Eksposisi Kisah
Para Rasul
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
KISAH PARA RASUL 8:5-25
I) Filipus.
1) Sama seperti
Stefanus, ia bukanlah seorang rasul, tetapi diaken (Kis 6:5).
Alasannya:
-
Kis 8:1b mengatakan
bahwa rasul-rasul tetap di Yerusalem.
-
Kis 8:14 menunjukkan
bahwa masih dibutuhkan rasul untuk menumpangi tangan. Kalau Filipus adalah
seorang rasul, tentu tidak hal ini tidak dibutuhkan.
2) Ia memberitakan
Injil (ay 5,12).
a) Di tengah-tengah
kesedihan karena kematian Stefanus, ia tetap memberitakan Injil!
Ini harus ditiru!
Kita harus melayani / memberitakan Injil bukan hanya pada masa senang tetapi
juga pada masa sedih (2Tim 4:2).
b) Ia memberitakan
Injil disertai tanda-tanda / mujijat-mujijat (ay 6,13).
Tidak semua orang
kristen harus bisa melakukan mujijat! Dalam Kitab Suci, selain Yesus dan
rasul-rasul, orang yang bisa melakukan mujijat hanyalah Stefanus (Kis 6:8),
Barnabas (Kis 14:3) dan Filipus! Tetapi sekalipun kita tidak bisa melakukan
mujijat, kita tetap harus memberitakan Injil!
c) Kepada siapa ia memberitakan
Injil? Ia memberitakan Injil kepada:
-
orang-orang Samaria
yang adalah musuh orang Yahudi dan yang dipandang rendah oleh orang Yahudi.
Maukah saudara
memberitakan Injil kepada orang yang ‘lebih rendah’ dari saudara (seperti
pegawai, pembantu rumah tangga)?
-
tukang sihir dan pengikut-pengikutnya
(ay 9-13)!
Kebanyakan orang
kristen tidak mau memberitakan Injil kepada orang yang ‘tidak mungkin’
bertobat. Tetapi ini salah! Kita harus memberitakan Injil kepada mereka!
Ingat bahwa pertobatan tidak tergantung pada saudara maupun pada mereka,
tetapi tergantung pada Tuhan.
d) Filipus rajin memberitakan
Injil sehingga ia dikenang terus sebagai pemberita Injil (Kis 21:8).
Jadi sama seperti Stefanus,
Filipus tidak puas hanya dengan satu pelayanan saja (sebagai diaken) dan
ia selalu memberitakan Injil. Ini ciri orang yang penuh Roh Kudus (bdk.
Kis 6:3), yaitu selalu ingin berbuat lebih banyak untuk Tuhan.
Penerapan:
Bagaimana dengan
saudara? Apakah saudara selalu ingin berbuat sebanyak mungkin bagi Tuhan,
atau sebaliknya?
II) Orang Samaria.
1) Orang-orang
Samaria bermusuhan dengan orang Yahudi.
Permusuhan ini terlihat
dalam banyak bagian Kitab Suci, antara lain Luk 9:51-56 Yoh 4:9 Yoh 8:48.
Jelas bahwa ada ‘gap’ (= celah)
yang sangat besar antara orang Yahudi dan Samaria!
2) Orang-orang Samaria
itu memperhatikan Filipus (kata ‘menerima’ dalam ay 6 seharusnya adalah
‘memperhatikan’).
a) Ini langkah yang
penting menuju iman! Memang orang yang mendengar belum tentu akan percaya,
tetapi orang yang tidak mau / tidak bisa mendengar pasti tidak akan percaya,
karena iman timbul dari pendengaran (Ro 10:14-17). Karena itu, berusahalah
untuk bisa menjadi pendengar Firman yang baik!
b) Orang-orang Samaria
ini tadinya memperhatikan tukang sihir (kata ‘mengikuti’ dalam ay 10 seharusnya
juga adalah ‘memperhatikan’).
Kita memang harus
memilih satu diantara dua hal ini: memperhatikan Tuhan / Firman Tuhan,
atau memperhatikan setan. Kalau saudara tidak memperhatikan Tuhan / Firman
Tuhan, pasti saudara sedang memperhatikan setan!
3) Mereka percaya dan
dibaptis (ay 12).
Sekalipun baptisan
tidak menyelamatkan, tetapi setiap orang yang percaya harus mau dibaptis,
karena itu adalah perintah Tuhan!
4) Ditumpangi tangan
sehingga menerima Roh Kudus (ay 14-17).
a) Ay 16 - ‘hanya
dibaptis dalam nama Tuhan Yesus’ (bdk. Kis 2:38 10:48 19:5).
Ada beberapa hal
yang akan saya bahas dari bagian ini:
-
Ini bukan formula baptisan!
Formula baptisan hanya ada dalam Mat 28:19! Ada gereja-gereja yang menganggap
ini sebagai formula baptisan, sehingga mereka lalu membaptis dengan kata-kata
‘dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus’. Ini
salah!
-
dibaptis dengan otoritas
Yesus.
-
dibaptis sehingga masuk
ke dalam tubuh Kristus (gereja).
-
kata ‘hanya’ dalam ay
16 tidak bermaksud untuk merendahkan / menghina baptisan! Kata ‘hanya’
secara tidak langsung menunjukkan bahwa seharusnya pertobatan / baptisan
dan penerimaan Roh Kudus sama-sama sudah terjadi (bdk. Kis 2:38). Tetapi
dalam kasus ini ternyata penerimaan Roh Kudus belum terjadi. Hanya
baptisannya yang terjadi.
b) Penerimaan Roh
Kudus (ay 17).
Ada 2 penafsiran:
-
Ini adalah karunia-karunia
Roh Kudus (bahasa roh, nubuat, dsb). Dasarnya:
-
adanya ‘gap’
(= selang waktu) antara saat percaya dan
saat penerimaan Roh Kudus adalah sesuatu yang bertentangan dengan Yoh 7:38,39
Ef 1:13 Ro 8:9.
-
Simon bisa melihat
penerimaan ‘Roh Kudus’ itu (ay 18). Jadi pasti yang diterima saat itu bukanlah
Roh Kudusnya, tetapi karunia-karunia Roh Kudus, seperti bahasa Roh, nubuat
dsb.
-
ay 20 menyebut hal itu
sebagai ‘karunia Allah’.
Lalu mengapa ada
‘gap’ (= selang waktu)
antara saat percaya dan saat penerimaan Roh Kudus? Ini disebabkan karena
adanya perpecahan / permusuhan di antara orang Yahudi dan orang Samaria.
Kalau orang Samaria percaya kepada Yesus dan langsung menerima Roh Kudus,
maka mungkin gereja akan pecah menjadi dua. Tetapi dengan adanya penundaan
penerimaan Roh Kudus, lalu dengan adanya rasul-rasul Yahudi dari
Yerusalem yang menumpangkan tangan sehingga Roh Kudus diberikan, maka orang
Samaria akan sadar bahwa mereka yang sudah percaya kepada Yesus harus bersatu
dengan orang Yahudi yang juga percaya Yesus. Dan orang-orang Yahudi yang
mengetahui bahwa orang Samaria menerima Roh Kudus karena penumpangan tangan
oleh rasul-rasul Yahudi, akan menerima orang Samaria itu. Dengan demikian
gereja akan tetap bersatu.
Catatan: ‘gap’
seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi (Ef 1:13 Yoh 7:38,39). Jadi,
pada jaman sekarang, kalau seseorang percaya kepada Yesus, ia akan langsung
menerima Roh Kudus! Karena itu orang kristen sejati tidak perlu mencari
baptisan Roh Kudus!
Hal yang menarik adalah
bahwa orang-orang Samaria itu tidak dilayani dengan ‘doa pelepasan’ padahal
mereka adalah pengikut-pengikut tukang sihir! Doa pelepasan bagi orang
yang betul-betul kristen adalah sesuatu yang tidak pernah ada dalam Kitab
Suci!
III) Simon.
1) Ia terkenal
dengan nama Simon Magus.
Kata ‘Magus’ memang
tidak ada dalam Kitab Suci kita, tetapi kata ini banyak digunakan oleh
para penafsir.
Kata ‘Magus’ adalah
bentuk singular / tunggal dari ‘Magi’ (Mat 2:1 versi NIV/NASB; dalam
Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘orang-orang majus’). Kata ‘Magus’ /
‘Magi’ berasal dari kata-kata ‘melakukan sihir’ dalam ay 9, yang dalam
bahasa Yunaninya adalah MAGEUON. Jadi, nama itu menunjukkan bahwa ia adalah
tukang sihir. Sebagai seorang tukang sihir, ia diikuti banyak orang (ay
9-11).
2) Ia menjadi percaya,
lalu dibaptis (ay 13).
Tetapi dari teguran
Petrus kepada dia dalam ay 20-23, jelas bahwa ia bukan orang kristen yang
sejati. Jadi imannya mungkin adalah:
-
iman intelek (hanya
di otak).
-
iman mujijat (bdk. ay
13b).
3) Ia selalu bersama-sama
dengan Filipus dan ia takjub pada mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Filipus
(ay 13b).
Calvin mengatakan bahwa
hal ini menunjukkan sukarnya membedakan orang kristen yang sungguh-sungguh
dengan orang kristen yang palsu! Orang ini aktif dan mengikut dengan antusias,
tetapi ia bukan orang kristen yang sejati.
4) Ia melihat Roh
Kudus diberikan melalui penumpangan tangan rasul-rasul dan ia lalu mau
membeli kemampuan itu dengan uang (ay 18-19).
Penekanan ay 19 jelas
pada kata ‘aku’, bukan pada kata-kata ‘ia boleh menerima Roh Kudus’. Ini
menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mencari kemuliaan diri sendiri.
Dulu ia diikuti banyak orang dan sekarang ia tetap menginginkan hal itu
terjadi. Mungkin sekali ia mengikuti Filipus dengan maksud untuk mengetahui
rahasia Filipus supaya ia sendiri bisa melakukan mujijat dan supaya ia
diikuti oleh banyak orang.
Jawaban Petrus terhadap
penawaran ini (ay 20-23):
a) Ini adalah teguran
yang sangat keras. Dalam Kitab Suci orang yang munafik selalu diperlakukan
dengan keras.
b) Karunia Allah
adalah sesuatu yang gratis dan tidak boleh diperjualbelikan. Bandingkan
dengan penjualan pengampunan dosa oleh gereja Roma Katolik pada jaman Reformasi!
c) Dalam ay 22 ada
perintah untuk bertobat.
Ada 2 hal yang perlu
disoroti dari ay 22 ini:
-
Dalam bahasa Yunaninya
ada kata EI ARA (= if perhaps / jika mungkin). Jadi seharusnya adalah:
Bertobatlah, mungkin Allah akan mengampuni. Ini untuk menekankan
besarnya dosa Simon dan untuk memperbesar motivasi Simon untuk bertobat.
Tetapi tentu saja, kalau Simon betul-betul bertobat, Tuhan pasti
mengampuninya.
-
Di sini ada teguran
keras disertai perintah untuk bertobat. Jadi Petrus masih memberi harapan.
d) Sesuatu yang
harus kita perhatikan dari jawaban Petrus ini adalah bahwa Petrus tidak
menengking roh jahat dari tukang sihir ini. Juga tidak ada doa pelepasan.
Orang kristen / hamba Tuhan yang ‘tergila-gila’ dengan penengkingan setan
ataupun doa pelepasan, seharusnya merenungkan bagian ini!
Catatan:
Saya bukan anti secara
total terhadap penengkingan setan. Dalam kasus orang non kristen / kristen
KTP yang betul-betul kerasukan setan (saya tidak percaya ada orang kristen
sejati bisa kerasukan setan!), tentu saya setuju kalau dilakukan penengkingan.
Tetapi saya tidak setuju kalau sedikit-sedikit orang melakukan penengkingan
setan atau doa pelepasan, padahal tidak ada bukti jelas bahwa orangnya
kerasukan setan!
5) Tanggapan Simon Magus
(ay 24).
Tidak ada kepastian
apakah Simon bertobat atau tidak. Tetapi rupa-rupanya Simon tidak bertobat
karena:
a) Ia meminta Petrus
berdoa untuk dia, padahal tadinya Petrus menyuruh dia yang berdoa (ay 22).
Tidak bisa berdoa atau tidak mau berdoa sendiri adalah ciri orang kafir
(bandingkan dengan Firaun yang selalu minta Musa berdoa untuk dia).
b) Ay 24 menunjukkan
bahwa ia tidak menyesali dosa. Ia hanya takut pada hukuman dosa.
Disamping itu, tradisi
dan tulisan-tulisan dari bapa-bapa gereja menyebutkan bahwa Simon menjadi
anti Kristus abad I dan ia terus menentang kekristenan dan diri Petrus.
Tetapi bagaimanapun semua ini tidak pasti benar.
Tetapi dalam sejarah
ada satu jejak dari Simon Magus ini. Dalam bahasa Inggris ada kata ‘Simony’
yang berasal dari nama Simon. Kata ‘Simony’ ini berarti: "the
buying or selling of sacred or spiritual things, as ecclesiastical pardons,
church offices etc" (= pembelian atau penjualan hal-hal / barang-barang
yang kudus atau rohani, seperti pengampunan dosa, jabatan-jabatan gereja,
dsb).
Catatan: nama
Simon Magus masuk dalam Webster’s New World Dictionary!
Kesimpulan:
Filipus rajin memberitakan
Injil sehingga terus dikenang sebagai Pemberita Injil (Kis 21:8).
Simon Magus ingin
membeli karunia Allah dan akhirnya ia terus dikenang melalui kata ‘Simony’.
Tindakan-tindakan
saudara bisa menyebabkan saudara dikenang terus, tetapi saudara bisa dikenang
sebagai seseorang yang baik atau seseorang yang jahat. Karena itu renungkan
seluruh segi hidup saudara. Apakah saudara akan dikenang seperti Filipus
atau seperti Simon Magus?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@mailcity.com