oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I) Sida-sida dari Ethiopia.
Catatan: sida-sida adalah pejabat istana yang dikebiri.
Jadi mungkin ia adalah pengikut agama Yahudi dan ia tidak malu menunjukkan dirinya sebagai penganut agama itu.
2) Ia membaca Kitab Suci (ay 28).
Banyak orang kristen tidak membawa Kitab Sucinya kalau bepergian, apalagi membacanya dalam perjalanan. Tetapi orang ini membaca Kitab Suci dalam perjalanan. Kerinduan / cintanya akan Kitab Suci adalah sesuatu yang harus kita tiru.
3) Ia tidak mengerti apa yang ia baca (ay 31), tetapi ia toh membaca terus.
Ini menunjukkan bahwa ia mempunyai ketekunan. Ada banyak orang yang berhenti membaca Kitab Suci dengan alasan bahwa mereka sudah membaca dan mereka tidak mengerti. Memang dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang sukar dimengerti, tetapi ada juga bagian-bagian yang mudah dimengerti. Kita harus terus membaca sekalipun ada bagian-bagian yang tidak kita mengerti, karena pada saat kita membaca bagian-bagian yang mudah, kita bisa mengerti dan itu bisa berguna bagi kita.
4) Ia mempunyai keinginan untuk mengerti Kitab Suci (ay 31).
Banyak orang tidak ingin mengerti Kitab Suci. Mereka hanya ingin mendengar kata-kata Pendeta / pengkhotbah, tetapi Kitab Sucinya sendiri tidak mereka pedulikan. Atau mereka hanya ingin tahu tentang topik-topik tertentu saja, tetapi mereka tidak ingin mengerti arti dari ayat-ayat Kitab Suci. Lebih-lebih mereka tidak ingin tahu bagaimana ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan bisa diharmoniskan. Ini sikap yang salah! Orang kristen harus mermpunyai keinginan untuk mengerti Kitab Suci!
Merasa tidak mengerti, atau merasa butuh tambahan pengertian, adalah sesuatu yang sangat penting kalau saudara memang mau tumbuh dalam iman. Perasaan ini biasanya ada dalam diri orang kristen yang masih baru, tetapi seringkali hilang setelah orang itu mulai banyak mengerti Kitab Suci.
Tetapi, begitu seseorang merasa sudah mengerti, atau sudah cukup mengerti sehingga tidak membutuhkan tambahan pengertian, maka pasti orang itu tidak akan bertambah maju dalam pengertian. Hal ini sebetulnya berlaku bukan hanya terhadap Kitab Suci secara keseluruhan, tetapi juga terhadap topik-topik tertentu.
Kalau saya mempelajari topik tertentu misalnya Predestinasi, maka saya mempunyai perhatian khusus tentang bagian yang tidak saya mengerti, misalnya adanya serangan yang tidak bisa saya jawab. Tetapi kalau semua itu sudah beres, saya tetap mempelajarinya melalui buku-buku yang ada karena saya berpikir mungkin masih ada hal-hal tentang Predestinasi yang sama sekali belum saya ketahui.
b) Tidak malu diajar orang lain, yang bahkan tidak ia kenal (ay 31,34).
Kitab Suci memang
perlu diberi penjelasan (Neh 8:9) dan Tuhan mempunyai anak-anak yang Ia
beri karunia pengajaran (Ro 12:7b Ef 4:11-12). Karena itu, kitapun harus
mau menerima pengajaran Kitab Suci dari hamba-hamba Tuhan yang memang dipakai
oleh Tuhan untuk mengajarkan Kitab Suci.
‘Jalan sunyi’ (ay 26) seharusnya adalah ‘padang pasir’. Jadi, Filipus disuruh meninggalkan orang-orang Samaria yang sudah bertobat karena penginjilan yang ia lakukan (8:4-25), lalu pergi ke padang pasir, dimana pasti tidak banyak manusianya. Ini menunjukkan bahwa pimpinan Tuhan sering tidak cocok dengan logika / pemikiran kita (Yes 55:8-9). Tetapi Filipus taat (ay 26).
Ketaatan Filipus dalam ay 26 menyebabkan Tuhan memberikan pimpinan lagi. Memang kalau kita mau taat, Tuhan akan mempimpin terus / lagi. Sebaliknya kalau kita mendapat pimpinan Tuhan dan kita tidak mau taat, maka lambat atau cepat Tuhan akan berhenti memimpin kita.
3) Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida (ay 32-35).
Ay 32-33 adalah kutipan dari Yes 53:7b-8a versi Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani). Perhatikan bahwa ada perbedaan menyolok antara versi Ibrani dan versi Yunani.
Ay 32-33 - "Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceritakan asal usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi".
Misalnya dengan berkata: ‘O nabi itu berkata demikian tentang dirinya sendiri’. Atau ‘O nabi itu berkata demikian tentang Yesus / Mesias’.
b) Menjelaskan bahwa
LXX / Septuaginta itu salah terjemahan.
Pada waktu saudara ditanyai oleh orang yang belum percaya, baik dia itu kristen KTP atau kafir total, jangan asal menjawab. Berusahalah untuk memberitakan Injil.
Misalnya:
Ada banyak orang yang senang mendesak orang lain untuk dibaptis. Sikap ini menunjukkan kurangnya pengertian tentang baptisan, iman dan keselamatan. Kalau baptisan memang bisa menyelamatkan, maka tentu kita harus mendorong seadanya orang untuk dibaptis. Tetapi karena yang menyebabkan seseorang selamat itu adalah imannya kepada Kristus, maka kita hanya perlu memberitakan Injil. Kalau ia menerima penginjilan itu, baru kita menjelaskan mengapa ia harus dibaptis. Tetapi kita tidak perlu mendesaknya untuk dibaptis. Kalau ia betul-betul percaya, ia pasti akan mau sendiri sekalipun tidak didesak!
Penjelasan tentang ay 37:
Jadi, tidak ada jawaban dari Filipus yang ditulis di sini. Tetapi yang jelas Filipus tidak berkeberatan apa-apa untuk membaptis (ay 38). Andaikata Filipus adalah orang jaman sekarang, mungkin ia akan keberatan membaptis, dengan alasan:
3) Apakah baptisan di sini adalah baptisan selam?
Untuk menjawab pertanyaan
ini ada beberapa hal yang harus kita pelajari.
Kata-kata ‘ada air’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah TI HUDOR. HUDOR artinya ‘air’; sedangkan TI bisa berarti ‘a certain’ (= tertentu) seperti dalam KJV, atau ‘some’ (= sedikit). Kalau bagian ini diartikan ‘some water’ (= sedikit air), jelas menunjuk pada air yang cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
Charles Hodge:
"He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’. There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man" [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.
b) Sekarang kita perhatikan ay 38-39.
Ay 38: ‘turun ke dalam air’ (NIV: ‘went into the water’).
Ay 39: ‘keluar dari air’ (NIV: ‘came up out of the water’).
Dilihat sepintas, rasanya hal ini mendukung baptisan selam. Tetapi mari kita pelajari secara lebih seksama.
Ada 2 kemungkinan menafsirkan istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ ini. Pertama, sida-sida itu betul-betul direndam seluruhnya dalam air, lalu keluar dari air. Kedua, ia masuk ke dalam air, tetapi hanya sampai sebatas kaki / paha, lalu keluar dari air.
Filipus tidak membaptis sida-sida itu dengan baptisan selam! Mungkin dari seluruh Kitab Suci, bagian ini adalah bagian yang paling menyolok dan kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan penyelaman! Karena itu jangan percaya omongan banyak orang yang berkata bahwa baptisan selam adalah satu-satunya baptisan yang sah!
b) Sida-sida meneruskan perjalanan dengan sukacita (ay 39).
Orang yang mau percaya kepada Kristus memang akan mendapatkan sukacita (bdk. Kis 16:34 Gal 5:22). Dan selanjutnya, makin seseorang taat, makin ia akan dipenuhi sukacita dari Tuhan. Tetapi sebaliknya, orang yang tidak mau percaya kepada Kristus, dan terus berbuat dosa, tidak akan pernah mendapat sukacita maupun damai. Karena itu jangan terus ada di luar Kristus. Datanglah dan percayalah kepada Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, dan sama seperti sida-sida itu saudara akan bersukacita.