oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I) Kematian Stefanus.
Dalam 7:2-53 Stefanus mengadakan pembelaan, tetapi ia sekaligus memberitakan Firman Tuhan / menyerang mereka / menegur dosa-dosa mereka. Ibr 4:12 mengatakan bahwa Firman Tuhan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun dan Firman Tuhan menusuk amat dalam. Tetapi ada dua macam tertusuk:
Ini terjadi dalam Kis 2:37. Kitab Suci bahasa Indonesia secara salah menterjemahkan ‘terharu’; terjemahan yang benar adalah ‘tertusuk’ / ‘teriris hatinya’.
b) Tertusuk dalam arti marah.
Ini terjadi dalam
Kis 5:33 dan Kis 7:54 ini.
2) Stefanus.
Ini berarti ia dikuasai dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus.
Ia menujukan pandangannya kepada Allah! Biasanya orang yang sedang menderita / mengalami sesuatu yang berbahaya / menakutkan terus menujukan pandangannya pada penderitaannya atau pada sesuatu yang menakutkan itu!
c) Melihat penglihatan (7:55).
Dengan kata lain Stefanus berkata: Yesus yang kalian musuhi dan bunuh itu ada di surga di tempat yang paling terhormat!
Catatan: sebelah kanan Allah tidak boleh diartikan secara hurufiah. Ingat Allah itu maha ada. Kedudukan di sebelah kanan Allah menunjukkan kedudukan yang paling terhormat.
Dalam keadaan yang berbahaya seperti itu Stefanus masih berani memberitakan penglihatan tentang Yesus. Ini betul-betul luar biasa, dan ini sesuai dengan kata-kata Paulus dalam 2Tim 4:2 - "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran".
Ini mereka lakukan karena mereka menganggap kata-kata Stefanus sebagai hujatan dan mereka tidak mau mendengar hujatan itu lebih banyak lagi.
Penerapan:
Pada saat saudara mendengar Firman Tuhan (yang menegur saudara), apakah saudara juga sering berhenti mendengar? Ini bisa saudara lakukan dengan sekedar tidak mempedulikan firman atau dengan berbicara kepada orang di sebelah saudara, dsb. Bandingkan sikap ini dengan Yak 1:19 yang berbunyi: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah".
b) Menyerbu, menyeret dan merajam Stefanus (7:57-58).
b) Stefanus menujukan doanya kepada Yesus (7:59) dan saat itu ia dipenuhi Roh Kudus sehingga jelas bahwa tindakannya itu dipimpin oleh Roh Kudus dan tidak mungkin salah!
d) Stefanus betul-betul penuh dengan kasih!
Ia mempraktekkan Mat 5:44 dengan berdoa bagi musuh-musuhnya (7:60). Dan doa ini, setidaknya sebagian dari doa ini, dijawab / dikabulkan oleh Tuhan, karena akhirnya Saulus bertobat dan bahkan menjadi rasul yang terbesar! Mungkin Stefanus sendiri tidak pernah mengira bahwa doanya akan menghasilkan sesuatu yang begitu hebat. Memang Allah bisa mengabulkan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan (Ef 3:20). Karena itu banyaklah berdoa, khususnya untuk orang-orang yang belum percaya.
Setelah Stefanus mati, orang-orang Yahudi bukannya bertobat ataupun puas, tetapi malah menjadi makin haus darah! Sekarang mereka menyerang gereja! (8:1b,3). Jadi, orang kristen ditangkapi, dipenjarakan, disiksa, dipaksa menyangkal iman dan bahkan dibunuh. Ini terlihat dari kesaksian Paulus sendiri dalam Kis 22:4-5 dan Kis 26:10-11.
Hal yang perlu direnungkan
/ dipikirkan adalah bahwa hal ini juga bisa terjadi pada diri kita. Menjelang
akhir jaman, dengan kedatangan anti Kristus, dsb, maka kita akan memasuki
masa kesukaran besar. Kita / orang kristen bukannya akan mengalami rapture
/ pengangkatan sehingga terluput dari masa kesukaran besar seperti yang
jaman sekarang banyak diajarkan (bdk. Wah 7:14 - "mereka ini
adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar").
Karena itu penganiayaan seperti itu bisa menjadi pengalaman kita! Apakah
saudara siap menghadapi penganiayaan? Karena itu, gunakan masa ini baik-baik
untuk menguatkan iman saudara sehingga kalau masa kesukaran besar itu datang,
saudara bisa berdiri teguh!
III) Apa yang dilakukan oleh Gereja?
Kita tidak pernah membaca dalam Kitab Suci bahwa orang-orang kristen pada saat itu lalu menyalahkan Stefanus. Sebaliknya dari penguburan dan peratapan terhadap Stefanus yang diceritakan di sini, jelas bahwa jemaat tidak menyalahkan Stefanus!
2) Jemaat tersebar (8:1b).
Apakah ‘lari’ dari penganiayaan seperti itu adalah dosa? Perlu diketahui bahwa kalau kita mau dibunuh / dianiaya, maka kita tidak boleh menyerahkan diri kita begitu saja, karena ini sama dengan bunuh diri / tidak mengasihi diri sendiri. Jadi, kecuali ada alasan khusus, maka dalam keadaan seperti itu sebetulnya kita justru harus lari.
Sekalipun dalam keadaan seperti itu kita boleh lari, tetapi itu bisa merupakan dosa, kalau larinya dengan takut / tidak beriman seperti yang terjadi dalam Mark 14:50-52. Tetapi juga bisa bukan dosa kalau seperti dalam Mat 12:14-15 & Kis 9:23-26, dimana orangnya lari / menyingkir hanya untuk melindungi nyawanya, tetapi tetap dengan beriman kepada Tuhan dan dengan tidak takut.
Jemaat abad pertama ini tidak takut. Apa buktinya? Mereka berani menguburkan dan meratapi Stefanus (8:2), bukannya bersikap seolah-olah mereka tidak kenal dia!
3) Rasul-rasul tidak lari, mereka tetap di Yerusalem (8:1b). Mengapa?
b. Mungkin mereka bersikap sebagai gembala yang harus mempertahan-kan domba-domba mereka (bdk. Yoh 18:3-9 Yoh 10:11-13).
c. Mungkin kalau mereka lari, maka ‘predikat pengecut’ akan merugikan gereja dan melemahkan iman orang-orang kristen yang lain.
4) Jemaat memberitakan
Injil (8:4).
Mereka lari bukan untuk bersembunyi dan menunggu saat yang baik. Mereka memberitakan Injil (bdk. 2Tim 4:2). Jelas bahwa mereka menggunakan akal sehatnya (lari, tidak mau mati konyol), tetapi akal sehat mereka tetap tidak membuat mereka kehilangan keberanian untuk memberitakan Injil. Ada banyak orang yang berani memberitakan Injil tanpa menggunakan akal sehatnya! Tetapi sebaliknya juga ada yang menggunakan akal sehat terlalu banyak, sehingga lalu tidak memberitakan Injil.
Mereka kehilangan rumah, pekerjaan, harta, bahkan mungkin keluarga. Tetapi mereka tetap setia kepada Tuhan dan itu mereka tunjukkan dengan memberitakan Injil. Bagaimana dengan saudara? Maukah tetap setia kepada kekristenan meskipun harus kehilangan segala sesuatu? Kalau tanpa penderitaanpun saudara sudah tidak setia, sukar diharapkan bahwa dalam penderitaan saudara bisa setia!
c) Kekristenan makin ditekan, makin berkembang! (bdk. Kel 1:12).
Mungkin sekali, penganiayaan terjadi karena orang kristen terus berkumpul di Yerusalem dan tidak melakukan Kis 1:8! Tuhan memberikan penganiayaan supaya kekristenan berkembang! Apakah saudara menunggu Tuhan memberikan penganiayaan baru saudara mau memberitakan Injil?
Ingat bahwa rasul-rasul tetap di Yerusalem. Jadi yang tersebar dan memberitakan Injil adalah jemaat biasa. Berdasarkan hal itu, jangan menganggap saudara tidak perlu memberitakan Injil karena saudara bukan pendeta, penginjil, majelis, dsb. Pokoknya saudara adalah orang kristen, saudara harus memberitakan Injil! Maukah saudara memberitakan Injil? Baca Mat 12:30!