oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I) Khotbah Petrus terdiri dari 3 bagian.
Argumentasinya adalah bahwa saat itu baru pukul 9 pagi. Biasanya orang mabuk pada waktu malam (bdk. 1Tes 5:7). Jelas bahwa di sini Petrus membela diri terhadap tuduhan fitnahan beberapa orang yang ada dalam ay 13. Dalam menghadapi tuduhan / fitnahan, kadang-kadang kita harus berdiam diri seperti apa yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi kalau tuduhan / fitnahan itu bukan hanya merugikan diri kita sendiri tetapi seluruh kekristenan, maka kita tidak boleh berdiam diri. Kalau orang banyak percaya bahwa rasul-rasul itu mabuk, maka itu betul-betul merupakan suatu bencana bagi kekristenan. Karena itulah maka Petrus membela diri.
Ay 17-21 adalah kutipan
dari Yoel 2:28-32. Kutipan ini terdiri dari 3 bagian:
Penerapan:
Calvin menganggap
‘matahari dan bulan’ sebagai manifestasi kasih Allah, dan karena itu ‘matahari
akan berubah menjadi gelap gulita’ dan ‘bulan akan menjadi darah’ menunjukkan
murka Allah.
Tetapi ada penafsir
lain yang beranggapan bahwa semua ini bersifat hurufiah dan akan betul-betul
terjadi pada akhir jaman (bdk. Wah 6:12).
Yang manapun yang
benar dari 2 penafsiran ini, ay 19-20 ini tetap merupakan ancaman.
Lalu, siapa ‘Tuhan’ dalam ay 21 itu? Untuk menjelaskan tentang hal ini, Petrus meneruskan khotbahnya dengan ay 22-36.
Ada 2 hal yang ia tekankan dalam pemberitaan Injilnya ini:
Ada 3 hal tentang
dosa yang perlu dibahas dalam khotbah Petrus ini:
Petrus memang juga mengatakan bahwa kematian Yesus sudah ditentukan / direncanakan oleh Allah (ay 23), tetapi ini tidak berarti bahwa mereka tidak berdosa ketika membunuh / menyalibkan Yesus! Karena itu Petrus tetap berkata: ‘kamu salibkan dan kamu bunuh’ (ay 23). Sekalipun Allah menetapkan / merencanakan hal itu, tetapi pada waktu mereka melakukannya mereka tetap dianggap berdosa dan bertanggung jawab atas dosanya. Mengapa?
Ini disebutkan oleh Petrus untuk menambah rasa berdosa dalam diri mereka. Mereka bukan sekedar membunuh manusia biasa, tetapi seorang utusan Allah! Demikian juga dalam ay 36 Petrus mengatakan bahwa mereka menyalibkan Tuhan dan Kristus. Ini juga dimaksudkan untuk menambah rasa berdosa dalam diri mereka.
Pada waktu memberitakan Injil, Petrus menekankan tentang dosa. Ini memang suatu elemen yang sangat penting dalam memberitakan Injil! Tanpa kesadaran akan dosa orang tidak akan merasa membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Tanpa kesadaran bahwa mereka penuh dengan dosa seseorang akan berpikir bahwa ia bisa masuk surga dengan berbuat baik dan ia akan menganut agama yang berdasarkan ‘salvation by works’ (= keselamatan karena ketataan / perbuatan baik). Sebaliknya, orang yang sadar akan dosanya, dan sadar bahwa dirinya penuh de-ngan dosa dan tidak bisa berbuat baik, akan datang kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Juruselamat / Penebus dosa! Karena itu, khususnya kalau saudara adalah seorang pemberita Firman (pengkhotbah, guru sekolah minggu, dosen theologia, dsb) banyaklah mengecam / menyerang dosa. Tetapi juga jangan lupa memberitakan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa!
Beberapa hal tentang Yesus yang ditekankan oleh Petrus:
Ini terlihat dari sebutan ‘Yesus dari Nazaret’ (ay 22). Nazaret adalah tempat yang dianggap hina oleh orang Yahudi (Yoh 1:45-46). Secara manusia / jasmani, Yesus kelihatan hina. Ini sesuai dengan nubuat Yesaya tentang Yesus (Yes 52:14 53:2-3).
Kata ‘ditentukan oleh Allah’ ini diterjemahkan berbeda-beda.
KJV: approved of God (= disetujui / diakui oleh Allah).
RSV/NASB: attested by God (= disokong / dibuktikan oleh Allah).
NIV: accredited by God (= diakui / diberi kuasa resmi oleh Allah).
Jadi, Yesus yang dipandang hina itu, ternyata diakui oleh Allah dan diberi kuasa resmi sebagai utusanNya. Ini tentu membahayakan bagi mereka yang menghina Yesus! Lebih-lebih mengingat bahwa pada penghakiman akhir jaman nanti Yesus akan menjadi Hakim! Itu pasti akan membuat orang-orang yang menghinaNya menjadi gemetar ketakutan!
Petrus hanya berbicara singkat tentang kematian Kristus (hanya 1 ayat), tetapi nanti ia berbicara banyak tentang kebangkitan Yesus (ay 24-32). Memang berbeda dengan penginjilan jaman sekarang yang lebih menekankan salib / kematian Kristus dari pada kebangkitanNya, maka penginjilan yang dilakukan dalam Kisah Rasul lebih menekankan kebangkitan dari pada kematian. Apakah ini berarti bahwa penginjilan jaman sekarang ini tidak alkitabiah? Menurut saya tidak.
Perlu diingat bahwa dilihat dari 1Kor 1:18,23 jelas bahwa pada waktu Paulus menginjili orang Korintus, ia juga menekankan salib / kematian Kristus. John Stott mengatakan bahwa penginjilan dalam Kisah Rasul lebih menekankan kebangkitan karena pada umumnya penginjilan itu dilakukan kepada orang Yahudi. Mereka membutuhkan pengertian bahwa Yesus itu adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan, dan ini tidak akan tercapai kalau kematian Yesus yang ditekankan, karena Mesias yang kalah tidak akan mereka akui sebagai Mesias. Karena itu yang ditekankan adalah kebangkitan Yesus, yang menunjukkan kemenanganNya.
Ay 33: Petrus menyatakan bahwa Yesus yang telah bangkit ini lalu ditinggikan oleh tangan kanan Allah, dan menerima Roh Kudus dari Bapa, yang lalu Ia curahkan pada hari Pentakosta itu. Dan itulah yang mereka lihat dan dengar. Jadi, di sini ia menjelaskan lagi peristiwa bahasa roh / lidah itu.
Ay 36 memberikan
kesimpulan tentang Yesus: ‘Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus’.
Kata ‘membuat’ di
sini tidak berarti bahwa tadinya Yesus bukan Tuhan dan Kristus, dan lalu
oleh Bapa dibuat menjadi Tuhan dan Kristus. Tetapi artinya adalah: Allah
telah menunjukkan kepada kamu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus.
Catatan:
istilah ‘Kristus’ artinya sama dengan ‘Mesias’.
Sekarang kita menghubungkan ay 36 ini dengan ay 21 tadi. Yang berseru kepada Tuhan akan selamat. Lalu siapakah ‘Tuhan’ itu? Tidak lain, ‘Tuhan’ itu adalah Yesus sendiri. Jadi, siapa yang percaya / berseru kepada Yesus akan selamat! Sesuatu yang sangat menarik dan penting di sini adalah bahwa Petrus tidak mau kalau seseorang hanya ‘berseru kepada nama Tuhan’. Karena itu ia lalu menjelaskan bahwa ‘Tuhan’ itu adalah ‘Tuhan Yesus’. Ia mau supaya orang berseru kepada nama Tuhan Yesus. Mereka inilah yang diselamatkan dari ancaman / murka Allah dalam ay 19-20.
Petrus yakin bahwa
Kitab Suci adalah Firman Allah. Keyakinan ini terlihat dari:
NASB: ‘But, this is what was spoken through the prophet Joel’ (= Tetapi, inilah yang dikatakan melalui nabi Yoel).
Tetapi kata ‘through / melalui’ menunjukkan bahwa Petrus yakin bahwa ada ‘seseorang’ yang berbicara melalui Yoel.
Ia dan banyak orang kristen lain, adalah saksi kebangkitan Yesus.
Perhatikan penggunaan
Kitab Suci dan kesaksian dalam khotbah Petrus:
1) Gunakan setiap kesempatan untuk memberitakan injil.
2) Dalam memberitakan Injil / berkhotbah, gunakanlah Kitab Suci / Firman Allah.