Pembahasan mengenai Aliran Kharismatik
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
KHARISMATIK 12
MUJIJAT
Pandangan Kharismatik tentang mujijat dan tanggapan / jawabannya:
I) Orang kristen harus terus / selalu mengalami
mujijat seperti pada jaman Kitab Suci.
Tanggapan saya:
1) Dalam Kitab Suci sekalipun mujijat tidak dilakukan / dialami oleh tiap orang percaya pada setiap saat!
Mari kita melihat mujijat-mujijat dalam setiap jaman dalam Kitab Suci:
Kesimpulannya: dalam Kitab Suci mujijat-mujijat itu bergerombol di 4 tempat / masa yaitu:
a) Jaman Musa dan Yosua.
b) Jaman Elia, Elisa dan nabi-nabi.
c) Jaman pelayanan Tuhan Yesus.
d) Jaman rasul-rasul.
Pertanyaannya adalah: mengapa mujijat-mujijat itu bergerombol seperti
itu? John Stott menjawab sebagai berikut:
"The major purpose of miracles was to authenticate each fresh
stage of revelation" (= tujuan utama dari mujijat-mujijat adalah
membuktikan / mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu / penyataan) -
John R. W. Stott, 'Baptism and Fullness', p 97.
Dasar Kitab Suci: Kel 19:9 Kis 14:3 2Kor 12:12 Ibr 2:3,4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tertentu bisa melakukan
mujijat untuk membuktikan bahwa mereka adalah nabi / rasul dan untuk membuktikan
/ mengesahkan bahwa ajaran mereka betul-betul datang dari Allah.
2) Sekarang Kitab Suci sudah lengkap. Tidak ada wahyu yang baru lagi!
Memang banyak orang Kharismatik yang percaya bahwa sekarangpun masih
ada wahyu Allah. Perhatikan kutipan di bawah ini:
"Kunci penulisan buku ini ialah hikmat dan wahyu yang bergantung pada kenyataan keberadaan Yesus yang tidak pernah berubah baik kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (Ibr 13:8 ...".
"Demikian pula halnya pengalaman para nabi dan rasul dalam penerimaan hikmat dan wahyu seperti yang kami alami".
"Pelayanan kami mengalami perkembangan melalui kuasa pernyataan FirmanNya yang Mujizat dan yang nyata melalui peranan theologia sempurna: hikmat dan wahyu".
"Oleh kemurahan Tuhan, melalui getaran hikmat dan wahyu ini, Tuhan mulai memakai kami, masing-masing David berusia 6 1/2 tahun dan Ribka 5 tahun, dalam pengelihatan dan pendengaran rohani. Hal ini terus berlangsung hingga kini sesudah kami dipakai Tuhan untuk berkhotbah (David 8 tahun dan Ribka 6 1/2 tahun)".
"Sewaktu penulis menulis buku ini akal pikirannya dipengaruhi / dikuasai oleh Roh Kudus".
"Wahyu adalah perkataan Kristus yang diterima secara langsung oleh
roh manusia / penulis yang selanjutnya dicetuskan dalam penulisan buku
ini melalui pengelihatan dan pendengaran rohani. Di dalam buku ini kita
dapat menemukan kata 'Aku' maksudnya adalah Tuhan yang berbicara kepada
penulis / berdialog dalam alam roh" - (David dan Ribka Moningka, 'Pernyataan
Firman yang Mujizat', hal III,IV,VI).
Tetapi kalau memang jaman sekarang ini masih ada wahyu Tuhan, itu berarti
bahwa wahyu yang baru itu harus dijadikan Kitab Suci jilid II! Ini berarti
menambahi Kitab Suci / Firman Tuhan! Bandingkan ini dengan ayat-ayat seperti
Ul 4:2 Ul 12:32 Amsal 30:6 Mat 5:19 Wah 22:18-19 yang jelas mengajarkan
bahwa kita tidak boleh menambahi ataupun mengurangi Kitab Suci / Firman
Tuhan.
Karena jaman sekarang tidak ada wahyu lagi, dan karena fungsi utama
dari mujijat adalah membuktikan / mengesahkan wahyu Tuhan, maka jelas bahwa
pada jaman sekarang mujijat harus berkurang frekwensinya. Tetapi ingat,
jangan sampai kita terjerumus ke dalam pandangan golong-an Liberal yang
sama sekali tidak percaya mujijat. Itu jelas adalah pan-dangan yang tidak
alkitabiah. Mujijat tetap ada, tetapi tidak bisa diharap-kan terjadi sesering
seperti dalam Kitab Suci. Ingat bahwa sekalipun tujuan utama dari
mujijat adalah mengesahkan wahyu Tuhan, tetapi tetap ada tujuan yang
lain.
John Stott:
"What then, should be our response to miraculous claims today?
It should be neither a stubborn incredulity ('but miracles don't happen
today') nor an uncritical gullibility ('of course! miracles are happening
all the time'), but rather a spirit of open-minded enquiry: 'I don't expect
miracles as a common-place today, because the special revelation they were
given to authenticate is complete; but of course God is sovereign and God
is free, and there may well be particular situation in which he pleases
to perform them'" [= Lalu apa tanggapan kita yang seharusnya terhadap
claim mujijat jaman ini? Bukan suatu ketidakpercayaan yang bandel ('tetapi
mujijat tidak terjadi pada jaman ini'), juga bukan sikap mudah tertipu
yang tidak kritis ('tentu saja! mujijat terus terjadi setiap waktu'), tetapi
suatu roh penyelidikan dengan pikiran terbuka: 'Aku tidak mengharapkan
mujijat sebagai kejadian sehari-hari, karena wahyu khusus, terhadap mana
mereka diberikan untuk menge-sahkan, telah lengkap; tetapi tentu saja Allah
itu berdaulat dan Allah itu be-bas, dan mungkin saja ada suatu situasi
tertentu dimana Ia berkenan untuk melakukan mujijat] - John R. W. Stott,
'Baptism and Fullness', p 98-99.
3) Mujijat adalah suatu peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam atau bertentangan dengan apa yang biasanya terjadi.
Misalnya: manusia tidak bisa berjalan di atas air. Ini adalah hukum alam dan inilah yang biasanya terjadi. Pada saat Yesus dan Petrus bisa berjalan di atas air, itu bertentangan dengan hukum alam / apa yang biasanya terjadi. Jadi, itu adalah mujijat.
Sekarang, kalau mujijat itu harus selalu terjadi (terus menerus),
maka mujijat itu menjadi sesuatu yang biasa terjadi dan mujijat itu bukan
lagi mujijat!
John Stott berkata:
"... a miracle by definition is an extraordinary event, a
creative deviation from God's normal and natural ways of working. If miracles
were to become commonplace they would cease to be miracles" (=
... definisi mujijat adalah suatu kejadian yang luar biasa, suatu penyimpangan
dari cara kerja Allah yang normal dan alamiah. Kalau mujijat itu menjadi
sesuatu yang biasa / terjadi sehari-hari, maka mujijat itu berhenti menjadi
mujijat) - John R. W. Stott, 'Baptism and Fullness', p 96.
Misalnya semua orang bisa berjalan di atas air, bukankah hal itu menjadi hal biasa / lumrah, dan bukan lagi merupakan mujijat? Dan sebaliknya bukankah orang yang tenggelam justru menjadi sesuatu yang luar biasa / mujijat?
Jadi, menghendaki mujijat terjadi terus menerus adalah suatu omong kosong
yang tolol. Bahkan pada jaman Yesus dan rasul-rasulpun mujijat tidak terjadi
secara terus menerus! Bdk. Mat 26:53-54 Kis 4:1-22 Kis 5:26-42 Kis 7:57-60
Kis 9:23-25 Kis 12:1-2 Kis 14:19-20 Kis 27. Dalam semua ayat-ayat ini tidak
terjadi mujijat padahal bisa dikatakan 'dibutuh-kan mujijat' karena adanya
kematian, atau bahaya / penganiayaan di depan mata.
II) Orang kristen (protestan) tidak mengalami mujijat
karena mereka tidak percaya / mengharapkan mujijat.
Ayat-ayat yang dipakai sebagai dasar pandangan ini ialah: Mark 6:5 Mat 17:19-20 Mark 11:22-24.
Juga perhatikan kutipan di bawah ini:
"Ada begitu banyak umatKu yang menutup mata dari setiap ren-canaKu. Mereka bertanya-tanya apakah Aku masih terus bekerja hingga saat ini ...
Mereka pula bertanya-tanya mengapa mereka sama sekali tidak mengalami bukti pekerjaanKu. Ketahuilah ... bagaimana Aku dapat menyatakan bukti kuasaKu kepada mereka jika mereka akhirnya tidak dapat menerima dan tidak dapat mengakui hal itu sebagai pernyataan kuasaKu yang berlaku hingga saat ini. Aku tidak pernah dan memang tidak akan pernah berubah. Demikian pula halnya dengan keajaibanKu ...
Mereka tidak akan mengalami mujizat kemenangan yang sempurna dalam segala
perkara karena mereka sendiri yang menutup diri dari hal demikian itu"
- (David dan Ribka Moningka, 'Pernyataan Firman yang Mujizat', hal 1).
Tanggapan saya:
1) Memang kadang-kadang Tuhan menjadikan iman sebagai syarat terja-dinya mujijat seperti pada ayat-ayat yang dijadikan dasar di atas. Tetapi perlu diketahui bahwa sering juga Tuhan melakukan mujijat, tanpa me-nuntut iman / sekalipun orangnya tidak percaya bahwa mujijat akan ter-jadi.
Contoh:
2) Sebaliknya, ada banyak orang yang imannya hebat, tetapi tidak meng-alami mujijat.
Contoh:
Kesimpulannya: mujijat terjadi atau tidak, tergantung pada kehendak
Tuhan. Karena itu dalam menafsirkan ayat-ayat seperti Mark 11:22-24,
yang menun-jukkan bahwa doa yang disertai iman bisa menghasilkan muijijat,
kita juga harus memperhatikan ayat seperti 1Yoh 5:14 yang berbunyi:
"Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu
bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya
menurut kehendakNya".
III) Tuhan Yesus tidak berubah (Ibr 13:8).
Karena Yesus tidak berubah, maka kalau dahulu Yesus melakukan banyak
mujijat, sekarang pasti juga demikian.
Tanggapan saya:
Tuhan Yesus memang tidak berubah, tetapi dalam hal apa? Dalam sifat-sifatNya! Baik dahulu, sekarang maupun selama-lamanya Ia tetap maha kuasa, maha suci, maha adil, berdaulat, dsb. Jadi memang sekarangpun Dia pasti bisa melakukan apa yang dahulu Ia pernah lakukan. Tetapi kalau Yesus bisa melakukan, itu tidak berarti Ia mau melakukan! Dalam Kitab Suci ditunjukkan banyak hal yang pernah Ia lakukan tetapi tidak Ia lakukan lagi, seperti:
Kesimpulannya: kalau pada jaman ini Ia melakukan hanya sedikit mujijat,
itu tidak berarti Ia berubah!
IV) Kisah 2:17-19 mengharuskan banyak mujijat.
Tanggapan saya:
1) Kis 2:17-18:
a) 'Bernubuat'.
Ada 2 penafsiran tentang kata 'bernubuat' ini:
b) 'Pengelihatan dan mimpi'.
Juga ada 2 penafsiran tentang kata-kata ini:
Alasan untuk memilih tafsiran ke 2 ini ialah: pada hari Pentakosta itu,
tidak ada pengelihatan ataupun mimpi, sehingga kalau diarti-kan secara
hurufiah, berarti nubuat ini tidak tergenapi.
Yang manapun yang benar dari arti-arti ini, jelas bahwa semua ini sudah
digenapi pada abad pertama itu.
2) Kis 2:19-20.
Ada 2 penafsiran juga tentang bagian ini:
a) Ini menunjuk pada apa yang akan terjadi menjelang kedatangan Tuhan
Yesus yang keduakalinya.
b) Ini adalah ancaman hukuman (kontras dengan Kis 2:17-18 di atas).
Calvin mengatakan bahwa:
Arti kedua ini lebih cocok dengan kontexnya karena:
Kesimpulannya: Kis 2:17-20 tidak bisa dijadikan dasar untuk berkata
bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujijat. Nubuat nabi Yoel itu sudah
digenapi pada abad pertama, dan kata-kata 'mujijat' dan 'tanda' pada Kis 2:19
menunjuk pada ancaman hukuman.
V) Yoh 14:12 mengatakan bahwa orang percaya akan
melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan yang Yesus lakukan.
Tanggapan saya:
1) Yoh 14:10,11,12 masing-masing mengandung kata 'pekerjaan-pekerjaan'.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti kata tersebut:
a) Kata 'pekerjaan-pekerjaan' hanya menunjuk pada mujijat-mujijat yang
Yesus lakukan.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Pada saat menafsirkan Yoh 14:12, kita harus memperhatikan fakta
bahwa dalam Kitab Suci sekalipun tidak ada satu rasulpun yang bisa melakukan
mujijat-mujijat yang lebih banyak dan lebih hebat dari mujijat-mujijat
yang Yesus lakukan! Jadi jelas bahwa kata 'pekerjaan' dalam Yoh 14:12
ini tidak mungkin sekedar diartikan 'tindakan melakukan mujijat'. Penafsiran
seperti ini bertentangan dengan fakta dalam Kitab Suci sendiri!
b) Pemberitaan Injil / Firman Tuhan yang Yesus lakukan.
Ada juga orang yang menambahkan bahwa di dalam kata 'pekerjaan-pekerjaan'
itu juga tercakup kesembuhan jiwa dari orang-orang yang bertobat karena
pemberitaan Injil tersebut.
Calvin kelihatannya termasuk dalam golongan kedua ini karena dalam tafsirannya
tentang Yoh 14:12 ini ia berkata:
"Now the ascension of Christ was soon afterwards followed
by a wonderful conversion in the world, in which the Divinity of
Christ was more powerfully displayed than while he dwelt among men. Thus,
we see that the proof of his Divinity was not confined to the person of
Christ, but was diffused through the whole body of the Church"
(= Kenaikan Kristus ke surga segera disusul oleh suatu pertobatan yang
luar biasa dalam dunia, dimana keilahian Kristus ditunjukkan dengan
lebih hebat dari pada waktu Ia diam / tinggal di antara manusia. Jadi,
kita lihat bahwa bukti keilahianNya tidak dibatasi pada pribadi Kristus,
tetapi disebarkan dalam seluruh tubuh Gereja).
William Hendriksen juga termasuk dalam golongan kedua ini. Ini terlihat
dari kata-katanya di bawah (di bawah no 2b).
c) Gabungan a) dan b).
Kalau dilihat Yoh 14:10 maka kelihatannya arti b) yang lebih cocok.
Kalau dilihat Yoh 14:11 maka kelihatannya arti a) yang lebih cocok.
Karena itu ada orang yang menggabungkan kedua arti ini.
Jadi, 'pekerjaan' = mujijat + kesembuhan jiwa / pertobatan yang disebabkan
karena Pemberitaan Injil / Firman Tuhan.
Kalau pandangan ketiga ini yang benar, maka sekalipun rasul-rasul /
orang kristen melakukan mujijat lebih sedikit dari Yesus (atau bahkan tidak
melakukan mujijat sama sekali), tetapi tetap bisa melakukan 'pekerjaan'
yang lebih besar dari 'pekerjaan' Yesus, yaitu kalau mereka mempertobatkan
lebih banyak jiwa melalui pemberitaan Injil / Firman Tuhan dibandingkan
dengan Tuhan Yesus.
2) Aspek lain yang harus diperhatikan dimana rasul-rasul / orang percaya
bisa melakukan pekerjaan yang lebih besar dari pekerjaan Yesus adalah:
a) Lebih besar dalam ruang lingkup.
Yesus hanya mencakup orang Yahudi di Palestina, tetapi rasul-rasul dan
orang-orang kristen mencakup segala bangsa di seluruh dunia.
b) Lebih besar dalam hal pengaruh / kwalitet.
Pekerjaan Yesus secara mayoritas terjadi dalam dunia fisik, dimana orang-orang cuma kagum / heran, tetapi tidak bertobat (yang bertobat tentu saja ada, tetapi sangat sedikit).
Pekerjaan rasul-rasul / orang-orang kristen secara mayoritas terjadi
dalam dunia rohani, dimana pengaruhnya adalah: banyak orang-orang
yang bertobat.
William Hendriksen menekankan kedua hal ini dengan berkata:
"... greater works than these, namely, miracles in the spiritual
realm. ... Christ's works had consisted to a considerable extent of miracles
in the physical realm, performed largely among the Jews. When he now speaks
about the greater works, he is in all probability thinking of those in
connection with the conversion of the Gentiles. Such works were of a higher
character and vaster in extent" (= pekerjaan-pekerjaan yang lebih
besar dari ini, yaitu, mujijat-mujijat dalam dunia rohani. ... Sebagian
besar pekerjaan-pekerjaan Kristus terdiri dari mujijat-mujijat dalam dunia
fisik, pada umumnya dilakukan di antara orang-orang Yahudi. Sekarang pada
waktu Ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar, mungkin
sekali Ia berpikir tentang hal itu dalam hubungannya dengan pertobatan
orang-orang non Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mempunyai sifat
/ karakter yang lebih besar dan luas yang lebih luas).
Catatan:
Satu hal yang perlu diperhatikan dari kata-kata Hendriksen ini ialah
bahwa pertobatan merupakan suatu mujijat (dalam dunia rohani)!
Kesimpulannya: sekalipun saat ini kita tidak melakukan mujijat, itu
tidak berarti bahwa Yoh 14:12 tidak tergenapi!
VI) Mujijat harus banyak terjadi supaya orang kafir
mau percaya kepada Yesus.
Peter Masters, pada waktu berbicara tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan
ajarannya, mengatakan:
"This is his own explanation of how he arrived at his teaching
on incubating prayer answers and healing diseases. He tells us that he
was driven to finding an explanation of how Buddhist monks in Korea managed
to perform better miracles than those which his own Pentecostalist churches
could perform. It worried him greatly that many Koreans got healing through
yoga meditation, and through attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese
Buddhist sect with twenty millions members. According to Cho many deaf,
dumb and blind people had recovered their faculties through these religious
groups. Cho was very jealous of the success which these other religions
had in attracting followers. He wrote: 'While Christianity has been in
Japan for more than a hundred years, with only half a percent of the population
claiming to be Christians, Soka Gakkai has millions of followers ... Without
seeing miracles people cannot be satisfied that God is powerful. It is
you (Christians) who are responsible to supply miracles for these people'"
[= Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana ia sampai pada ajarannya
tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan
kepada kami bahwa ia didorong untuk menemukan penjelasan bagaimana biarawan-biarawan
Buddha di Korea berhasil mengadakan mujijat-mujijat yang lebih baik dari
mujijat-mujijat yang bisa diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya. Merupakan
hal yang sangat mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang mendapatkan
kesembuhan melalui meditasi yoga, dan melalui keghadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan
Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan 20 juta anggota. Menurut
Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan pancainderanya melalui
grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan kesuksesan agama-agama
lain ini dalam menarik pengikut. Ia menulis: 'Sementara kekristenan telah
ada di Jepang selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya setengah persen
dari jumlah penduduk mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai mempunyai
jutaan pengikut .... Tanpa melihat mujijat-mujijat orang tidak bisa percaya
bahwa Allah itu berkuasa. Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung
jawab untuk menyuplai mujijat untuk orang-orang ini'] - Peter Masters,
'The Healing Epidemic', pp 26-27.
Tanggapan saya:
1) Mujijat tidak mempertobatkan orang.
Yesus melakukan begitu banyak mujijat, tetapi toh hanya mempertobat-kan sedikit orang.
Juga perhatikan ajaran Yesus dalam cerita Lazarus dan orang kaya (Luk
16:19-31). Dalam cerita itu terlihat bahwa orang kaya yang sudah masuk
neraka itu minta kepada Abraham supaya Lazarus dibangkitkan dari antara
orang mati supaya bisa memberitakan Injil kepada 5 saudaranya yang masih
hidup (Luk 16:27-28). Tetapi Abraham menjawab bahwa pada kelima orang itu
ada kesaksian Musa dan para nabi (yaitu Firman Tuhan / Perjanjian Lama),
dan mereka harus memperhatikan Firman Tuhan tersebut (Luk 16:29).
Tetapi orang kaya itu lalu berkata bahwa kelima saudaranya itu akan bertobat
kalau ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka (Luk 16:30).
Dengan kata lain, orang kaya itu beranggapan bahwa Firman Tuhan saja tidak
akan mempertobatkan mereka, tetapi mujijat pasti akan mempertobatkan mereka
(perhatikan bahwa dalam nerakapun ia masih punya pandangan yang sesat!).
Tetapi dalam Luk 16:31, Abraham, yang jelas tidak setuju dengan pandangan
orang kaya yang sesat itu, lalu menjawab:
"Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan
para nabi, mereka juga tidak akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang
yang bangkit dari antara orang mati".
2) Dalam 1Kor 1:22-23 Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi meminta tanda
/ mujijat, tetapi Paulus tidak menuruti keinginan mereka (bdk. de-ngan
Yesus yang juga tidak mau memberikan tanda kepada orang-orang Yahudi yang
meminta tanda - Mat 12:38-42 Mat 16:1-4)! Sebaliknya, Paulus
memberitakan Kristus yang tersalib, yang bagi orang-orang Yahudi itu merupakan
suatu batu sandungan. Mengapa Paulus melaku-kan hal itu? Karena memang
Injil (bukan mujijat, tetapi Injil!) adalah keku-atan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya (Ro 1:16).
Penutup:
Orang Kharismatik selalu mencari kuasa / mujijat. Banyak di antara mereka yang membanggakan diri karena mujijat-mujijat itu, dan mereka yang bisa mengada-kan mujijat merasa diri mereka 'sakti' dan disanjung oleh banyak orang.
Tetapi marilah kita perhatikan beberapa hal di bawah ini:
1) Kitab Suci memperingatkan kita akan banyak mujijat-mujijat palsu, khususnya menjelang kedatangan Yesus yang keduakalinya (Mat 7:22-23 Mat 24:24 2Tes 2:9-12 Wah 13:13-14 Wah 16:13-14).
Orang yang selalu tergila-gila pada mujijat, apalagi yang menerima
seadanya mujijat tanpa mengujinya dahulu, mempunyai potensi yang sangat
besar untuk disesatkan oleh para nabi palsu yang bisa mengadakan mujijat!
2) Paulus tidak membanggakan mujijat yang ia alami, tetapi sebaliknya
ia membanggakan penderitaan / kelemahannya (2Kor 11:30 2Kor 12:1-10).
3) John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata dari Michael Green, yang
disebutnya sebagai orang yang 'not unfriendly to the Charismatic
position' (= orang yang bukannya tidak bersahabat dengan posisi Kharismatik),
sebagai berikut:
"The Charismatic were always out for power; they were elated
by spiritual power, and were always seeking short cuts to power. It is
the same today. Paul's reply is to boast not of his power but of his weakness,
through which alone the power of Christ can shine. Paul knew about the
marks of an apostle, in signs, and wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12)
but he knew that the power of an apostle, or of any other Christian, came
from the patient endurance of suffering, such as he had with his torn in
the flesh, or the patient endurance of reviling and hardship such as he
was submitted to in the course of his missionary work (1Cor 4). The Charismatic
had a theology of the resurrection and its power; they needed to learn
afresh the secret of the cross and its shame ... which yet produced the
power of God (1Cor 1:18)" [= Orang Kharismatik selalu mencari
kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh kuasa rohani, dan selalu mencari
jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama terjadi pada masa ini. Jawaban
Paulus adalah memegahkan diri bukan karena kuasanya tetapi karena kelemahannya,
yang merupakan satu-satunya jalan melalui mana kuasa Kristus bisa bersinar.
Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri seorang rasul, dalam tanda-tanda,
mujijat-mujijat, dan perbu-atan-perbuatan ajaib (2Kor 12:12) tetapi
ia tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen yang manapun juga,
datang dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan, seperti yang ia
miliki dengan duri dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang sabar terhadap
caci maki dan kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam perjalanan misionarisnya
(1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia kebangkitan dan kuasanya;
mereka perlu untuk mem-pelajari lagi rahasia dari salib dan kehinaannya
.... yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)] - John F. MacArthur,
Jr. dalam buku 'The Charismatics', p 104. Ia mengutip dari buku
karangan Michael Green yang berjudul 'I believe in the Holy Spirit',
p 208.
email us at : gkri_exodus@mailcity.com