangpun yang boleh secara gegabah meninggalkan tempat hidupnya
kecuali ia mendapatkan petunjuk yang jelas dari Tuhan untuk berbuat demikian).
Bandingkan ini
dengan Elia yang lari dari kejaran Izebel tanpa menanyakan kehendak Tuhan
(1Raja-raja 19:1-18).
Bandingkan juga
dengan Pengkhotbah 10:4 yang berbunyi:
“Jika amarah
penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran
mencegah kesalahan-kesalahan besar”.
Catatan:
Ayat ini tidak boleh
dimutlakkan. Bandingkan dengan Mat 2:13-15 dimana Tuhan justru menyuruh Yusuf lari
ke Mesir, juga dengan Mat 4:12 dimana Yesus sendiri menyingkir ke Galilea, dan
juga dengan Kis 14:6 dimana Paulus dan Barnabas menyingkir ke kota lain
karena mau dibunuh.
Penerapan:
Jangan sembarangan
dalam pindah rumah, apalagi pindah kota, atau pindah keluar negeri! Bahkan
dalam pindah pekerjaanpun, saudara harus meminta pimpinan Tuhan.
Dari ay 7,
dimana dikatakan bahwa Malaikat Tuhan menjumpai dia di jalan ke Syur, maka bisa
kita ketahui bahwa Hagar lari untuk kembali ke Mesir. Ia tidak mempertimbangkan
bahwa dengan demikian, ia meninggalkan ‘gereja yang benar’ dan kembali pada
kekafiran dan berhala! [Ini sama seperti Orpa yang meninggalkan Naomi
(Rut 1:14-15)].
Penerapan:
·
Ini jelas merupakan tindakan tolol yang tidak
boleh ditiru! Kalau mau pindah, hal yang pertama-tama harus dipikirkan adalah
soal kerohanian, seperti adakah gereja yang benar / baik di tempat yang baru
itu atau tidak.
·
Kalau saudara menjadi kristen karena saudara
berpacaran / menikah dengan orang kristen atau karena saudara bekerja pada
seorang kristen, dan sesudah itu saudara putus hubungan / cerai dengan orang
itu, janganlah hal itu menyebabkan saudara putus hubungan dengan kekristenan!
Orang kristen itu mungkin salah, tetapi Tuhan tidak salah. Jadi, mengapa
saudara harus meninggalkan Tuhan?
b) Malaikat Tuhan menjumpai Hagar
(ay 7).
Yang disebut dengan
‘Malaikat Tuhan’ di sini, adalah Tuhan sendiri! Ini terlihat dari:
·
ay 10: ‘Aku akan membuat sangat
banyak keturunanmu’.
·
ay 13: ‘Tuhan yang telah berfirman’.
·
ay 13: ‘El-Roi’ (EL adalah kata bahasa
Ibrani yang berarti ‘Allah’).
c) Tuhan menyebut Hagar dengan sebutan
‘hamba Sarai’ (ay 8).
Secara tidak
langsung, ini menunjukkan bahwa Allah tidak mengakui pernikahan Hagar dengan
Abram!
d) Tuhan menyuruh Hagar untuk kembali
kepada Sarai dan membiarkan dirinya ditindas oleh Sarai (ay 9).
Ada 2 hal yang
menyebabkan Tuhan memerintahkan seperti itu:
·
Hagar adalah hamba Sarai (bdk.
Filemon 12 & 1Pet 2:18).
·
Hagar memang salah lebih dulu.
e) Tuhan memberkati anak Hagar dalam
hal jumlah (ay 10).
Sekalipun Hagar dan
Ismael termasuk orang-orang bukan pilihan / reprobate, tetapi karena
anak itu adalah anak dari Abram, maka Allah tetap memberikan berkat-berkat
tertentu.
f) Tuhan menyuruh memberi anak
itu nama Ismael, yang berarti: ‘God hears’ / Allah mendengar
(ay 11).
Perhatikan bahwa
ay 11 itu tidak berkata bahwa Allah mendengarkan doa Hagar, tetapi
Allah mendengarkan penindasan atas Hagar.
Adam Clarke:
“Afflictions
and distresses have a voice in the ears of God, even when prayer is restrained;
but how much more powerfully do they speak when endured in meekness of spirit,
with confidence in and supplication to the Lord” (= Penderitaan dan kesukaran mempunyai suara di telinga Allah,
bahkan pada saat doa ditahan / tidak dinaikkan; tetapi alangkah lebih hebatnya
mereka berbicara bila dipikul dalam kelembutan roh, dengan keyakinan dalam
Tuhan dan permohonan kepada Tuhan).
Hagar bukan orang
pilihan, dan ia berdosa dengan menghina Sarai dan lari dari Sarai. Disamping
itu, ia tidak berdoa! Tetapi Tuhan toh mendengar penderitaannya dan
memperhatikannya. Apalagi kalau saudara adalah orang pilihan, saudara tidak
hidup dalam dosa, dan saudara berdoa kepada Tuhan! Mungkinkah Tuhan tidak
mendengar dan memperhatikan penderitaan dan doa saudara?
g) Ay 12 adalah suatu nubuat bagi
Ismael dan keturunannya! Mereka suka sekali bertengkar!
Kalau kita melihat
ay 10 dimana dijanjikan bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang besar, maka mungkin
sekali akan ada dugaan bahwa Ismael adalah anak perjanjian, karena ay 10
itu mirip sekali dengan Kej 12:2 13:16 15:5.
Tetapi dengan adanya
ay 12, maka jelaslah bahwa Ismael bukanlah anak perjanjian, karena
ay 12 ini tak cocok dengan Kej 12:2-3!
Kalau mau lebih
jelas lagi, maka bacalah Kej 17:18-21 yang secara explicit
menunjukkan bahwa Ismael bukanlah anak perjanjian!
Kesimpulan:
Karena Abram dan Sarai tidak beriman dan tidak
tekun menunggu penggenapan janji Tuhan, dan lalu mau ‘membantu’ Tuhan dengan
cara mereka sendiri, maka:
·
mereka berdua menderita.
·
’hasil’ mereka ditolak oleh Tuhan, bahkan
akhirnya menjadi problem bagi Israel (keturunan dari anak perjanjian).
Semua ini menjadi peringatan bagi kita, supaya
kita senantiasa percaya kepada Tuhan, tekun menantikan penggenapan janji
Tuhan, dan tidak ‘membantu’ Tuhan dengan cara kita sendiri yang salah. Maukah
saudara?
-AMIN-