oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Pendahuluan:
1) Pentingnya belajar Kisah Para Rasul.
Kisah Para Rasul adalah kitab yang penting untuk dipelajari karena kitab ini menghubungkan ke 4 kitab Injil dengan surat-surat Paulus. Banyak hal dari surat-surat Paulus yang tidak bisa dimengerti dengan baik kalau kita tidak mengerti latar belakangnya dalam Kisah Para Rasul.
2) Kitab Kisah Para Rasul ditujukan kepada Teofilus (ay 1).
Dengan menghubungkan ay 1 ini dengan Luk 1:1-4, kita bisa melihat dengan jelas bahwa baik Injil Lukas maupun Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas dan ditujukan kepada Teofilus.
3) Thema Kisah Para Rasul.
Thema Kisah Para
Rasul terdapat dalam Kis 1:8 yang berbunyi:
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh
Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan
di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.
Dalam Kis 28 Paulus
memberitakan Injil di Roma, dan itu dianggap sebagai ‘ujung bumi’.
I) Keharusan memberitakan Injil.
2) Perintah untuk memberitakan Injil ini berlaku untuk setiap orang kristen (bdk. Mat 28:19-20).
Ingat bahwa sekalipun Amanat Agung dalam Mat 28:19-20 itu sebetulnya diberikan hanya kepada 11 rasul, tetapi rasul-rasul itu lalu diperintahkan untuk mengajarkan segala perintah Yesus kepada orang-orang yang dijadikan murid. Dengan demikian mereka juga harus mengajarkan perintah Yesus untuk memberitakan Injil. Bandingkan juga dengan Kis 8:1b,4 yang menunjukkan bahwa jemaat biasa juga memberitakan Injil. Karena Pemberitaan Injil adalah perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).
Bandingkan juga dengan
ayat-ayat di bawah ini:
Tuhan Yesus menyuruh murid-murid untuk memberitakan Injil, dan Ia memperlengkapi mereka supaya mereka bisa memberitakan Injil. Dalam hal apa Ia memperlengkapi murid-muridNya?
Kalau saudara mau menjadi saksi Kristus / memberitakan Injil, maka cobalah periksa iman saudara kepada Yesus. Ada banyak orang mau memberitakan Injil, padahal dirinya sendiri sebetulnya belum percaya kepada Yesus. Ini tentu tidak pada tempatnya! Kalau saudara adalah orang yang seperti ini, bacalah buku saya yang berjudul ‘Fondasi Kekristenan’, supaya saudara bisa mempunyai iman yang sejati kepada Kristus. Baru setelah itu saudara bisa memberitakan Injil.
2) Dalam hal ketaatan.
A. T. Robertson mengatakan bahwa kata SUNALIZOMENOS dalam bahasa Yunani berarti ‘being assembled together with them’ (seperti terjemahan KJV di atas). Jadi sebetulnya kata ‘makan’ itu tidak ada. Yang ada adalah kata ‘berkumpul’, tetapi kata ini ada dalam arti aktif. Jadi Yesus yang mengumpulkan murid-murid setelah mereka berpencar waktu Yesus ditangkap / mati.
b) Selanjutnya dalam ay 4 Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk menunggu.
c) Bagaimanapun juga, menunggu adalah sesuatu yang sukar.
3) Dalam hal pengertian.
Pertanyaan murid-murid
dalam ay 6 menunjukkan adanya banyak pengertian yang salah dalam diri mereka,
yang lalu dibetulkan oleh Yesus. Inilah kesalahan-kesalahan dalam pengertian
mereka dan pembetulannya:
b) Mereka ingin mendapatkan kerajaan tanpa perang.
Ini terlihat dari pertanyaan mereka dalam ay 6: ‘Tuhan maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’. Dari pertanyaan ini terlihat bahwa mereka mengira bahwa Yesus sendirilah yang akan memulihkan kerajaan bagi Israel, dan dengan demikian murid-murid tidak perlu berjuang / berperang untuk itu. Yesus menjawab pertanyaan ini dalam ay 8 dimana Ia berkata bahwa mereka harus menjadi saksi / harus memberitakan Injil. Ini berarti mereka harus berperang (secara rohani)!
c) Mereka membayangkan suatu kerajaan duniawi (Ini memang merupakan konsep Yahudi).
d) Mereka menganggap bahwa kerajaan itu terbatas untuk bangsa Israel / Yahudi saja.
Sebelum murid-murid pergi untuk memberitakan Injil, mereka diperlengkapi oleh Yesus dalam hal pengertian. Karena itu, kalau saudara mau menjadi orang yang memberitakan Injil / Firman Tuhan, saudarapun juga harus mau rajin dan tekun dalam belajar, supaya saudara mempunyai pengertian yang memadai untuk pelayanan saudara! Jangan menjadi orang yang mau melayani tetapi tidak mau belajar Firman Tuhan. Ketidakmengertian saudara akan Firman Tuhan akan menyebabkan pelayanan saudara menjadi salah. Amsal 19:2 berkata: “tanpa pengetahuan, kerajinanpun tidak baik”. NIV menterjemahkan: “It is not good to have zeal without knowledge” (= adalah tidak baik mempunyai semangat tanpa pengetahuan).
4) Dalam hal kuasa waktu memberitakan Injil.
Tetapi satu hal yang sangat berbeda antara murid-murid Yesus pada saat itu dengan kita, adalah bahwa mereka saat itu ada sebelum hari Pentakosta, dan kita hidup sesudah Pentakosta. Karena itu mereka harus menunggu, sampai Roh Kudus diberikan kepada mereka pada hari Pentakosta (Kis 2:1-dst). Tetapi kita yang hidup sesudah hari Pentakosta, langsung menerima Roh Kudus pada saat kita percaya. Ini terlihat dari Ef 1:13b yang berbunyi: “... di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
Tapi, sekalipun kita yang percaya Yesus sudah menerima Roh Kudus sehingga tidak perlu menunggu Roh Kudus lagi, kita tetap harus bersandar kepadaNya dalam memberitakan Injil. Kita harus menyadari bahwa pertobatan / keberhasilan dalam Pemberitaan Injil sepenuhnya tergantung kepadaNya, bukan tergantung pada kepandaian / kemampuan kita.
Penerapan:
Apakah saudara banyak
berdoa untuk penginjilan yang saudara lakukan?
Rasul-rasul itu juga adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Tetapi Tuhan memperlengkapi mereka sehingga mereka bisa menjadi alat Tuhan yang hebat dalam Pemberitaan Injil. Karena itu, kalau saudara mau menyerahkan diri saudara kepada Tuhan, saudarapun pasti akan diperlengkapi sehingga bisa menjadi alatNya yang hebat. Tetapi persoalannya, maukah saudara menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan dalam Pemberitaan Injil?