Eksposisi Kisah
Para Rasul
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
KISAH PARA RASUL 2:37-41
Dalam pelajaran lalu,
pada waktu membahas Kis 2:14-36, kita telah melihat bagaimana Petrus memberitakan
Injil kepada orang-orang Yahudi di hari Pentakosta, dimana ia menekankan
tentang dosa mereka, dan juga bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias / Kristus,
yang harus mereka percayai.
I) Reaksi terhadap khotbah Petrus.
1) Hati mereka
tertusuk.
Ay 37 versi Kitab
Suci Indonesia mengatakan ‘terharu’. Ini salah terjemahan.
NIV/RSV: cut
(= teriris).
NASB: pierced
(= tertusuk / tertikam).
KJV/Calvin:
pricked (= tertusuk).
Dalam Kis 7:54 orang-orang
Yahudi juga ‘tertusuk hatinya’ setelah mendengar khotbah Stefanus. Tetapi
‘tertusuk’ di sana artinya ‘marah’. Di sini ‘tertusuk’ berarti mereka menjadi
sedih. Petrus berhasil meyakinkan mereka akan dosa mereka yaitu menyalibkan
Yesus yang adalah Mesias / Tuhan. Ini membuat mereka menjadi sedih. Kesedihan
terhadap dosa adalah awal pertobatan dan merupakan sesuatu yang sangat
penting (bdk. Mat 5:4 2Kor 7:10).
Penerapan:
Apakah saudara
sering / pernah mengalami kesedihan yang ditimbulkan oleh kesadaran akan
dosa saudara? Kalau ya, itu baik; kalau tidak, itu menandakan saudara belum
pernah bertobat / bukan orang kristen sejati, dan juga belum selamat. Bertobatlah
sebelum terlambat!
2) Mereka bertanya:
‘Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?’ (ay 37).
Ini suatu reaksi yang
harus ada setelah seseorang mendengar khotbah dan disadarkan akan dosa-dosanya.
Ia harus ingin berbuat sesuatu untuk membereskan dosa itu! Ada orang yang
sadar akan dosanya tetapi acuh tak acuh dan tidak berbuat apa-apa. Ada
lagi orang yang menjadi putus asa (seperti Yudas).
Penerapan:
Reaksi yang bagaimana
yang ada dalam diri saudara setelah saudara disadarkan akan dosa saudara?
II) Jawaban Petrus.
Yang ditanya adalah
semua rasul (ay 37: ‘saudara-saudara’), tetapi Petrus lagi-lagi menjadi
jurubicara. Dan ia lalu berkhotbah lagi. Lukas hanya memberikan ringkasannya
dalam ay 38-40. Bahwa ini adalah suatu ringkasan, jelas terlihat dari kata-kata
‘banyak perkataan lain lagi’ (ay 40).
Dalam khotbah ke
2 ini Petrus memberikan:
A) Perintah.
Petrus memberi mereka
perintah untuk:
1) Bertobat (ay
38).
Pertobatan berarti
‘perubahan pada pikiran’ (conversion of the mind). Orang yang hanya
berubah secara lahiriah (misalnya dulu tidak ke gereja, sekarang ke gereja),
tetapi hati / pikirannya tidak berubah, tidak bisa dikatakan bertobat.
Pertobatan bisa diartikan
2 hal:
-
Datang kepada Kristus,
dan percaya / menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pertobatan yang
ini hanya bisa terjadi satu kali saja dalam hidup seseorang.
-
Pertobatan dari dosa-dosa
setelah kita percaya. Ini harus terjadi terus menerus / berulang-ulang
dalam sepanjang hidup orang kristen.
Pertobatan yang
dimaksud oleh Petrus adalah pertobatan dalam arti pertama, yaitu datang
/ percaya kepada Kristus. Ini bisa terlihat dari kata bahasa Yunani yang
digunakan oleh Petrus. Ia menggunakan kata Yunani METANOESATE yang ada
dalam bentuk aorist imperative (= kata perintah
bentuk aorist / lampau).
Dalam bahasa Yunani
ada 2 jenis kata perintah:
-
Aorist imperative (= kata perintah bentuk
aorist / lampau).
Ini digunakan
kalau orang yang memerintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan
hanya 1 x saja.
-
Present imperative (= kata perintah bentuk
present).
Ini digunakan
kalau orang yang memerintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan
terus-menerus.
Andaikata Petrus menggunakan
present imperative (= kata perintah bentuk present),
maka itu berarti bahwa perintahnya itu harus dilakukan terus menerus (bdk.
Ef 5:18 yang menggunakan present imperative). Tetapi karena Petrus
menggunakan aorist imperative, maka perintah ini hanya perlu dilakukan
satu kali saja. Jadi jelas bahwa ini menunjuk pada pertobatan dalam arti
pertama, yang memang hanya bisa dilakukan satu kali saja, bukan pada pertobatan
dalam arti kedua yang harus dilakukan terus menerus / berulang-ulang.
Jadi maksud Petrus
adalah: dahulu kamu membenci Yesus dan bahkan menyalibkanNya / membunuhNya
(ay 23,36); sekarang kamu harus mempunyai pemikiran / sikap yang berbeda
terhadap Yesus. Datanglah kepadaNya, dan percayalah kepadaNya. Inilah pertobatan
yang dimaksud oleh Petrus!
Penerapan:
-
Dahulu saudara membenci
Yesus atau acuh tak acuh terhadap Yesus. Apakah sekarang hati / pikiran
saudara sudah berubah? Ada banyak orang yang hanya berubah sikap / pemikirannya
tentang gereja (dulu anti gereja, sekarang pro gereja), tetapi sikap hatinya
terhadap Yesus tidak berubah (tetap acuh tak acuh). Ini bukan pertobatan.
-
Kalau saudara memberitakan
Injil, berusahalah bukan hanya sampai orang itu berubah sikap terhadap
gereja, kekristenan ataupun Kitab Suci. Berusahalah sampai orang itu berubah
sikap terhadap Yesus!
2) Memberi diri
untuk diselamatkan dari angkatan yang jahat ini (ay 40b).
Perintah ini sebetulnya
sama, atau setidaknya tidak terlalu berbeda, dengan perintah untuk bertobat
dalam ay 38 di atas. Tetapi dalam pembahasannya kita bisa mendapatkan hal-hal
yang berbeda.
a) Di sini Petrus
menyebut mereka sebagai ‘angkatan yang jahat’.
Perhatikan bahwa
Petrus tidak memperhalus kata-katanya dengan menggunakan istilah ‘angkatan
yang kurang baik’. Mengapa? Karena istilah halus itu akan memperlunak
dosa mereka. Pada waktu saudara memberitakan Injil, saudara harus berani
menyebut dosa sebagai dosa! Jangan memperlunaknya, misalnya dengan menggunakan
istilah ‘kelemahan’ dsb.
b) Kata-kata ‘berilah
dirimu diselamatkan’ dalam bahasa Yunaninya adalah SOTHETE. Ini merupakan
suatu aorist imperative yang ada dalam bentuk pasif.
-
Karena ini adalah aorist
imperative, maka perintah ini juga hanya perlu dilakukan satu kali
saja.
Ini jelas bertentangan
dengan ajaran Arminian yang berkata bahwa orang kristen bisa kehilangan
keselamatannya, lalu bisa bertobat lagi dan diselamatkan lagi, dst. Kalau
ajaran Arminian ini benar, maka di sini Petrus seharusnya tidak menggunakan
aorist imperative tetapi present imperative, yang harus dilakukan
berulang-ulang.
-
Berbeda dengan perintah
untuk bertobat dalam ay 38 yang ada dalam bentuk aktif, maka SOTHETE ada
dalam bentuk pasif. NIV/KJV/RSV menterjemahkan ‘Save youselves’
(= selamatkanlah dirimu sendiri), yang
jelas merupakan bentuk aktif. Ini salah! Kita tidak bisa menyelamatkan
diri kita sendiri (bdk. Ro 3:20 Gal 2:16a). Kita diselamatkan oleh Tuhan.
Tetapi bentuk pasif ini tidak boleh diartikan bahwa kita harus pasif total
dalam hal keselamatan. Kita diperintahkan untuk diselamatkan. Jadi, kita
harus mau diselamatkan.
3) Memberi diri
dibaptis dalam nama Yesus Kristus (ay 38).
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
Jadi, jangan minta
dibaptis berulang-ulang! Jangan percaya pada orang yang mengatakan bahwa
baptisan percik itu tidak sah dan harus diulang! Dengan mengulang baptisan,
saudara menghina baptisan yang pertama! Suatu baptisan tidak sah dan perlu
diulang kalau:
-
tidak menggunakan air.
Misalnya baptisan bendera dari ‘Bala Keselamatan’.
-
dilakukan oleh gereja
yang secara teoritis tidak mengakui Allah Tritunggal. Misalnya baptisan
di gereja Saksi Yehovah.
Selanjutnya kata
BAPTISTHETO itu ada dalam bentuk pasif. Jadi kita harus mau dibaptis. Kita
tidak boleh membaptis diri sendiri.
c. ‘dalam
nama Yesus Kristus’ (ay 38).
Apakah ini bertentangan
dengan Mat 28:19 yang menyuruh membaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus? Tidak mungkin! Tidak bisa dibayangkan bahwa semua rasul-rasul
itu secara terang-terangan melanggar perintah Yesus dalam Mat 28:19 itu.
Lalu apa artinya ‘memberi diri dibaptis dalam nama Yesus’? Ada beberapa
kemungkinan:
-
artinya adalah baptisan
Kristen.
-
artinya: sesuai dengan
ajaran Yesus.
-
artinya: supaya pada
waktu orang itu dibaptis ia melihat kepada Kristus, dan menyadari bahwa
tanpa jasa penebusan Kristus baptisan itu sia-sia.
Yang jelas, ‘dalam
nama Yesus Kristus’ bukanlah formula baptisan! Dengan kata lain, itu bukanlah
kata-kata yang diucapkan oleh si pembaptis pada waktu ia membaptis. Formula
baptisan hanya ada dalam Mat 28:19!
Penerapan:
Ada gereja-gereja /
pendeta-pendeta yang berdasarkan ayat ini, dan juga Kis 10:48 dan Kis 19:5,
lalu mengubah formula baptisan dalam Mat 28:19. Mereka membaptis dengan
berkata: ‘Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu
Tuhan Yesus Kristus’. Ini salah!
B) Janji.
Kalau perintah di
atas ditaati, maka ada janji, yaitu:
1) Mereka akan
menerima pengampunan dosa (ay 38).
Ini akibat dari pertobatan
/ datang kepada Yesus, bukan karena baptisan.
2) Mereka akan menerima
karunia Roh Kudus (ay 38).
Artinya bukanlah
bahwa mereka akan menerima ‘karunia dari Roh Kudus’, tetapi bahwa
mereka akan menerima ‘karunia berupa Roh Kudus itu sendiri’.
Tidak dikatakan / dijanjikan
bahwa mereka akan menerima bahasa roh / lidah seperti para rasul. Juga
dalam ay 41-dst tidak ada bahasa roh / lidah.
Bagi siapa janji
pengampunan dosa dan pemberian Roh Kudus itu berlaku? Dalam ay 39 Petrus
berkata bahwa janji itu berlaku bagi:
-
‘kamu’, artinya ‘orang
Yahudi’.
-
‘anak-anakmu’. Ada yang
menggunakan bagian ini untuk mendukung doktrin tentang baptisan bayi (infant
baptism). Sekalipun saya setuju dengan baptisan bayi, tetapi saya berpendapat
bahwa ayat ini kurang kuat untuk dijadikan dasar dari baptisan bayi.
-
‘orang yang masih jauh’,
artinya ‘orang non Yahudi’ (bdk. Ef 2:11,13, 17).
Kesimpulan: janji
itu berlaku untuk semua orang.
III) Tanggapan mereka.
1) Menerima perkataan
Petrus / Firman Tuhan (ay 41).
Perhatikan bahwa
mereka bertobat bukan karena mujijat yang terjadi (bahasa roh), tetapi
karena Firman Tuhan yang diberitakan oleh Petrus (bdk. ay 37: ‘mendengar
hal itu’).
Penerapan:
Apakah saudara menjadi
orang kristen hanya karena saudara mengalami / melihat mujijat? Itu bukan
pertobatan. Dengarkanlah Injil / Firman Tuhan dan bertobatlah.
2) Memberi diri dibaptis
(ay 41).
a) Orang yang sungguh-sungguh
bertobat pasti mau dibaptis. Baptisan memang tidak menyelamatkan kita,
tetapi tetap harus dilakukan karena:
-
itu adalah perintah
Tuhan (Mat 28:19 Kis 2:38).
-
itu merupakan pengakuan
kepada dunia / orang di sekitar saudara bahwa saudara adalah orang kristen
(bdk. Mat 10:32-33).
b) Cara baptisan.
Apakah orang-orang
itu dibaptis dengan baptisan selam? Rasa-rasanya tidak, karena:
-
jumlah 3000 orang itu
membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak.
-
Yerusalem / Palestina
kekurangan air. Satu-satunya mata air di Yerusalem adalah kolam Siloam
(Yoh 9:7).
-
Tidak dikatakan bahwa
mereka pergi ke sungai / kolam, dan dalam Bait Allah tidak ada kolam.
c) Saat baptisan.
Mereka dibaptis ‘pada
hari itu’ (ay 41). Ini menunjukkan bahwa:
-
mereka tidak menunda-nunda.
Apakah saudara
adalah orang yang sering menunda-nunda dalam mentaati Tuhan, baik dalam
persoalan baptisan, memberi persembahan persepuluhan, melayani Tuhan, dsb?
-
pada saat itu tidak
ada katekisasi. Katekisasi memang penting supaya orang yang akan dibaptis
itu betul-betul mengerti dan percaya. Tetapi kalau kita menjadikan katekisasi
sebagai syarat mutlak bagi baptisan, itu jelas tidak alkitabiah.
Penutup:
Orang-orang ini menerima
dan mentaati Firman Tuhan. Bagaimana sikap saudara terhadap Firman Tuhan?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@mailcity.com