oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I) Stefanus.
Perhatikan bahwa sekalipun Stefanus penuh dengan Roh Kudus, ia tidak pernah berbahasa Roh.
2) Stefanus adalah orang yang ‘penuh karunia dan kuasa’ (ay 8).
Kitab Suci Indonesia mengatakan ‘karunia’ tetapi terjemahan hurufiahnya adalah ‘kasih karunia’ [NIV: ‘full of God’s grace and power’ (= penuh dengan kasih karunia dan kuasa Allah)].
Tetapi perbedaan ini tidak terlalu menjadi soal di sini, karena memang kalau kita bisa mempunyai karunia tertentu, maka itu merupakan wujud kasih karunia Tuhan bagi kita.
Jadi, Stefanus mempunyai banyak macam karunia-karunia dan juga mempunyai kuasa untuk melakukan mujijat dan / atau dalam pemberitaan Firman Tuhan.
Catatan: KJV menterjemahkan ay 8 ini ‘full of faith and power’ (= penuh dengan iman dan kuasa), tetapi ini diambil dari manuscript yang berbeda.
3) Stefanus mempunyai hikmat (ay 10 bdk. ay 3).
Hikmat jelas mencakup
pengetahuan Kitab Suci / Firman Tuhan (Maz 119:98-100). Memang orang yang
mempunyai pengetahuan Kitab Suci belum tentu berhikmat, tetapi orang tidak
bisa berhikmat kalau tidak mempunyai pengetahuan Kitab Suci.
Penerapan: Apakah pendeta saudara banyak mengerjakan hal-hal yang remeh / sekunder yang menyebabkan ia tidak bisa berkonsentrasi pada doa dan Firman Tuhan? Kalau ya, pikirkan yang mana dari hal-hal itu yang bisa saudara tangani supaya ia bisa lebih berkonsentrasi pada doa dan Firman Tuhan!
2) Ia mengadakan mujijat dan tanda (ay 8).
Kata ‘bersoal jawab’ dalam ay 9 diterjemahkan ‘argue’ (= berdebat / berargumentasi) oleh NIV/NASB, dan diterjemahkan ‘dispute’ (= bercekcok / berdebat) oleh KJV/RSV.
Dan dari kata-kata ‘mereka tidak sanggup melawan’ dalam ay 10 juga terlihat bahwa ini adalah suatu perdebatan.
Ini terlihat dari:
II) Serangan terhadap Stefanus.
Mengapa setan menyerang
Stefanus?
Penerapan:
Mungkin setan berharap
agar dengan jatuhnya Stefanus, rasul-rasul tidak bisa berkonsentrasi pada
pemberitaan Firman Tuhan. Karena itu kalau saudara melihat orang-orang
yang membantu pelayanan seorang hamba Tuhan, maka saudara juga harus mendoakan
mereka, karena mereka pasti juga diserang oleh setan.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang mereka:
Apakah saudara fanatik? Itu baik, kalau dipimpin oleh Roh Kudus dan sesuai dengan Firman Tuhan! Tetapi jangan menjadi orang fanatik yang membabi buta dan tidak perduli pada Firman Tuhan!
Dengan menghasut / memfitnah, menangkap / mengadili dan mengajukan saksi palsu (ay 11-14). Bandingkan dengan apa yang dialami Stefanus disini dengan apa yang dialami oleh Yesus (Mat 26:60-65).
Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari sini:
Apakah saudara rela juga mengalaminya demi Yesus?
1Tim 5:19 - "Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung oleh dua atau tiga orang saksi".
Yesus memang menubuatkan keruntuhan Bait Allah, tetapi Ia tidak pernah mengatakan bahwa Ia yang akan meruntuhkan Bait Allah (bacalah Yoh 2:18-21 Mat 24:1-2 Yoh 4:19-24). Jadi, tidak mungkin Stefanus mengatakan bahwa Yesus yang akan meruntuhkan Bait Allah. Mungkin Stefanus menyinggung-nyinggung kata-kata Yesus yang berhubungan dengan keruntuhan Bait Allah dalam ayat-ayat tersebut di atas, dan oleh mereka kata-kata itu dikutip sebagian dan lalu diberi tambahan-tambahan sehingga menjadi fitnahan seperti itu.
2. Tentang Hukum
Taurat.
b. Tetapi lebih mungkin
lagi, Stefanus mengatakan bahwa ceremonial law (= hukum-hukum
yang berhubungan dengan upacara keagamaan, seperti penyembelihan domba
kalau ada dosa, dsb) telah dihapuskan.
Orang-orang Yahudi mengganggap bahwa hukum Taurat bersifat kekal. Pada
waktu Stefanus mengatakan ceremonial law dihapuskan, itu mereka
anggap sebagai penghujatan terhadap Musa dan terhadap Allah.
Ada 2 tafsiran tentang ay 15:
Saya tidak setuju dengan pandangan ini. Pada waktu muka Musa bersinar, bangsa Israel menjadi takut (Kel 34:30). Karena itu kalau muka Stefanus betul-betul bersinar, pasti orang-orang Yahudi itu tidak akan berani mengadili apalagi membunuh dia.
Kalau saudara ikut
Tuhan dan setan menyerang saudara sehingga saudara mengalami segala macam
penderitaan, apakah saudara lalu jadi takut dan mundur? Atau, maukah saudara
seperti Stefanus dengan tetap beriman dan yakin akan penyertaan Tuhan?
Kiranya Tuhan memberkati saudara!